Bangsa ini telah meninggalkan sejarah. Apa yang dikatakan Bung Karno : "Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah (Jas Merah)" telah terabaikan. Padahal yang terjadi saat ini merupakan hasil dari perjalanan sejarah. Dan apa yang terjadi saat ini telah diprediksikan oleh para leluhur kita Prabu Jayabaya dan R.Ng. Ronggowarsito, yang mana hasil karya mereka merupakan ayat-ayat Allah. Perlu kiranya saya sampaikan cuplikan terjemahan bebas dari karya mereka :
A. Prabu Jayabaya (Kitab Musarar) :
18. Nama rajanya Lung gadung rara nglikasi kemudian berganti gajah meta semune tengu lelaki. Enam puluh tahun menerima kutukan sehingga tenggelam negaranya dan hukum tidak karu-karuan. Waktu itu pajaknya rakyat adalah. Keterangan :
Lung Gadung Rara Nglikasi : Raja yang penuh inisiatif dalam segala hal, namun memiliki kelemahan suka wanita (Soekarno). Gajah Meta Semune Tengu Lelaki : Raja yang disegani/ditakuti, namun nista (Soeharto). 19. Uang anggris dan uwang. Sebab saya diberi hidangan darah sepitrah. Kemudian negara geger. Tanah tidak berkhasiat, merintah rusak. Rakyat celaka. Bermacam-macam bencana yang tidak dapat ditolak.
20. Negara rusak. Raja berpisah dengan rakyat. Bupati berdiri sendiri-sendiri. Kemudian berganti jaman Kutila. Rajanya Kara Murka. Lambangnya Panji loro semune Pajang Mataram.
Keterangan :
- Bupati berdiri sendiri-sendiri : Otonomi Daerah.
- Jaman Kutila : Reformasi
- Raja Kara Murka : Raja-raja yang saling balas dendam.
- Panji Loro semune Pajang Mataram : Dua kekuatan dalam satu kubu
yang saling ingin menjatuhkan (Gus Dur - Megawati ).
21. Nakhoda ikut serta memerintah. Punya keberanian dan kaya. Sarjana tidak ada. Rakyat sengsara. Rumah hancur berantakan diterjang jalan besar. Kemudian diganti dengan lambang Rara ngangsu, randa loro nututi pijer tetukar.
Keterangan :
- Nakhoda : Orang asing.
- Sarjana : Orang arif dan bijak.
- Rara Ngangsu, Randa Loro Nututi Pijer Atetukar : Ratu yang selalu diikuti/diintai dua saudara wanita tua untuk menggantikannya (Megawati).
22. Tan kober apepaes, sinjang kemben tan tinolih itu sebuah lambang yang menurut Seh Ngali Samsujen datangnya Kala Bendu. Di Semarang Tembayat itulah yang mengerti/memahami lambang tersebut.
Keterangan :
Tan Kober Apepaes Tan Tinolih Sinjang Kemben : Raja yang tidak sempat mengatur negara sebab adanya masalah-masalah yang merepotkan (SBY/Kalla).
23. Pajak rakyat banyak sekali macamnya. Semakin naik. Panen tidak membuat kenyang. Hasilnya berkurang. Orang jahat makin menjadi-jadi, orang besar hatinya jail. Makin hari makin bertambah kesengsaraan negara.
24. Hukum dan pengadilan negara tidak berguna. Perintah berganti- ganti. Keadilan tidak ada. Yang benar dianggap salah. Yang jahat dianggap benar. Setan menyamar sebagai wahyu. Banyak orang melupakan Tuhan dan orang tua.
25. Wanita hilang kehormatannya. Sebab saya diberi hidangan Endang seorang oleh ki Ajar. Mulai perang tidak berakhir. Kemudian ada tanda negara pecah.
26. Banyak hal-hal yang luar biasa. Hujan salah waktu. Banyak gempa dan gerhana. Nyawa tidak berharga. Tanah Jawa berantakan. Kemudian raja Kara Murka Kutila musnah.
