Mempelajari perkembangan Gereja adalah mempelajari sejarah dunia. Di masa kini, kekuasaan-kekuasaan temporal kepausan sangatlah dibatasi. Namun dahulu, bendera-benderanya berkibar melintasi samudera dan menaklukkan bangsa-bangsa. Hanya beberapa kejadian penting saja yang tidak terpengaruh oleh rencana-rencana besar Vatikan.
Seperti halnya semua kekaisaran, kisah tentang Vatikan adalah kisah tentang kemasyhuran dan kejatuhan. Sejarah itu diawali secara kurang baik di Roma, di mana para pengikut perdana dari “aliran Vatikan” yang bersifat monoteistik ini (setidaknya demikian di mata orang-orang Roma), layak untuk mengalami kematian yang kejam di dalam arena terutama pada masa pemerintahan Nero. Selanjutnya gereja berkembang dalam pemerintahan Kaisar Konstantin, dimana dia melegalkan Gereja dan kemudian memerintahkan pembangunan pertama Basilika Santo Petrus di lokasi dimana gereja yang besar sekarang dapat kita lihat ditengah-tengah Vatikan.
Periode berikutnya dari konsolidasi dan penaklukkan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yakni melalui Sabda Tuhan, menyebar lewat biara-biara, para misionaris dan terutama Perang Salib.
Kemunduran dan kejatuhan yang tak dapat dihindari hanya tinggal beberapa abad kemudian. Meningkatnya korupsi dan politisasi lembaga kepausan akhirnya muncul melawan peralihan menuju cita-cita humanis yang menjiwai zaman Renaissance. Kolonisasi sekuler dari tanah-tanah yang jauh dan revolusi dalam bidang pertanian dan industri seolah memberikan pencapaian prioritas jangka pendek kepada manusia, dibandingkan dengan ganjaran-ganjaran spiritual yang berjangka panjang. Perlahan-lahan namun pasti, kekuasaan Takhta Suci pun mulai berkurang.
Meskipun demikian, satu hal yang tetap sama dalam Gereja adalah posisi Paus sebagai pemimpin spiritual. Demi alasan tersebut, artikel berlanjut ini memberikan tidak hanya sejarah singkat Vatikan itu sendiri, tetapi juga sebuah alur waktu dari kejadian-kejadian yang signifikan, serta profil-profil para Paus yang cukup terkenal, mulai dengan Santo Petrus hingga Paus terkini Benediktus XVI.
Apa yang terjadi dalam rentang waktu selama dua ribu tahun di antara mereka merupakan sebuah sejarah dunia itu sendiri, sebagaimana kisah dari sebuah agama.
Banyak orang berpendapat bahwa Vatikan modern bukanlah sebuah kesatuan yang independen, melainkan lebih berupa sebuah “kapal” bagi Gereja Katolik itu sendiri. Oleh karena itu, cara terbaik untuk memahami cara kerja Vatikan, adalah melihat terlebih dahulu Gereja itu sendiri dan evolusinya selama dua ribu tahun terakhir, serta bagaimana mereka berhasil membentuk sebagian besar dunia yang kita lihat sekarang.
0 – 337 Masehi: Sebuah Istana Bagi Yang Teraniaya
Bila dahulu seorang Paus dapat mengumpulkan ribuan prajurit dengan sebuah khotbah yang berisi janji kehidupan abadi, sekarang sang Paus hanya melakukannya dengan peran tidak lebih dari seorang penasihat spiritual. Meskipun berbagai keberuntungan Gereja masa kini tidak dapat dikatakan sebagai yang terbaik, itu semua masih jauh lebih baik daripada masa-masa awalnya yang kurang menjanjikan di bawah kekaisaran Romawi. Pada waktu itu, satu-satunya tempat suci untuk pemujaan bagi publik adalah kuil-kuil seperti kuil Saturnus, Merkuri dan Minerva. Kristianitas merupakan aliran pemujaan yang dianggap ilegal sehingga dianiaya dengan prasangka oleh para otoritas, termasuk (yang terburuk dari semuanya) Kaisar Nero yang tidak stabil secara psikologis.
Kaisar Nero
Pada tahun 64 Masehi, Nero dilaporkan duduk di atas Bukit Quirinalsambil memainkan sebuah harpa kecil dan bernyanyi sambil menyaksikan kota Roma terbakar selama enam hari lamanya yang berada nan jauh di bawah bukit. Ia kemudian menyalahkan pengikut Kristen sebagai penyebab kebakaran itu. Umat Kristen kemudian dibantai secara massal oleh Nero. Ada yang dilumuri lilin, ditusukkan pada tiang-tiang hingga membentuk trisula dan dibakar untuk menjadi “obor” dalam pesta-pesta kebun yang diadakan oleh Nero. Bahkan ada lelucon yang mengatakan bahwa Nero sering mengolok-olok para korban yang dibakar dengan berucap, “sekarang kau sungguh-sungguh menjadi terang dunia.” Sejumlah pengikut lainnya dijahit ke dalam kulit hewan dan diumpankan kepada singa-singa di arena. Sisanya lagi disalibkan.
Salah satu pengikut yang disalibkan adalah Santo Petrus, yang telah menjadi Uskup Roma pertama (dan juga menjadi Paus pertama ketika Yesus memilihnya untuk menjadi pemimpin para Rasul).
Petrus minta kemudian meminta agar ia disalibkan terbalik karena ia merasa tidak layak untuk mati seperti Yesus. Kehidupan para pengikut Kristus pada masa itu memang selalu berakhir dengan kematian yang tidak layak. Santo Klemens (88-97 Masehi), misalnya, dibuang ke dalam laut dengan jangkar kapal yang dikalungkan pada lehernya, Santo Marselinus (296-304 Masehi) diyakini telah dibuang ke dalam sebuah sumur.
Kemudahan bagi para pengikut Gereja ini baru terjadi pada masa dimanaKonstantin menjabat sebagai kaisar Romawi pada tahun 306 Masehi. Dimulai dari Ibu Konstantin yang berlatar belakang pemeluk Kristen yang kuat, telah membuat putranya Konstantin terpengaruh.
Pada tahun 312 Masehi, ketika ia mempersiapkan Pertempuran Jembatan Milvian, Konstantin melihat penampakan salib di matahari. Ia kemudian melukis tanda-tanda salib pada perisai para prajuritnya. Pertempuran pun berakhir dengan kemenangan di pihak Konstantin, kisah-kisah pun tersebar, dan sikap-sikap terhadap agama Kristen berubah hampir dalam semalam. Pada tahun 313 Masehi, Konstantin merancang Dekrit Milan yang mengizinkan orang Kristen menjalankan ibadah mereka secara terbuka dan tanpa rasa takut dianiaya, dan tahun 326 Masehi, Konstantin memerintahkan pembangunan Basilika Santo Petrus yang pertama, di tempat Santo itu menjadi Martir. Konstatin kemudian dibabtis menjadi pengikut Kristen di ranjang kematiannya.
