Gayus Halomoan Tambunan, lagi-lagi membuat ulah. Malah Ruhut Sitompul "wakil rakyat" dari Partai Demokrat, mengusulkan agar Gayus dihukum mati saja. Kita boleh setuju atau pun tidak dengan pandangan Ruhut. Yang pasti, Gayus telah dikenali sebagai sosok anak bangsa yang mampu "mengelola" perkeliruan sistem sekaligus kelengahan aparat di negeri ini. Nama nya mulai berkibar dan membahana tatkala anak muda ini terlibat dalam urusan manipulasi pajak berbagai perusahaan, termasuk yang sekaliber konglomerat. Salah satu nya adalah adanya kaitan dengan"permainan pajak" satu perusahaan besar yang ditengarai bagian dari kerajaan bisnis nya salah seorang Petinggi Partai Politik besar di negeri ini.
Sekalipun belum ada hasil yang akurat, dari sinilah kemudian istilah"pengemplang pajak" muncul ke tengah-tengah kehidupan dan menjadi sorotan berbagai kalangan. Saat ini, Gayus sendiri sedang menghadapi proses pengadilan dan sehari-hari nya diinepkan di Hotel Pordeo, Rutan Brimob, Kelapa Dua. Yang pasti, walau pun Gayus kini mesti nya meringkuk di ruangan 3 X 3 meter yang diberi pintu jeruji besi, ternyata diri nya masih mampu beraksi dan berusaha keras memanfaatkan cerah hukum yang masih terbuka. Cerita klasik yang kerap kali dijadikan "senjata" para tahanan politik yang tersangkut kasus korupsi adalah meminta "ijin berobat", sekira nya diri nya ingin menghirup udara segar dan bebas sejenak dari ruangan tahanan.
Bukan Gayus nama nya, jika tidak mampu merusak mental dan moral aparat. Bukan Gayus pula nama nya, kalau diri nya tidak mampu berperan ibarat seekor"belut" sekaligus seekor "londok" (=landak). Selaku belut, Gayus sangat licin. Banyak akal bulus yang dilakukan. Ditangkap ekor nya berkelit kepala nya. Ditangkap kepala nya, ekor nya yang lepas dari genggaman. Dan selaku londok, Gayus memang piawai "berubah warna". Hari ini bisa tampilan nya pelontos, namun dalam hari yang sama juga bisa terlihat gondrong. Satu saat terlihat lugu dan muka nya yang tanpa dosa, namun satu waktu dapat juga menyulap nya dengan tampilan laksana Don Kisot.
Ya itulah Gayus, yang mampu menjadikan hidup ini penuh dengan sandiwara. Kehidupan ibarat sebuah panggung. Dalam menyemarakan panggung inilah, seorang Gayus berusaha memainkan nya. Bagi Gayus siapa pun orang nya dan dari mana pun mereka berasal, pasti akan dapat diolah dan dimainkan. Sebutan "tidak mungkin" atau "menyerah pada keadaan", bukanlah sesuatu yang terpatri kuat dalam nurani nya. Semua serba memungkinkan. Semua bisa diatur. Tidak ada yang tidak bisa direkayasa. Sebab, bagi orang yang berperilaku seperti ini, pandangan "semua bisa dibeli dengan uang", tentu akan mengedepan menjadi "ideologi hidupan nya". Sayang, apa yang diolah nya itu, sangat jauh dari kemaslahatan dan keberkahan hidup. Gayus malah mensiasati nya dengan perilaku-perilaku yang kurang terpuji dan bahkan terang-terangan melawan hukum dan keadilan, yang dalam beberapa tahun belakangan ini ingin kita tegakan bersama.
Cerita soal ditemukan nya Gayus sedang menonton pertandingan tenis di pulau Dewata, Bali, kini memang mengemuka menjadi berita utama di berbagai media massa, setelah hari-hari sebelum nya kita diramaikan oleh kabar terjadi nya banjir bandang di Wasior, Papua; terjadi nya bencana tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat dan letusan Gunung Merapi di seputaran Jogjakarta. Walau pun kejadian ini masih menjadi tanda tanya tentang benar atau tidak nya, namun ada beberapa bukti yang mengarah ke pembuktian kejadian tersebut. Gayus sendiri kepergok ketika sedang melakukan penyamaran diri.