27. Kemudian kelak akan datang Tunjung Putih semune Pudak kasungsang. Lahir di bumi Mekah. Menjadi raja di dunia, bergelar Raja Amisan, redalah kesengsaraan di bumi, nakhoda ikut ke dalam persidangan.
Keterangan :
- Tunjung Putih semune Pudak Kesungsang : Raja berhati putih namun masih tersembunyi (Satriya Piningit).
- Lahir di bumi Mekah : Orang Islam yang sangat bertauhid.
28. Raja keturunan waliyullah. Berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa. Letaknya dekat dengan gunung Perahu, sebelah barat tempuran. Dicintai pasukannya. Memang raja yang terkenal sedunia.
Keterangan :
- Berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa : Orang Islam yang sangat menghormati leluhurnya dan menyatu dengan ajaran tradisi Jawa.
29. Waktu itulah ada keadilan. Rakyat pajaknya dinar sebab saya diberi hidangan bunga seruni oleh ki Ajar. Waktu itu pemerintahan raja baik sekali. Orangnya tampan senyumnya manis sekali.
B. R.Ng. Ronggowarsito :
Dipaparkan ada tujuh satrio piningit yang akan muncul sebagai tokoh yang dikemudian hari akan memerintah atau memimpin wilayah seluas wilayah "bekas" kerajaan Majapahit , yaitu : Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro, Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar, Satrio Jinumput Sumelo Atur, Satrio Lelono Topo Ngrame, Satrio Piningit Hamong Tuwuh, Satrio Boyong Pambukaning Gapuro, Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu. Berkenaan dengan itu, banyak kalangan yang kemudian mencoba menafsirkan ke-tujuh Satrio Piningit itu adalah sebagai berikut :
1. SATRIO KINUNJORO MURWO KUNCORO. Tokoh pemimpin yang akrab dengan penjara (Kinunjoro), yang akan membebaskan bangsa ini dari belenggu keterpenjaraan dan akan kemudian menjadi tokoh pemimpin yang sangat tersohor diseluruh jagad (Murwo Kuncoro). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soekarno, Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia yang juga Pemimpin Besar Revolusi dan pemimpin Rezim Orde Lama. Berkuasa tahun 1945-1967.
2. SATRIO MUKTI WIBOWO KESANDUNG KESAMPAR. Tokoh pemimpin yang
berharta dunia (Mukti) juga berwibawa/ditakuti (Wibowo), namun akan mengalami suatu keadaan selalu dipersalahkan, serba buruk dan juga selalu dikaitkan dengan segala keburukan / kesalahan (Kesandung Kesampar). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soeharto, Presiden Kedua Republik Indonesia dan pemimpin Rezim Orde Baru yang ditakuti. Berkuasa tahun 1967-1998.
3. SATRIO JINUMPUT SUMELA ATUR. Tokoh pemimpin yang diangkat/terpungut (Jinumput) akan tetapi hanya dalam masa jeda atau transisi atau sekedar menyelingi saja (Sumela Atur). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai BJ Habibie, Presiden Ketiga Republik Indonesia. Berkuasa tahun 1998-1999.
4. SATRIO LELONO TAPA NGRAME. Tokoh pemimpin yang suka mengembara / keliling dunia (Lelono) akan tetapi dia juga seseorang yang mempunyai tingkat kejiwaan Religius yang cukup / Rohaniawan (Tapa Ngrame). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai KH. Abdurrahman Wahid, Presiden Keempat Republik Indonesia. Berkuasa tahun 1999- 2000.
5. SATRIO PININGIT HAMONG TUWUH. Tokoh pemimpin yang muncul membawa kharisma keturunan dari moyangnya (Hamong Tuwuh). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Megawati Soekarnoputri, Presiden Kelima Republik Indonesia. Berkuasa tahun 2000-2004.