Ilustrasi Konstantin ketika melihat penampakan salib pada matahari
338 – 814 Masehi: Dari Konsolidasi Menuju Penaklukkan
Setelah pusat administrasi kerajaan Romawi direlokasikan ke Konstantinopel di Byzantium (sekarang Istanbul, Turki), terjadi kekosongan kekuasaan yang dengan cepat diisi oleh Uskup Roma. Selama dua ratus tahun berikutnya merupakan sebuah periode konsolidasi yang signifikan bagi Gereja. Pada tahun 382 Masehi, Paus Damasus I memanggil rapat dewan Kota Roma, untuk secara resmi menerjemahkan kodeks-kodeks menjadi Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Biara-biara dibangun diseluruh Eropa untuk mempelajari, menerjemahkan, dan memproduksi naskah-naskah religius itu. Bahasa Latin yang merupakan bahasa dari orang-orang yang berpendidikan di seluruh Eropa akhirnya menjadi bahasa resmi Alkitab yang pertama diterbitkan (bahasa ini masih menjadi bahasa resmi Vatikan).
Jika dua ratus tahun setelah Dekrit Milan adalah waktu konsolidasi kepausan, maka seluruh 1000 tahun pertama adalah masa untuk ekspansi.
Menjelang tahun 500 Masehi, hampir seluruh Prancis telah menganut Kristen. Pada tahun 597 Masehi, Paus Gregorius I mengirim Santo Augustinus ke Inggris. Di sana ia membabtis raja Anglo-Saxon dari Kent, Ethelbert, sebelum mengangkat dirinya menjadi Uskup Agung Canterbury yang pertama. Pada tahun 719 Masehi, Paus Gregorius II mengirimWynfrith yang lahir di Devon (kelak menjadi santo Bonifasius) ke Jerman, di mana ia mendirikan banyak keuskupan dan membabtis banyak sekali penduduk lokal, hingga kematiannya di tangan massa yang berang (konon, ia wafat ketika ia mencoba memerisai dirinya dari hujaman pedang dengan sebuah kitab suci).
Baru setelah 80 tahun kemudian, gereja mampu menjadi sebuah kekuatan untuk melakukan penaklukkan secara suka rela. Pada tahun 799 Masehi, Paus Leo III menjadi begitu tidak populer. Ia dituduh melakukan sumpah palsu, perzinahan dan menjual pengampunan kepausan yang dikenal sebagai ‘indulgensi’, sehingga diseret ke jalan, dipukuli oleh massa dan diancam akan dipotong lidahnya.
Paus Leo III secara formal dibuang dan dikirim ke sebuah biara. Dari tempat itu ia berhasil melarikan diri, dan mencari perlindungan padaCharlemagne, raja suku Frank (suku dari Jerman yang mengalahkan Galia, Prancis) yang akhrinya menemaninya kembali ke Roma. Di Roma, pada hari Natal tahun 800 Masehi, Leo membalas kebaikan Charlemagne, memahkotainya dengan kekaisaran Romawi Suci yang baru, dan dengan demikian mendirikan dinasti Karolingian yang hebat sebagai tangan dari Gereja.
Paus Leo III ketika memahkotai Charlemagne
Di manapun dinasti Karolingian melakukan penaklukan, mereka selalu membangun agama Kristen. Hanya beberapa daerah saja yang lolos dari perhatian mereka. Pada saat kematiannya di tahun 814 Masehi, Charlemagne telah membantu mendirikan sebuah kekaisaran Kristen yang luas dan tersebar ke hampir seluruh bagian Eropa. Dari awal yang begitu sederhana, Gereja Katolik akhirnya berada di ambang pencapaian kekuasaan yang absolut. Namun, sama halnya dengan Kekaisaran Romawi yang mendahuluinya, banyak hal yang terlalu cepat berakhir
.
815 – 1492: Perang-Perang Suci
Semangat penaklukan dari dunia Arab telah disaksikan dunia pada awal milenium kedua. Nabi Muhammad yang lahir di Mekkah pada tahun 570 Masehi, mendirikan Islam setelah ia menerima wahyu yang akhirnya ditulis menjadi sebuah sebuah Al-Quran pada zaman Khalifah Ustman (setelah wafatnya pada tahun 632 Masehi). Enam tahun kemudian, pasukan Khalifah membebaskan Yerusalem dalam nama Islam, sebelum meneruskan sebagian besar penyebaran agama Islam ke Timur Tengah, sambil secara periodikal menuju Eropa. Namun baru pada tahun 1009, ketika kekuatan Islam menaklukan tempat-tempat peristirahatan para peziarah di Yerusalem dan Gereja suci Konstantin, orang-orang Kristen menjadi marah. Pada tahun 1095, ketika kaisar Byzantium Aleksius I mengirim utusan-utusan ke Roma, memohon bantuan untuk melawan orang-orang Turki yang melakukan penjarahan, kemarahan tadi menjelma menjadi murka.
Paus Urbanus II memanggil rapat dewan Prancis, di mana ia memberikan khotbah yang menyulut kemarahan publik. Ia mendorong mereka yang percaya untuk mengangkat pedang guna melayani Tuhan. Ia menjanjikan para prajurit sucinya sebuah pengampunan dosa otomatis atas kesalahan-kesalahan mereka dan menjanjikan tempat yang terjamin di surga. Ribuan prajurit menjawab panggilan ini, begitu juga para petani pejuang dan ksatria profesional yang terlatih. Perang salib yang pertama pun dimulai, mengobarkan api kematian dan menghancurkan semuanya dalam perjalanan menuju Yerusalem.
Setelah kurang dari satu abad berlalu, kekuatan Islam dapat merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187. dan dalam dua abad selanjutnya, sekitar delapan perang salib berikutnya diluncurkan ke Yerusalem. Dari delapan perang yang diluncurkan berikutnya tidak ada yang menyamai keberhasilan perang salib yang pertama.
Pada tahun 1232, di bawah instruksi Paus Gregorius XI, Inkuisisi (pengadilan Gereja atas perilaku yang dianggap tidak sesuai dengan aturan Gereja) dibentuk dengan target orang-orang yang belum percaya di seluruh wilayah kekaisaran Romawi.
Perubahan ini merupakan perjuangan takhta kepasuan untuk mempertahankan pijakan mereka dalam dunia yang sedang berputar di luar kendali. Kekaisaran Karolingian dari Charlemagne telah lama terpecah belah dan setiap upaya untuk kembali menyatukannya kembali dengan kerajaan lain hanya semakin melemahkan Gereja. Akhirnya pemindahan takhta sementara ke Avignon, Prancis antara tahun 1305 dan 1378 tidak dapat dihindari.