Dalam istilah biologi nya kita kenal dengan nama "mimikri". Suatu saat warna nya hijau tapi hanya dalam beberapa detik saja berubah jadi biru. Selintas orang bisa jadi tidak akan terlalu yakin bahwa yang ada disamping nya itu adalah Gayus. Jika hasil jepretan foto itu benar Gayus (beberapa pakar menyatakan keyakinnya bahwa foto itu adalah Gayus), maka dengan tampilan nya yang terkesan trendy, lengkap dengan rambut palsu berwarna kehitaman, kita tentu tidak bakalan tahu siapa sesungguh nya sosok yang ada disekitar kita itu. Namun jika kita amati foto yang beredar dan dibandingkan dengan foto Gayus yang asli lain nya, boleh jadi kita akan menyimpulkan bahwa Gayus memiliki "saudara kembar". Pertanyaan nya adalah benarkah Gayus terlahir sebagai anak kembar ? Atau mungkinkah sekarang sudah ada teknologi kloning bagi manusia, sehingga kita dapat mencetak orang beribu-ribu Gayus ?
Di duga keras, apa yang dilakukan Gayus, bukanlah hasil kerja perorangan, boleh jadi hal ini merupakan sebuah"team work" yang dirancang bersama-sama diantara para pihak yang terkait di dalam nya. Gayus paham betul bagaimana"ilmu katak" berenang itu harus duwujudkan. Gayus mengerti betul bagaimana bersiasat dalam hal penggelapan pajak. Gayus pasti sangat akhli dalam hal-hal yang demikian. Untuk itu, bisa jadi kiprah Gayus (andaikan benar) ini telah disiapkan cukup matang dan dirancang lewat skenario yang rapih. Gayus yakin, langkah utama yang harus digarap nya adalah bagaimana berkolaborasi dengan aparat. Boleh jadi alasan untuk ijin berobat ke luar Hotel Pordeo adalah "entry point" untuk dapat memuluskan skenario yang telah dibangun nya.
Dengan dalih sakit, surat ijin berobat tentu gampang di dapat. Sebagai seorang tersangka yang dititipkan di "rumah tahanan", para tahanan politik/koruptor biasa nya memiliki "dispensasi" tak tertulis dibandingkan dengan mereka yang ditahan karena mencuri ayam misal nya. Namun begitu, untuk berobat ke dokter yang ditetapkan, Gayus pasti harus dikawal sesuai dengan prosedur yang ada. Berdasar pengamatan secara umum, sejak saat ke luar kamar tahanan inilah sebetul nya Gayus memiliki "kesempatan" untuk melakukan niat nya itu, sekalipun terkesan di kawal ketat oleh petugas. Arti nya, kalau petugas yang mengawal dan mengawal nya tidak terlibat dalam "persekongkolan" yang dirancang sangat baik misal nya, dijamin halal Gayus tidak akan sempat "hengkang" ke Bali. Petugas pasti akan melarangnya. Apalagi jika tujuan nya cuma mau nonton tenis. Hanya soal nya akan menjadi lain, jika Gayus ke Bali, memang ada agenda khusus yang hingga kini belum diketahui oleh publik.
Sembari menunggu hasil penyelidikan aparat, isu Gayus berambut palsu, suka atau pun tidak, ternyata mampu memberi aura baru dalam pemberitaan pers, yang selama berhari-hari memuat berita bencana. Bahkan berita Kunjungan Kerja Presiden Sby ke Korea Selatan pun seperti nya "kalah pamor"dengan berita yang melibatkan nasib pengungsi. Gayus memang lain. Pencitraan yang dilakukan nya sungguh efektif. Satu kali beraksi maka banyak korban yang berjatuhan. Bayangkan kalau banyak aksi yang dilakukan Gayus. Dunia perkeliruan bakal semakin marak. Dan panggung yang tersedia pasti akan menjadi ajang tunil yang menggelikan. Mari kita lihat "ending" kiprah Gayus nya sendiri. Akan kah tersiar kabar yang ringan dan lucu ? Siapa takut....!!!
Sumber : www.suara-rakyat.com