6. SATRIO BOYONG PAMBUKANING GAPURO. Tokoh pemimpin yang berpindah tempat (Boyong) dan akan menjadi peletak dasar sebagai pembuka gerbang menuju tercapainya zaman keemasan (Pambukaning Gapuro). Banyak pihak yang menyakini tafsir dari tokoh yang dimaksud ini adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Ia akan selamat memimpin bangsa ini dengan baik manakala mau dan mampu mensinergikan dengan kekuatan Sang Satria Piningit atau setidaknya dengan seorang spiritualis sejati satria piningit yang hanya memikirkan kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia sehingga gerbang mercusuar dunia akan mulai terkuak. Mengandalkan para birokrat dan teknokrat saja tak akan mampu menyelenggarakan pemerintahan dengan baik. Ancaman bencana alam, disintegrasi bangsa dan anarkhisme seiring prahara yang terus terjadi akan memandulkan kebijakan yang diambil.
7. SATRIO PINANDITO SINISIHAN WAHYU. Tokoh pemimpin yang amat sangat Religius sampai-sampai digambarkan bagaikan seorang Resi Begawan (Pinandito) dan akan senantiasa bertindak atas dasar hukum / petunjuk Allah SWT (Sinisihan Wahyu). Dengan selalu bersandar hanya kepada Allah SWT, Insya Allah, bangsa ini akan mencapai zaman keemasan yang sejati.
3. Dari kajian karya-karya leluhur kita di atas menyiratkan bahwa segala sesuatunya memang harus dan akan terjadi dan tidak dapat ditolak. Sementara berkaitan dengan bencana terakhir yang terjadi, yaitu meletusnya Gunung Merapi yang kemudian disusul dengan Gempa Yogya dan Pangandaran, serta Semburan Lumpur Panas Sidoarjo yang tak kunjung berhenti merupakan realita ucapan "Sabda Palon" kepada Prabu Brawijaya dan Sunan Kalijaga.
Berikut ini saya paparkan Ramalan Sabdo Palon :
1. Ingatlah kepada kisah lama yang ditulis di dalam buku babad tentang negara Mojopahit. Waktu itu Sang Prabu Brawijaya mengadakan pertemuan dengan Sunan Kalijaga didampingi oleh Punakawannya yang bernama Sabda Palon Naya Genggong.
2. Prabu Brawijaya berkata lemah lembut kepada punakawannya: "Sabda- Palon sekarang saya sudah menjadi Islam. Bagaimanakah kamu? Lebih baik ikut Islam sekali, sebuah agama suci dan baik."
3. Sabda Palon menjawab kasar: "Hamba tak mau masuk Islam Sang Prabu, sebab saya ini raja serta pembesar Dang Hyang se tanah Jawa. Saya ini yang membantu anak cucu serta para raja di tanah jawa. Sudah digaris kita harus berpisah.
4. Berpisah dengan Sang Prabu kembali ke asal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah 500 tahun saya akan mengganti agama Budha (maksudnya Kawruh Budi) lagi, saya sebar seluruh tanah Jawa.
5. Bila ada yang tidak mau memakai, akan saya hancurkan. Menjadi makanan jin setan dan lain-lainnya. Belum legalah hati saya bila belum saya hancur leburkan. Saya akan membuat tanda akan datangnya kata-kata saya ini. Bila kelak Gunung Merapi meletus dan memuntahkan laharnya.
6. Lahar tersebut mengalir ke barat daya. Baunya tidak sedap. Itulah pertanda kalau saya datang. Sudah mulai menyebarkan agama Buda (Kawruh Budi). Kelak Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi takdir Hyang Widi bahwa segalanya harus bergantian. Tidak dapat bila diubah lagi.
7. Kelak waktunya paling sengsara di tanah Jawa ini pada tahun:
Lawon Sapta Ngesthi Aji. Umpama seorang menyeberang sungai sudah datang di tengah-tengah. Tiba-tiba sungainya banjir besar, dalamnya menghanyutkan manusia sehingga banyak yang meninggal dunia.
8. Bahaya yang mendatangi tersebar seluruh tanah Jawa. Itu sudah kehendak Tuhan tidak mungkin disingkiri lagi. Sebab dunia ini ada ditangan-Nya. Hal tersebut sebagai bukti bahwa sebenarnya dunia ini ada yang membuatnya.