Sementara itu, korupsi meningkat di dalam tubuh kepausan sendiri sehingga mengakibatkan permusuhan yang berakar di dalam lembaga itu. Peristiwa wabah Kematian Hitam (1347 – 1351) dan akhrinya kejatuhanKonstantinopel ke tangan orang-orang Turki (1453) juga dianggap oleh banyak orang sebagai campur tangan ilahi.
Ketika Rodrigo Borgia yang kejam dan bejat naik takhta kepausan sebagai Paus Aleksander VI pada tahun 1492, masa itu dianggap sebagai masa tergelap yang pernah terukir dalam sejarah gereja.
1493 – 1870: Kemunduran dan Kejatuhan
Pada tahun 1506, Paus Julius II merobohkan Basilika Santo Petrus yang lama dan meletakkan pondasi yang pertama dari Gereja besar yang mendominasi Vatikan sekarang. Peristiwa ini menjadi semacam tanda bahwa kepausan sedang bergerak beriringan dengan waktu. Nyatanya, meskipun demikian, waktulah yang sedang bergerak terlalu cepat untuk diimbangi oleh takhta kepausan.
Zaman Renaissance telah menyapu seluruh Eropa, melahirkan satu generasi para seniman, arsitek, dan pemikir yang tidak lagi melihat kebenaran melalui ‘otoritas’ dan penegasan-penegasan dogmatis dari Gereja. Mereka memeriksa prinsip-prinsip dari peradaban kuno untuk membantu memahami dan mengekspresikan posisi mereka di dunia.
Pada tahun 1510, seorang imam asal Jerman bernama Martin Lutherterkejut atas banyaknya korupsi yang ia temukan dalam sebuah kunjungannya ke Roma. Pada tahun 1517, Luther menuangkan kemarahannya dalam tulisannya yang berjudul ‘Ninety-Five Theses’,yang merupakan sebuah tuduhan pedas atas korupsi yang terjadi dalam takhta kepausan. Ia kemudian memaku tulisannya pada pintu Gereja Castle di Wittenberg. Dengan melakukan tindakan ini, Luther tanpa sengaja telah memulai suatu gerakan Reformasi, dan membuat jalan menuju Protestanisme, yang kemudian disahkan oleh perjanjian Passaupada tahun 1552. Perjanjian inilah yang secara efektif membelah Takhta Suci menjadi dua
.
Situasi takhta kepausan diperburuk lagi dengan kemajuan-kemajuan ilmiah yang mencapai batas-batas tak terpikirkan terutama di negara-negara Protestan seperti Inggris, tempat Issac Newton diberi kebebasan berpikir untuk mengembangkan ide-idenya tentang gravitasi, relativitas dan spektrum cahaya. Tak satu pun dari semua kemajuan ilmiah ini yang selaras dengan isi dari Kitab Kejadian. Pihak Inkuisisi mencoba untuk melawan pendapat yang berbeda dengan meningkatkan aktivitasnya, meskipun upaya-upaya itu sudah terlambat. Zaman Era Penalaran (abad ke-17) dan Era Pencerahan (abad ke-18) telah menyebabkan munculnya pemikir-pemikir seperti Descartes, Voltaire, Hume dan Locke. Mereka semua mengutuk penyalahgunaan otoritas dari Gereja.
Pada waktu yang sama, Revolusi Pertanian dan Industri menyebabkan kekuatan negara-negara Eropa berada di atas kepatuhan mereka pada agama, dan sekali lagi semakin melemahkan takhta kepausan. Sementara itu, Revolusi Prancis mengakhiri semua ini, dengan Laskar Napoleonmenguasai Vatikan pada pergantian abad ke-19, menurunkan Paus dari takhtanya dan membubarkan Kekaisaran Romawi Suci. Revolusi internal di dalam kerajaan Italia yang baru dibentuk akhirnya mengakhiri Negara Kepausan pada tahun 1848 dan memaksa Paus Pius IX melarikan diri dengan menyamar.
Ketika ia kembali, dengan dikawal laskar Prancis, Pius dengan cepat mengundang rapat Konsili Vatikan Pertama pada tahun 1869 dan menyatakan gagasan ‘kesempurnaan kepausan’, antara lain bahwa secara harafiah tidaklah mungkin bahwa seorang Paus itu keliru dalam membuat keputusan-keputusannya. Gagasan itu tidak banyak mengubah posisi takhta kepausan. Menjelang penarikan laskar Prancis pada tahun berikutnya, Pius dibiarkan sebagai ‘tawanan dalam Vatikan’. Tidak ada seorang pun mau mendengarkan keputusan-keputusan baru Paus Pius ini.
Sebagai pintu masuk utama Vatikan bagi khalayak umum, alun-alun Santo Petrus adalah saksi dimana keriuhan berkat-berkat suci dan para umat serta turis bertemu.
Tiang Obeliks setinggi 40 meter (13 kaki) yang terletak di tengah-tengah alun-alun Santo Petrus ini berasal dari abad ke-13 SM dan pada mulanya digunakan untuk menandai titik pusat dari alun-alun Caligula(yang kemudian menjadi alun-alun Nero) pada abad pertama di Roma. Relokasi yang kedua dari tiang ini merupakan proyek yang paling ambisius dan menantang secara arsitektural dari Paus Siktus V pada tahun 1586. Proyek ini pada awalnya ditawarkan pada Michelangelo. Namun, Michelangelo menolaknya dengan alasan ia merasa bahwa tiang ini dapat roboh dan hancur.
Akhirnya, Domenico Fontana berani mengambil alih pekerjaan ini. Tangga-tangga kuda-kuda yang besar, ratusan tali, dan berlusin-lusin tim pria dilibatkan dalam proyek yang paling menantang ini. Pada tahun 1817, serangkan batu melingkar dipasang menjadi ubin dari alun-alun tersebut untuk menandai puncak dari bayangan tiang obeliks ini saat bayangan tersebut bergerak membentuk berbagai arah waktu. Akhirnya, sebuah jam matahari yang besar dan mengagumkan dapat menjadi simbol khusus dari Alun-alun Santo Petrus.
Sesuatu yang tidak terelakkan untuk sebuah institusi seperti Vatikan yang cinta seni adalah keterlibatannya mengenai isu-isu pemalsuan. Baru-baru ini, sebuah intrik tentang pemalsuan patung Laocoön yang terkenal.
Patung yang menggambarkan figur mitos Yunani kuno ini telah lama diduga sebagai tiruan dari Romawi. Baru-baru ini seorang ahli sejarah seni Lynn Catterson memnunjukkan bahwa patung itu adalah pemalsuan dari abad ke-16 yang tidak disangsikan lagi adalah Michelangelo sendiri sang pemalsunya. Teori Catterson didasarkan pada sebuah sketsa yang mirip dengan milik Michelangelo yang saat ini berada di Museum Ashmolean, Oxford, Inggris. Sketsa itu menampilkan punggung telanjang dari seorang pria yang serupa dengan pria pada patung tersebut. Sketsa itu berasal dari tahun 1501, sementara patung Laocoön sendiri selesai dibuat lima tahun kemudian.
