Searching...

Sangkal Sejarah Palsu Yahudi, Petinggi Vatikan Didepak Dari Jabatannya


VATIKAN, ITALIA (Berita SuaraMedia) – Paus Benedict pada hari Rabu kemarin secara resmi mencopot jabatan seorang pejabat Vatikan atas kontroversi yang melibatkan seorang uskup yang tidak mengakui terjadinya Holocaust.
Kardinal Dario Castrillon Hoyos adalah presiden departemen Vatikan yang dibentuk 20 tahun lalu untuk memperbaiki hubungan dengan suatu kelompok sempalan tradisionalis fanatik di tengah-tengah skandal penyangkalan Holocaust yang muncul bulan Januari.
Paus kini menempatkan departemen tersebut, yang disebut Ecclesia Dei, di bawah kendali departemen doktrinal Vatikan dan telah menunjuk Kardinal Joseph Levada dari Amerika sebagai presiden yang baru. Ecclesia Dei, yang berarti "Gereja Tuhan",  dituduh bersalah atas kehebohan yang ditimbulkannya setelah paus mencabut pemecatan empat uskup dari Masyarakat St Pius X (Sosiaety of St Pius X - SSPX) yang bersifat tradisionalis.
Dengan mencabut pemecatan itu, paus mencoba menyembuhkan hubungan yang rusak selama 20 tahun setelah mereka dihukum karena ditahbiskan tanpa seijin Paus John Paul II.
Selain Hoyos, Uskup Richard Williamson, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa ia yakin kamar gas dalam kisah Holocaust tidak benar-benar ada dan tidak lebih dari 300.000 orang Yahudi yang dibunuh di kamp konsentrasi NAZI, bukan enam juta seperti yang diceritakan dalam sejarah.
Uskup Inggris sebelumnya telah mengeluarkan komentar serupa – yang banyak tersebar di internet – dan Castrillon Hoyos menjadi sasaran kritik karena tidak mengawasinya dengan seksama, memprediksi reaksi yang mungkin akan muncul atau memberitahu paus.
Vatikan saat itu mengatakan bahwa paus tidak mengetahui latar belakang Williamson dan Benedict sendiri kemudian mengakui, dalam suratnya untuk para uskup, bahwa Gereja harus belajar menggunakan internet.
Penggantian Castrillon Hoyos resmi dilakukan setelah dikeluarkannya sebuah dokumen papal yang disebut Motu Proprio dengan mana paus meletakkan Ecclesia Dei di bawah kendali ketat Kongregasi Doktrin Keyakinan, departemen yang dikepalai paus sebelum pemilihannya tahun 2005.
Paus,  orang yang pertama kali mengumumkan niatnya untuk menata ulang Ecclesia Dei di bulan Maret, juga mengganti deputi presidennya.
Komentar Williamson dan keputusan paus untuk mencabut pemecatan menimbulkan riak dalam hubungan antara Katolik dan Yahudi. Korban selamat Holocaust, beberapa orang Katolik, Ketua Rabi Israel, pemimpin Yahudi dunia, dan kanselir Jerman Angela Merkel mengecam keputusan paus tersebut.
Dalam dokumen yang dirilis hari Rabu, paus mengatakan bahwa tujuan dari struktur organisasional yang baru adalah untuk menyelesaikan permasalahan doktrinal dengan SSPX, yang anggota-anggotanya masih tidak mau menerima reformasi Dewan Vatikan Kedua periode tahun 1962-1965.
Paus mengatakan bahwa SSPX masih belum memiliki statuta kesucian di dalam Gereja sehingga pendeta-pendetanya tidak dapat secara legitimate melakukan kegiatan kependetaan.
Vatikan mengatakan bahwa sebelum SSPX dimasukkan sepenuhnya ke dalam Gereja, mereka harus menerima pengajaran dari Dewan Vatikan Kedua, yang memerintahkan penghormatan terhadap agama-agama lain.
Sebagian kaum Yahudi menuduh SSPX antisemit. SSPX sendiri mengatakan bahwa mereka memiliki tugas untuk mengkatolikkan orang-orang Yahudi. (rin/hrz) Dikutip oleh www.suaramedia.com