9. Bermacam-macam bahaya yang membuat tanah Jawa rusak. Orang yang bekerja hasilnya tidak mencukupi. Para priyayi banyak yang susah hatinya. Saudagar selalu menderita rugi. Orang bekerja hasilnya tidak seberapa. Orang tanipun demikian juga. Penghasilannya banyak yang hilang di hutan.
10. Bumi sudah berkurang hasilnya. Banyak hama yang menyerang. Kayupun banyak yang hilang dicuri. Timbullah kerusakan hebat sebab orang berebutan. Benar-benar rusak moral manusia. Bila hujan gerimis
banyak maling tapi siang hari banyak begal.
11. Manusia bingung dengan sendirinya sebab rebutan mencari makan. Mereka tidak mengingat aturan negara sebab tidak tahan menahan keroncongannya perut. Hal tersebut berjalan disusul datangnya musibah pagebluk yang luar biasa. Penyakit tersebar merata di tanah Jawa. Bagaikan pagi sakit sorenya telah meninggal dunia.
12. Bahaya penyakit luar biasa. Di sana-sini banyak orang mati. Hujan tidak tepat waktunya. Angin besar menerjang sehingga pohon-pohon roboh semuanya. Sungai meluap banjir sehingga bila dilihat persis lautan pasang.
13. Seperti lautan meluap airnya naik ke daratan. Merusakkan kanan kiri. Kayu-kayu banyak yang hanyut. Yang hidup di pinggir sungai terbawa sampai ke laut. Batu-batu besarpun terhanyut dengan gemuruh suaranya.
14. Gunung-gunung besar bergelegar menakutkan. Lahar meluap ke kanan serta ke kiri sehingga menghancurkan desa dan hutan. Manusia banyak yang meninggal sedangkan kerbau dan sapi habis sama sekali. Hancur
lebur tidak ada yang tertinggal sedikitpun.
15. Gempa bumi tujuh kali sehari, sehingga membuat susahnya manusia. Tanahpun menganga. Muncullah brekasakan yang menyeret manusia kedalam tanah. Manusia-manusia mengaduh di sana-sini, banyak yang sakit. Penyakitpun rupa-rupa. Banyak yang tidak dapat sembuh. Kebanyakan mereka meninggal dunia.
16. Demikianlah kata-kata Sabda Palon yang segera menghilang sebentar tidak tampak lagi dirinya. Kembali ke alamnya. Prabu Brawijaya tertegun sejenak. Sama sekali tidak dapat berbicara.Hatinya kecewa sekali dan merasa salah. Namun bagaimana lagi, segala itu sudah menjadi kodrat yang tidak mungkin diubahnya lagi.
Keterangan :
Tanggal 13 Mei 2006 lalu bertepatan dengan hari Waisyak (Budha) dan hari Kuningan (Hindu), Gunung Merapi telah mengeluarkan laharnya ke arah Barat Daya (serta merta pada waktu itu ditetapkan status Merapi
dari "Siaga" menjadi "Awas"). Dari uraian Ramalan Sabdo Palon di atas, maka dengan keluarnya lahar Merapi ke arah Barat Daya menandakan bahwa Sabdo Palon sudah datang kembali. 500 tahun setelah berakhirnya Majapahit (Th 1500 an) adalah sekarang ini di tahun 2000an.
4. Sampai dengan redanya, letusan Merapi hanya memakan korban 2 orang meninggal. Sebelum letusan itu Sri Sultan Hamengkubuwono X menyatakan bahwa Merapi akan meletus dalam waktu 10 hari, ternyata tidak terbukti. Karena ucapan yang mendahului kehendak Allah (ndisiki kerso) yang tidak sepatutnya dilontarkan secara vulgar oleh seorang "raja", maka Jogja pun digoyang gempa (disusul Pangandaran) yang banyak memakan korban jiwa dan harta benda. Bahkan kita semua tidak tersadar bahwa Merapi sebenarnya tetap meletus, namun berpindah tempat di Sidoarjo dengan semburan lumpur panasnya yang beracun. Semburan lumpur panas ini merupakan peristiwa yang sangat luar biasa yang dampaknya akan banyak menyedot dana dan memakan korban jiwa. Secara penglihatan spiritual, teknologi apapun dan kesaktian paranormal/ulama se-nusantarapun tidak akan mampu menghentikan semburan lumpur ini. Bahkan peristiwa ini akan berpotensi memicu terjadinya chaos (goro-goro) yang pada gilirannya akan dapat menjatuhkan pemerintah. Sementara bencana-bencana ini akan terus berlanjut. Hanya seorang Waliyullah (kekasih Allah) saja yang dapat meredakan semuanya. Namun sayang, orang seperti ini selalu saja sangat tersembunyi.