Pada akhirnya, kejadian ini merupakan misteri sejarah tanpa jawaban yang jelas. Namun bagaimanapun juga, Vatikan telah memiliki sebuah mahakarya yang asli dari Michelangelo sendiri.
Patung yang menggambarkan figur mitos Yunani kuno ini telah lama diduga sebagai tiruan dari Romawi. Baru-baru ini seorang ahli sejarah seni Lynn Catterson memnunjukkan bahwa patung itu adalah pemalsuan dari abad ke-16 yang tidak disangsikan lagi adalah Michelangelo sendiri sang pemalsunya. Teori Catterson didasarkan pada sebuah sketsa yang mirip dengan milik Michelangelo yang saat ini berada di Museum Ashmolean, Oxford, Inggris. Sketsa itu menampilkan punggung telanjang dari seorang pria yang serupa dengan pria pada patung tersebut. Sketsa itu berasal dari tahun 1501, sementara patung Laocoön sendiri selesai dibuat lima tahun kemudian.
Patung Laocoön
Hal ini sudah pasti menimbulkan beberapa kesimpulan yang terbuka. Patung tersebut dideskripsikan oleh seorang penulis Yunani kuno, Plinny the Elder, sebagaimana terpahat pada salah satu keping pualam. Patung Laocoön sendiri dibuat dari tujuh potong pualam yang terpisah. Hal ini juga menjelaskan tentang beberapa keping pualam yang dibeli oleh Michelangelo pada waktu yang sama, namun tidak digunakan. Sepertinya, Michelangelo hanya membuat tiruannya saja.Pada akhirnya, kejadian ini merupakan misteri sejarah tanpa jawaban yang jelas. Namun bagaimanapun juga, Vatikan telah memiliki sebuah mahakarya yang asli dari Michelangelo sendiri.
Paus Pius XI bukanlah Paus pertama di abad ke-20 yang kematiannya meninggalkan tanda tanya bagi dunia. Paus Yohanes Paulus I yang meninggal pada 28 September 1978 meninggalkan tanda tanya besar bagi dunia ketika kematiannya hanya 33 hari sejak ia terpilih menjadi Paus.
Sumber-sumber berita resmi dari kejadian ini semuanya terkotak-kotak dan saling bertentangan satu sama lain seakan menimbulkan konspirasihanya untuk kematian seseorang. Satu pernyataan menyebutkan bahwa jenazahnya ditemukan di dalam ruang tidur kepausan pada 04.30 pagi. Laporan lainnya mengatakan bahwa jenazahnya ditemukan pada 05.30 pagi. Seseorang yang lain mengatakan bahwa Sri Paus sudah merasa sakit sejak malam sebelumnya tetapi tidak mau dipanggilkan dokter. Seseorang yang lain pun mengatakan bahwa ia sedang berbicara dengan riang pada malam sebelumnya dan tidak menunjukkan tanda-tanda sedang sakit dan butuh dokter.
Upaya Verifikasi pun menjadi sulit, karena botol obat itu menghilang dari tempat kejadian, begitu juga dengan kacamata dan sandal tidur dari Sri Paus. Dalam bukunya yang berjudul In God’s Name, david Yallopmengatakan bahwa barang-barang ini dihilangkan jejak karena adanya kemungkinan terdapat bercak-bercak muntah. Menurut Yallop, jika Sri Paus diracun, maka seharusnya Sri Paus akan muntah-muntah sebagai reaksi tanda peracunan.
Kalau memang Paus ini dibunuh, apa alasannya? Paus Pius XI saja mempunyai alasan yang masuk akal untuk dibunuh (jika memang itu yang terjadi). Setelah saya bertapa dengan Google, saya menemukan beberapa alasan yang membuat Paus Yohanes Paulus I ini memiliki potensi untuk dibunuh oleh Vatikan sendiri.
Paus Yohanes Paulus I ini telah menghilangkan upacara pemahkotaan kuno dengan dalih ingin menunjukkan kesederhanaan. Ia Juga telah merusak tradisi dengan menggunakan dua (bukan satu) nama kepausan. Perlu kita ketahui bahwa sebenarnya para Paus mempunyai tradisi untuk hanya menggunakan satu nama kepausan contohnya seperti Paus ‘Benediktus’ yang sekarang. hanya satu nama kepausan yang sebenarnya menjadi tradisi, bukan dua! Ia juga berjanji untuk menyidik skandal internal bank Vatikan, membersihkan ‘mafia Milan’ yang terkenal dengan nepotisme dari Sri Paus sebelumnya, Paus Paulus VI, meredakan ketegasan Vatikan tentang aborsi dan kontrasepsi, dan mungkin akan meniadakan Ordo Jesuit untuk yang kedua kalinya.
Banyak sekali motif yang bisa menjadikannya target pembunuhan oleh internal Vatikan sendiri. Meskipun demikian, tidak ada satu jejakpun yang bisa digunakan untuk mengetahui siapa yang melakukan pembunuhan terhadap Paus yang dikenal selalu tersenyum ini.
Sumber-sumber berita resmi dari kejadian ini semuanya terkotak-kotak dan saling bertentangan satu sama lain seakan menimbulkan konspirasihanya untuk kematian seseorang. Satu pernyataan menyebutkan bahwa jenazahnya ditemukan di dalam ruang tidur kepausan pada 04.30 pagi. Laporan lainnya mengatakan bahwa jenazahnya ditemukan pada 05.30 pagi. Seseorang yang lain mengatakan bahwa Sri Paus sudah merasa sakit sejak malam sebelumnya tetapi tidak mau dipanggilkan dokter. Seseorang yang lain pun mengatakan bahwa ia sedang berbicara dengan riang pada malam sebelumnya dan tidak menunjukkan tanda-tanda sedang sakit dan butuh dokter.
Paus Yohanes Paulus I
Penyebab kematiannya pun jauh dari kepastian. Salah satu laporan menyatakan bahwa Sri Paus meninggal karena penyakit jantung, walaupun seorang pemimpin kardinal bernama Jean- Marrie Villotmengatakan bahwa Sri Paus meninggal karena tanpa sengaja telah mengkonsumsi Effortil (obat penyakit jantung) secara berlebihan. Spekulasi kontroversial pun muncul ketika Sri Paus ini diisukan bunuh diri.Upaya Verifikasi pun menjadi sulit, karena botol obat itu menghilang dari tempat kejadian, begitu juga dengan kacamata dan sandal tidur dari Sri Paus. Dalam bukunya yang berjudul In God’s Name, david Yallopmengatakan bahwa barang-barang ini dihilangkan jejak karena adanya kemungkinan terdapat bercak-bercak muntah. Menurut Yallop, jika Sri Paus diracun, maka seharusnya Sri Paus akan muntah-muntah sebagai reaksi tanda peracunan.
