REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Umat Islam harus hati-hati terhadap pemikiran para orientalis (ilmuan Barat). Pasalnya, para orientalis dalam mengkaji ajaran Islam tidak murni menggunakan telaah akademis semata, melainkan juga membawa misi terselebung demi kepentingan pribadi maupun kelompoknya.
Pendapat itu dikemukakan dosen di International Islamic University Malaysia (IIUM), Syamsuddin Arif, saat menjadi pembicara dalam diskusi terbatas bertema “Dialog Tokoh: Tantangan Orientalis dalam Studi Islam” di kampus IAIN Sunan Ampel Surabaya, Kamis, (25/11).
Dalam acara yang diselenggarakan Institut Pemikiran dan Peradaban Islam (Inpas) tersebut, Syamsuddin, menerangkan bahwa para orientalis belajar Islam awalnya demi kebangkitan kembali Barat atau disebut Renaissance. Seiring berjalannya waktu, sambung Syamsuddin, para orientalis mempelajari Islam tidak lepas dari semangat kolonialisasi.
Ia memberi contoh dalam kasus Napoleon Bonaparte, sang kaisar Prancis abad 19 saat datang ke Mesir dengan membawa pasukan dan para ilmuan yang ditugaskan mempelajari bahasa, agama, dan budaya Negeri Firaun tersebut. Setali tiga uang, sambung Syamsuddin, apa yang dulu dilakukan Snouck Hurgronje saat Belanda menakhlukkan Aceh, adalah mempelajari studi Islam sebagai senjata ampuh untuk menguasai wilayah yang akan dijajahnya.
Syamsuddin melanjutkan, biasanya, dalam kajian keislaman para orientalis melakukan pendekatan dengan beberapa teori. Seperti teori pengaruh (theories of influence), teori asal-usul (theories of origins), teori peminjaman (theories of borrowing), teori evolusi (theories of evolution) dan teori perkembangan (theories of development). “Itu hanya sebagai contoh agar kita waspada,” jelas Syamsuddin.
Kendati bahaya, Syamsuddin menyebut jika justru banyak ilmuan dan cendekiawan Islam yang tergiur pemikiran para orientalis. Sebut saja Taha Husain dan Najib al-‘Aqiqi. Diterangkannya, Taha Husain mengatakan, “Kita mesti menuntut ilmu kepada mereka (orientalis) sampai kita mampu berdiri di atas kaki sendiri dan terbang dengan sayap-sayap kita”.
Karena itu, Syamsuddin menghimbau para mahasiswa agar berhati-hati jika belajar Islam kepada orientalis, terutama jika belajar Islam di Barat. “Jika tidak punya modal cukup, serta keberanian beradu argumen dengan para profesor Barat, saya sarankan lebih baik tidak belajar Islam di Barat. Karena masih banyak ahli studi Islam di negeri ini,” tukasnya.