5. Semua peristiwa alam yang terjadi adalah merupakan peristiwa gaib, karena semua terjadi karena kehendak Yang Maha Gaib, Allah Aza wa Jalla. Sehingga tidak dapat dilawan dengan kesombongan akal pikiran. Solusi atau jawaban tentang apa yang terjadi pada bangsa ini sebenarnya telah ada di dalam misteri bait-bait Ramalan
Joyoboyo, R.Ng. Ronggowarsito maupun Sabdo Palon. Kebenaran selalu saja tersembunyi. Kata sandi dari jawaban misteri ini adalah :
JOGLOSEMAR. Joglo telah runtuh, yang ada tinggal Semar. Inilah hakekat kondisi negara saat ini. Sebagai panduan perlu saya garis bawahi kata kunci yang ada di dalam bait-bait karya leluhur kita, yaitu :
1. Di dalam ramalan R.Ng. Ronggowarsito menyiratkan bahwa Satria VI (Satriyo Boyong Pambukaning Gapura) harus menemukan dan bersinergi dengan seorang spiritualis sejati satria piningit (tersembunyi) agar kepemimpinannya selamat.
2. Dalam bait 22 ramalan Joyoboyo dikatakan "Di Semarang Tembayat itulah yang mengerti dan memahami lambang tersebut."
3. Dari ucapan Sabdo Palon dalam ramalan Sabdo Palon tersirat bahwa dengan fenomena alam yang digambarkan (seperti yang terjadi saat ini) menandakan bahwa Sabdo Palon beserta momongan (asuhan) nya
telah datang untuk mem-Budi Pekertikan bangsa ini (secara rinci terdapat di dalam Serat Darmogandul). Sabdo Palon secara hakekat adalah Semar.
4. JOGLOSEMAR = Jogja - Solo - Semarang. Dari peristiwa gempa Jogja telah membuktikan bahwa kerajaan Mataram Jogja & Solo sudah tidak memiliki aura lagi. Hal ini terbukti dengan hancurnya Bangsal Traju Mas (tempat penyimpanan pusaka kerajaan) dan Tamansari (tempat pertemuan raja dengan Kanjeng Ratu Kidul). Hal lain adalah robohnya gapura makam HB IX (Jogja) dan PB XII (Solo) di kompleks makam raja-raja Imogiri, sebagai perlambang bahwa Keraton Jogja - Solo sudah tidak memiliki aura dan kharisma. Sehingga yang tersisa tinggallah "Semarang" (Mataram Kendal).
6. Sebagai masukan kepada Yang Mulia Presiden SBY guna mengatasi carut marut yang terjadi pada bangsa ini, saya menyarankan :
"Kumpulkan ahli-ahli Thoriqoh negeri ini yaitu mursyid/syeh-syeh yang telah mencapai maqom "Mukasyafah", Pedanda-pedanda sakti agama Hindu, Bhiksu-bhiksu agama Budha yang telah sempurna, serta kasepuhan waskito dari Keraton Jogja & Solo, untuk bersama-sama memohon petunjuk kepada Allah SWT mencari siapa sosok orang yang mampu mengatasi keadaan ini dan mencari jawab dari misteri ramalan para leluhur di atas. Gunakan 4 point panduan saya untuk memandu mereka. Insya Allah, jika Allah Aza wa Jalla memberikan ijin dan
ridho-Nya akan diketemukan jawabannya."