Kalau memang Paus ini dibunuh, apa alasannya? Paus Pius XI saja mempunyai alasan yang masuk akal untuk dibunuh (jika memang itu yang terjadi). Setelah saya bertapa dengan Google, saya menemukan beberapa alasan yang membuat Paus Yohanes Paulus I ini memiliki potensi untuk dibunuh oleh Vatikan sendiri.
Alasannya tidak sederhana, Sri Paus yang baru terpilih ini sedang mengancam dan mengguncang Vatikan dalam cara yang belum pernah dilakukan oleh para Sri Paus sebelumnya.
Paus Yohanes Paulus I ini telah menghilangkan upacara pemahkotaan kuno dengan dalih ingin menunjukkan kesederhanaan. Ia Juga telah merusak tradisi dengan menggunakan dua (bukan satu) nama kepausan. Perlu kita ketahui bahwa sebenarnya para Paus mempunyai tradisi untuk hanya menggunakan satu nama kepausan contohnya seperti Paus ‘Benediktus’ yang sekarang. hanya satu nama kepausan yang sebenarnya menjadi tradisi, bukan dua! Ia juga berjanji untuk menyidik skandal internal bank Vatikan, membersihkan ‘mafia Milan’ yang terkenal dengan nepotisme dari Sri Paus sebelumnya, Paus Paulus VI, meredakan ketegasan Vatikan tentang aborsi dan kontrasepsi, dan mungkin akan meniadakan Ordo Jesuit untuk yang kedua kalinya.
Banyak sekali motif yang bisa menjadikannya target pembunuhan oleh internal Vatikan sendiri. Meskipun demikian, tidak ada satu jejakpun yang bisa digunakan untuk mengetahui siapa yang melakukan pembunuhan terhadap Paus yang dikenal selalu tersenyum ini.
Galileo Galilei mungkin adalah korban yang paling terkenal dari Inkuisisi Kepausan. Sebenarnya ia secara actual dianggap sebagai pakar ‘filsafat alam’ (inilah nama dari ‘sains’ sebelum memiliki nama yang keren seperti sekarang) sebelum percobaan-percobaannya dengan teleskop pada tahun 1609 yang membawanya masuk ke dalam konflik langsung dengan Vatikan.
Pengamatan yang dideskripsikan dalam bukunya The Starry Messenger,termasuk penemuan noktah-noktah pada matahari dan gunung-gunung pada bulan yang sangat revolusioner tetapi tidak bersinggungan dengan gagasan Aristotelian yang secara umum dipegang oleh Vatikan pada saat itu. Masalahnya terletak pada pemikiran Galileo berikutnya, yang mendukung gagasan Copernican tentang sistem tatasurya yang heliosentris, yaitu bumi berputar mengelilingi matahari. Sebuah tinggal landas besar dari doktrin Kitab Suci yang mengatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya.
Akibatnya, Galileo dipanggil dua kali untuk menarik pernyataannya di hadapan Inkuisisi. Yang pertama pada tahun 1615 dan ia melakukannya secara sukarela. Namun ia dipanggil lagi pada tahun 1633 setelah publikasi dari karyanya The Two Chief World Systems, yang secara aktual dipesan oleh pihak Inkuisisi untuk menghadirkan kedua sisi dari argumentasi, tetapi dianggap memberikan pertimbangan lebih besar tentang pandangan Copernican atau Copernicus.
Dalam pengadilan kedua, Galileo dipaksa untuk menyatakan bahwa ide tentang matahari yang tetap ‘absurd secara filisofis dan secara formal bersifat berhala’, dan bahwa gagasan tentang bumi yang mengorbit matahari merupakan ‘kesalahan dalam keyakinan’. Buku yang menyerang itu pun dilarang (dan semua karya-karya Galileo lainnya, baik itu di masa lalu maupun yang belum diterbitkan). Ia kemudian dihukum penjara seumur hidup dan kelak dipindahkan ke sebuah tahanan rumah di sebuah viila di Arcetri. Galileo wafat sekitar sepuluh tahun kemudian. Catatan tentang sidang-sidangnya tetap tersimpan rapat dalam Arsip Rahasi Vatikan hingga kini.
Pengamatan yang dideskripsikan dalam bukunya The Starry Messenger,termasuk penemuan noktah-noktah pada matahari dan gunung-gunung pada bulan yang sangat revolusioner tetapi tidak bersinggungan dengan gagasan Aristotelian yang secara umum dipegang oleh Vatikan pada saat itu. Masalahnya terletak pada pemikiran Galileo berikutnya, yang mendukung gagasan Copernican tentang sistem tatasurya yang heliosentris, yaitu bumi berputar mengelilingi matahari. Sebuah tinggal landas besar dari doktrin Kitab Suci yang mengatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya.
Akibatnya, Galileo dipanggil dua kali untuk menarik pernyataannya di hadapan Inkuisisi. Yang pertama pada tahun 1615 dan ia melakukannya secara sukarela. Namun ia dipanggil lagi pada tahun 1633 setelah publikasi dari karyanya The Two Chief World Systems, yang secara aktual dipesan oleh pihak Inkuisisi untuk menghadirkan kedua sisi dari argumentasi, tetapi dianggap memberikan pertimbangan lebih besar tentang pandangan Copernican atau Copernicus.
Dalam pengadilan kedua, Galileo dipaksa untuk menyatakan bahwa ide tentang matahari yang tetap ‘absurd secara filisofis dan secara formal bersifat berhala’, dan bahwa gagasan tentang bumi yang mengorbit matahari merupakan ‘kesalahan dalam keyakinan’. Buku yang menyerang itu pun dilarang (dan semua karya-karya Galileo lainnya, baik itu di masa lalu maupun yang belum diterbitkan). Ia kemudian dihukum penjara seumur hidup dan kelak dipindahkan ke sebuah tahanan rumah di sebuah viila di Arcetri. Galileo wafat sekitar sepuluh tahun kemudian. Catatan tentang sidang-sidangnya tetap tersimpan rapat dalam Arsip Rahasi Vatikan hingga kini.
Dengan jutaan dokumen tersimpan dalam susunan rak-rak yang panjang totalnya lebih dari 50 kilometer, tidak mengherankan bahwa Archivio Segereto Vaticano menarik perhatian semua orang. Ya, inilah Arsip Rahasia Vatikan yang terkenal dan sempat diangkat dalam novel dariDan Brown juga dalam film Angels and Demons yang sampai saat ini masih menjadi salah satu film yang menarik.
