Searching...

Kisah Sada Abe (salah satu 100 penjahat paling kejam di dunia)


Sada Abe

Pada suatu sore, 20 Mei 1936, ketika seseorang inspektur polisi berjalan memasuki kamar di sebuah penginapan di Tokyo untuk memeriksa identitas orang yang menginap, dia tidak menduga akan menemukan Sada Abe, 31 tahun.
Bahkan setelah dia memperkenalkan dirinya, polisi itu tidak percaya.
Kemudian, dari korsetnya dia mengeluarkan sebuah bungkusan kertas dan membukanya dan buktinya tidak salah lagi.
Karena dalam bungkusan itu berisi potongan alat kelamin kekasihnya yang sudah meninggal, Kichizo Ishida.

Tubuh telanjang Ishida, seorang pemilik restoran, ditemukan oleh petugas pembersih kamar dua hari yang lalu di sebuah kamar hotel yang setara dengan hotel bintang lima.
Terukir di pahanya, juga ditulis dengan darah di seprai, huruf-huruf yang berbunyi Sada, Kichi Futari-kiri (Sa dan Kichi, kekasih yang tak terpisahkan selamanya).
Kata Sada tertulis di lengan kirinya. Penis dan testisnya dipotong.

Sada adalah pramusaji di restoran Ishida; dan tidak lama kemudian polisi menyebarkan surat perintah penangkapan untuknya dan menyebarkan fotonya ke pers, yang memberitakan detail kejahatan yang dia lakukan di halaman depan surat kabar.
Ketika akhirnya dia ditahan dia menulis dua surat perpisahan, yang ternyata merupakan suatu pesan emosional untuk kekasihnya yang sudah tiada. Surat-surat kabar menerbitkan edisi khusus.
Mendadak Sada menjadi kisah paling seru di seluruh negeri.

Sada Abe adalah anak bungsu seorang pembuat keset yang kaya di Kanda. Akan tetapi, dia adalah seorang remaja yang sulit diatur dan tidak peduli, dan pada umur 18 tahun , orangtuanya menjualnya ke sebuah rumah bordil di Yokohama sebagai seorang geisha (wanita penghibur).
Sepanjang umur dua puluhan, dia bekerja dalam bisnis seks; dan akhirnya dia hijrah ke Tokyo sebagai wanita simpanan seorang pria paruh baya yang kaya.
Saat itulah mungkin karena bosanm atau mungkin karena membutuhkan uang yang lebih banyak dia bekerja sebagai seorang pramusaji di restoran Ishida.

Ishida sudah menikah, sudah memiliki anak, tetapi dia adalah lelaki penakluk wanita; dan tidak lama kemudian keduanya sudah bertemu dengan sembunyi-sembunyi untuk melampiaskan nafsu seks mereka dengan makin gila-gilaan, dimana pun mereka bisa.
Sada adalah seorang yang tidak bisa terpuaskan, belakangan dokter-dokter mengatakan bahwa dia memiliki masalah medis, tetapi dalam diri Ishida dia menemukan tandingannya.
Mereka mulai melampau kebiasaan yang ada, secara obsesif mereka mencari cara-cara baru untuk saling memuaskan.
Sada akan mencekik Ishida dengan ikat pinggang sampai dia pingsan, sehingga suatu aliran darah yang baru akan mengalir ke penisnya, membuatnya membengkak dan menghasilkan orgasme yang dashyat dan begitu nikmat bagi mereka berdua.
Akhirnya, mereka melangkah terlalu jauh.

Mungkin obat pereda rasa sakit yang diberikan Sada bagi Ishida yang mengeluh karena insomnia itu yang melemahkan pertahanannya.
Akan tetapi Sada, dalam interogasi dengan polisi, mengaku bahwa dia bermaksud membunuh Ishida.
Dia berkata:
“Aku sangat mencintainya, aku ingin memiliki dia untukku sendiri…
Aku tahu bahwa jika aku membunuhnya maka tidak ada wanita
lain yang dapat menyentuhnya lagi, jadi aku membunuhnya. “

Tentang pemotongan alat kelaminnya dia berkata:
“ [itu] milik orang yang aku cintai. Semua milik Ishida sudah menjadi
milik saya. “

Sada yang saat itu sudah memunculkan suatu kata Jepang yang baru, Sadaisme dihukum enam tahun penjara, tetapi dibabaskan dengan suatu amnesti pada tahun 1941.
Dia pindah dari Tokyo dengan menggunakan nama samaran dan menikah.
Kemudian, pada tahun 1947, dia ditemukan kembali oleh seorang jurnalis, dan kisah lengkapnya ditulis dengan begitu blakblakan dalam sebuah buku bestseller, The Sex Confessions of sada.
Dalam suatu wawancara berikutnya dengan seorang penulis terkenal, Sada mengatakan bahwa hanya ada satu pria yang dia cintai, yaitu Kichizo Ichida.
Kemudian sang penulis menggambarkan apa yang telah Sada lakukan sebagai:
“ Cinta yang total… Tindakannya memotong anggota tubuh Ishida
sebagai tanda mata adalah aksi feminin yang paling ekstrem. “

Terakhir kalinya alat kelamin Ishida terlihat di suatu pameran pascaperang di sebuah pusat perbelanjaan yang disponsori oleh antara lain Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan.
Sejak saat itu mulai diterbitkan biografi lengkap Sada, juga beberapa film tentang skandal dia dan Ishida: dia antaranya adalah adikarya erotis dari Nagisa Oshima, In the Realm of the Senses.