Salah satu yang membuat banyak orang menganggapnya menarik adalah’segreto’-nya (rahasia) sendiri. Bagian kecil dari nama inilah yang membuat ruang arsip Vatikan ini sangat menimbulkan rasa ingin tahu.
Akses ke dalam Arsip-Arsip Rahasia ini terbatas bagi umum kecuali para mahasiswa yang betul-betul sangat bersikeras untuk mendapatkannya. Akses itupun diberikan setelah melewati prosedur yang sangat panjang, dan dalam proses ini para mahasiswa harus membuktikan jika penggunaan Arsip sesuai dengan kebutuhan. Jika disetujui, item yang mereka minta pun akan diberikan.
Sebagai awalnya, semua materi yang diarsipkan sebelum abad ke delapan telah secara misterius menghilang, atau dalam kata-kata Vatikan; ‘karena alasan-alasan yang sepenuhnya tidak diketahui’. Semua ini membuat semua orang akan lebih bertanya-tanya bahwa apa gerangan yang sebenarnya berada di balik rak-rak yang panjangnya lebih dari 50 kilometer ini hingga membuat Vatikan begitu ketat menyimpannya untuk diri sendiri?
Menurut para otoritas, ruang arsip dalam wujud awalnya hanya terdiri dari dokumen-dokumen resmi mengenai patron-patron (jangan tanya saya apa artinya, saya juga tidak tahu) Vatikan yang paling lengkap. Namun, ruangan arsip tersebut dipercaya telah digunakan sebagai tempat penyimpanan hasil karya-karya heretik, yang koleksinya perlahan-lahan bertambah karena mengambil dari berbagai perpustakaan seperti orang Kataris dan Ksatria Templar.
Ironi dari menyimpan begitu banyak hasil karya tersebut adalah bahwa para pemburu hal-hal bidah dari gereja tidak terelakkan pasti membacanya dalam upaya untuk mengetahui musuh-musuh mereka lebih baik. Tetapi upaya ini sering berakhir dengan menceburkan diri ke dalam seni-seni kegelapan, seperti yang ditelusuri oleh Umberto Eco dalam novelnya, The Name of The Rose.
Hal-hal Yang Penting Dari Arsip
1246
Sebuah surat dari penguasa Mongolia, Khan Güyqk Agung, kepada Paus Innosensius IV, yang menolak klaim Sri Paus bahwa Khan yang Agung perlu dibabtis dan menolak untuk berhubungan secara damai dengan Vatikan hingga Sri Paus sendiri harus menyembah memberi pemnghormatan kepadanya di dalam Istana Mongolia.
1318
Sebuah dokumen yang memberi tanda pendirian University of Cambridge oleh Paus Yohanes XXII.
1534
Sebuah petisi atas nama Raja Inggris, Henry VIII yang meminta pembatalan kepausan atas pernikahannya selama 24 tahun denganChaterine dari Aragon sehingga sang raja dapat menikahi Anne Boleyn. Bagi yang seing mampir di bioskop mungkin ada yang masih ingat dengan film The Boleyn Girl. Banyaknya pita merah yang direkatkan pada bagian bawah (segel dari 85 bangsawan untuk meyakinkan Sri Paus akan legitimasi dari kasus Raja Henry) dikatakan sebagai asal muasal istilah ‘pita merah’.
1535
Sebuah surat dari Paus Paulus III kepada seniman Michelangelo yang disebut dalam paragraf pembukaan sebagai ‘kemenangan yang indah dari abad kita’, meminta sang seniman untuk meneruskan karyanya pada langit-langit Kapel Sistina, yang pada mulanya dipesan oleh pendahulunya Paus Klemens VII.
1550
Salah satu dari surat-surat Michelangelo yang tersisa, mengajukan kasus para penjaga Basilika Santo Petrus yang ia katakan tidak dibayar selama tiga bulan.
1633
Catatan-catatan bertulis tangan dari sidang Inkuisisi (sidang Vatikan terhadap orang-orang yang dianggap melawan Vatikan) terhadap Galileoatas klaim-klaimnya yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran karena mengatakan bahwa bumi ini berputar mengelilingi matahari.
1770
Penghargaan Ordo Ekuestarian Kepausan berupa Taji Emas diberikan kepada Mozart atas pencapaian musikalnya.
1797
Perjanjian damai antara Takhta Suci dan Republik Prancis di bawah kekuasaan Napoleon, dengan ditanda tangani oleh sang diktator muda sendiri.
Sejarah Kearsipan
Para kolektor yang paling obsesi tingkat tinggi pun tidak akan mampu menyaingi Vatikan yang telah menyimpan setiap lembaran kertas, mulai dari surat-surat pribadi hingga dokumen-dokumen kepausan dari zaman terdahulu. Timbunan material yang begitu banyak telah diwariskan secara turun-temurun hingga tahun 649 Masehi saat koleksi ini untuk pertama kalinya disimpan dalam ruang-ruang besi pada Istana Lateran Roma.Pada abad ke-11, arsip-arsip ini dipindahkan ke sebuah tempat penyimpanan di kaki Bukit Palatina. Pada saat itu, papirus-papirus yang tertua sudah mulai hancur.
Selama abad-abad pertengahan, arsip-arsip ini secara signifikan menjadi tidak berharga akbat terlalu sering dipindahkan. Pada tahun 1254, arsip-arsip dipindahkan dengan sebuah kapal ke sebuah biara di Cluny, lalu ke Perugia, Assisi dan akhirnya ke Avignon, dimana arsip-arsip ini disimpan lebih dari satu abad berikutnya. Baru pada pemerintahan Paus MartinusV(1427-1431) proses pengembalian arsip-arsip ini ke Roma dimulai, dengan memanfaatkan kuda dak kapal sebagai alat pengangkutan. Proses ini mengakibatkan sebagian besar arsip hilang dan hancur.
Terlepas dari semua upaya ini, seluruh koleksi itu masih harus melakukan satu perjalanan lagi, yang dianggap paling fatal dalam seluruh sejarahnya.
Setelah menginvansi Roma pada pergantian abad ke-19, Napoleon memutuskan untuk mengirim seluruh isi perpustakaan Vatikan ini ke Prancis. Tugas ini melibatkan pengiriman dari 3.239 peti yang terpisah-pisah, dan memerlukan waktu tiga tahun penuh untuk menyelesaikannya. Setelah Napoleon kalah pada tahun 1814, seluruh arsip-arsip tadi kembali lagi ke Roma dalam pemindahan yang berlangsung lamban. Banyak kereta pengangkut yang tercebur ke dalam sungai-sungai dan terjerumus ke dalam jurang-jurang. Dalam perjalanan pulang ini, hanya 2.200 peti berhasil kembali ke Roma.
Salah satu yang membuat banyak orang menganggapnya menarik adalah’segreto’-nya (rahasia) sendiri. Bagian kecil dari nama inilah yang membuat ruang arsip Vatikan ini sangat menimbulkan rasa ingin tahu.
Akses ke dalam Arsip-Arsip Rahasia ini terbatas bagi umum kecuali para mahasiswa yang betul-betul sangat bersikeras untuk mendapatkannya. Akses itupun diberikan setelah melewati prosedur yang sangat panjang, dan dalam proses ini para mahasiswa harus membuktikan jika penggunaan Arsip sesuai dengan kebutuhan. Jika disetujui, item yang mereka minta pun akan diberikan.
Sebagai awalnya, semua materi yang diarsipkan sebelum abad ke delapan telah secara misterius menghilang, atau dalam kata-kata Vatikan; ‘karena alasan-alasan yang sepenuhnya tidak diketahui’. Semua ini membuat semua orang akan lebih bertanya-tanya bahwa apa gerangan yang sebenarnya berada di balik rak-rak yang panjangnya lebih dari 50 kilometer ini hingga membuat Vatikan begitu ketat menyimpannya untuk diri sendiri?
Menurut para otoritas, ruang arsip dalam wujud awalnya hanya terdiri dari dokumen-dokumen resmi mengenai patron-patron (jangan tanya saya apa artinya, saya juga tidak tahu) Vatikan yang paling lengkap. Namun, ruangan arsip tersebut dipercaya telah digunakan sebagai tempat penyimpanan hasil karya-karya heretik, yang koleksinya perlahan-lahan bertambah karena mengambil dari berbagai perpustakaan seperti orang Kataris dan Ksatria Templar.
Ironi dari menyimpan begitu banyak hasil karya tersebut adalah bahwa para pemburu hal-hal bidah dari gereja tidak terelakkan pasti membacanya dalam upaya untuk mengetahui musuh-musuh mereka lebih baik. Tetapi upaya ini sering berakhir dengan menceburkan diri ke dalam seni-seni kegelapan, seperti yang ditelusuri oleh Umberto Eco dalam novelnya, The Name of The Rose.
Hal-hal Yang Penting Dari Arsip
1246
Sebuah surat dari penguasa Mongolia, Khan Güyqk Agung, kepada Paus Innosensius IV, yang menolak klaim Sri Paus bahwa Khan yang Agung perlu dibabtis dan menolak untuk berhubungan secara damai dengan Vatikan hingga Sri Paus sendiri harus menyembah memberi pemnghormatan kepadanya di dalam Istana Mongolia.
1318
Sebuah dokumen yang memberi tanda pendirian University of Cambridge oleh Paus Yohanes XXII.
1534
Sebuah petisi atas nama Raja Inggris, Henry VIII yang meminta pembatalan kepausan atas pernikahannya selama 24 tahun denganChaterine dari Aragon sehingga sang raja dapat menikahi Anne Boleyn. Bagi yang seing mampir di bioskop mungkin ada yang masih ingat dengan film The Boleyn Girl. Banyaknya pita merah yang direkatkan pada bagian bawah (segel dari 85 bangsawan untuk meyakinkan Sri Paus akan legitimasi dari kasus Raja Henry) dikatakan sebagai asal muasal istilah ‘pita merah’.
1535
Sebuah surat dari Paus Paulus III kepada seniman Michelangelo yang disebut dalam paragraf pembukaan sebagai ‘kemenangan yang indah dari abad kita’, meminta sang seniman untuk meneruskan karyanya pada langit-langit Kapel Sistina, yang pada mulanya dipesan oleh pendahulunya Paus Klemens VII.
1550
Salah satu dari surat-surat Michelangelo yang tersisa, mengajukan kasus para penjaga Basilika Santo Petrus yang ia katakan tidak dibayar selama tiga bulan.
1633
Catatan-catatan bertulis tangan dari sidang Inkuisisi (sidang Vatikan terhadap orang-orang yang dianggap melawan Vatikan) terhadap Galileoatas klaim-klaimnya yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran karena mengatakan bahwa bumi ini berputar mengelilingi matahari.
1770
Penghargaan Ordo Ekuestarian Kepausan berupa Taji Emas diberikan kepada Mozart atas pencapaian musikalnya.
1797
Perjanjian damai antara Takhta Suci dan Republik Prancis di bawah kekuasaan Napoleon, dengan ditanda tangani oleh sang diktator muda sendiri.
Sejarah Kearsipan
Para kolektor yang paling obsesi tingkat tinggi pun tidak akan mampu menyaingi Vatikan yang telah menyimpan setiap lembaran kertas, mulai dari surat-surat pribadi hingga dokumen-dokumen kepausan dari zaman terdahulu. Timbunan material yang begitu banyak telah diwariskan secara turun-temurun hingga tahun 649 Masehi saat koleksi ini untuk pertama kalinya disimpan dalam ruang-ruang besi pada Istana Lateran Roma.Pada abad ke-11, arsip-arsip ini dipindahkan ke sebuah tempat penyimpanan di kaki Bukit Palatina. Pada saat itu, papirus-papirus yang tertua sudah mulai hancur.
Selama abad-abad pertengahan, arsip-arsip ini secara signifikan menjadi tidak berharga akbat terlalu sering dipindahkan. Pada tahun 1254, arsip-arsip dipindahkan dengan sebuah kapal ke sebuah biara di Cluny, lalu ke Perugia, Assisi dan akhirnya ke Avignon, dimana arsip-arsip ini disimpan lebih dari satu abad berikutnya. Baru pada pemerintahan Paus MartinusV(1427-1431) proses pengembalian arsip-arsip ini ke Roma dimulai, dengan memanfaatkan kuda dak kapal sebagai alat pengangkutan. Proses ini mengakibatkan sebagian besar arsip hilang dan hancur.
Terlepas dari semua upaya ini, seluruh koleksi itu masih harus melakukan satu perjalanan lagi, yang dianggap paling fatal dalam seluruh sejarahnya.
Setelah menginvansi Roma pada pergantian abad ke-19, Napoleon memutuskan untuk mengirim seluruh isi perpustakaan Vatikan ini ke Prancis. Tugas ini melibatkan pengiriman dari 3.239 peti yang terpisah-pisah, dan memerlukan waktu tiga tahun penuh untuk menyelesaikannya. Setelah Napoleon kalah pada tahun 1814, seluruh arsip-arsip tadi kembali lagi ke Roma dalam pemindahan yang berlangsung lamban. Banyak kereta pengangkut yang tercebur ke dalam sungai-sungai dan terjerumus ke dalam jurang-jurang. Dalam perjalanan pulang ini, hanya 2.200 peti berhasil kembali ke Roma.
Paus Pius XII bukanlah satu-satunya jenazah yang membuat malu pihak Vatikan. Pada akhir abad ke sembilan, kepausan menyelenggarakan sebuah kejadian yang begitu mengerikan sehingga memporak-porandakan isi perut orang-orang dari abad pertengahan. Sidang Jenazah pertama di dunia!
Pada tahun 896 Masehi, Paus Stefanus VI terpilih menjadi Paus berkat usaha para pendukungnya yang adalah keluarga Spoleto (bangsawan). Keluarga berkuasa ini sebelumnya telah berselisih dengan otoritas Gereja ketika Sri Paus Formosus (Paus sebelum Stefanus VI) menolak untuk memahkotai salah satu anggota keluarga tersebut sebagai rekan penguasa dari Kekaisaran Romawi Suci. Sebagai akibatnya, salah satu aksi perdana Stefanus sebagai Paus (yang tentu saja dalam tekanan keluarga Spoleto) adalah untuk menggali kembali jenazah Paus Formosus, memakaikan mayat tersebut dengan pakaian kepausan dan mengikatnya pada sebuah kursi sebelum meletakannya di pengadilan yang kelak dikenal sebagai Sidang Jenazah.
Aksi Teatrikal yang mengerikan ini tidak berhenti disini saja. Mayat yang telah diputuskan bersalah itu, jari tangannya dipotong sebelum akhirnya dikubur dengan mengenakan pakaian seorang petani. Tidak puas dengan itu, mayatnya kemudian digali kembali lalu dibuang ke sungai Tiber.
Tidak lama setelah itu, rumor-rumor mulai beredar yang mengatakan bahwa mayat Formosus telah membersihkan bantaran sungai dan mulai terjadi keajaiban-keajaiban di sepanjang sungai TIber tersebut.
Hal ini menjadi isu besar bagi penduduk kota Roma yang ketakutan sehingga mereka menuntut keras agar Stefanus dibuang. Keluarga Spoleto akhirnya melunak lalu memenjarakan Stefanus dan kemudian mencekiknya di dalam penjara. Penerusnya, Paus Teodorus II, membatalkan keputusan dari sidang tersebut dan membawa kembali jenazah Formosus yang muncul di kota pelabuhan Porto. Jenazah Formosus kemudian dipakaikan dengan pakaian kebesaran kepausan lalu dikuburkan kembali dalam pemakaman keluarga.
Pada tahun 896 Masehi, Paus Stefanus VI terpilih menjadi Paus berkat usaha para pendukungnya yang adalah keluarga Spoleto (bangsawan). Keluarga berkuasa ini sebelumnya telah berselisih dengan otoritas Gereja ketika Sri Paus Formosus (Paus sebelum Stefanus VI) menolak untuk memahkotai salah satu anggota keluarga tersebut sebagai rekan penguasa dari Kekaisaran Romawi Suci. Sebagai akibatnya, salah satu aksi perdana Stefanus sebagai Paus (yang tentu saja dalam tekanan keluarga Spoleto) adalah untuk menggali kembali jenazah Paus Formosus, memakaikan mayat tersebut dengan pakaian kepausan dan mengikatnya pada sebuah kursi sebelum meletakannya di pengadilan yang kelak dikenal sebagai Sidang Jenazah.
Aksi Teatrikal yang mengerikan ini tidak berhenti disini saja. Mayat yang telah diputuskan bersalah itu, jari tangannya dipotong sebelum akhirnya dikubur dengan mengenakan pakaian seorang petani. Tidak puas dengan itu, mayatnya kemudian digali kembali lalu dibuang ke sungai Tiber.
Tidak lama setelah itu, rumor-rumor mulai beredar yang mengatakan bahwa mayat Formosus telah membersihkan bantaran sungai dan mulai terjadi keajaiban-keajaiban di sepanjang sungai TIber tersebut.
Hal ini menjadi isu besar bagi penduduk kota Roma yang ketakutan sehingga mereka menuntut keras agar Stefanus dibuang. Keluarga Spoleto akhirnya melunak lalu memenjarakan Stefanus dan kemudian mencekiknya di dalam penjara. Penerusnya, Paus Teodorus II, membatalkan keputusan dari sidang tersebut dan membawa kembali jenazah Formosus yang muncul di kota pelabuhan Porto. Jenazah Formosus kemudian dipakaikan dengan pakaian kebesaran kepausan lalu dikuburkan kembali dalam pemakaman keluarga.
Beberapa figur historis telah menggetarkan rantai-rantai Vatikan, sepertiPaus Joan. Paus Joan adalah wanita yang sekarang disepakati telah menjadi figur cerita rakyat, tetapi kisahnya terus menghantui kepausan hingga sekarang.
Banyak versi dari cerita serupa yang muncul, dan yang paling terkenal adalah yang ditulis oleh seorang iman dari abad ke-13 bernama Martin Troppau. Ia menceritakan bahwa Joan adalah seorang wanita Inggris yang menggunakan pakaian pria dan mempunyai nama samaran Yohanes dari Mainz sebelum berangkat ke Athena. Di sana ia mengejutkan para cendekiawan dengan kemampuan akademisnya yang belum pernah ada sebelumnya.
Sumber dari legenda ini pun seperti biasa, tidak jelas. Beberapa sumber mengatakan bahwa legenda ini muncul dari cercaan sinis terhadap kelemahan Paus Yohanes VIII yang terlalu lunak dalam menghadapi invansi Saracen pada abad ke-9. Sumber-sumber lain berasal dari penemuan monumen dari seorang wanita tak dikenal di pingggir jalan dekat Koloseum.
Meski banyak versi dari cerita tersebut di atas, para pelayat, para pelayat tetap memberikan penghormatan mereka hingga sekarang, dan mengenai mengapa prosesi kepausan menghindari lokasi ini, banyak pihak yang beralasan bahwa jalan di lokasi tersebut terlalu sempit.
Ada pula rumor yang mengatakan bahwa pada zaman dulu, Para Paus yang terpilih diminta duduk telanjang di atas sebuah kursi dari pualam yang memiliki sebuah lubang pada bagian bawahnya. Di bawah lubang itu sejumlah kardinal akan saling memberikan konfirmasi dengan ungkapan“Testiculos habet et bene pendentes” (ia memiliki testis dan alat vital yang bergerak dengan baik). Cerita ini secara universal dipercaya sebagai kebohongan dalam tingkat yang lebih tinggi
Sumber : http://thenoock.com
Banyak versi dari cerita serupa yang muncul, dan yang paling terkenal adalah yang ditulis oleh seorang iman dari abad ke-13 bernama Martin Troppau. Ia menceritakan bahwa Joan adalah seorang wanita Inggris yang menggunakan pakaian pria dan mempunyai nama samaran Yohanes dari Mainz sebelum berangkat ke Athena. Di sana ia mengejutkan para cendekiawan dengan kemampuan akademisnya yang belum pernah ada sebelumnya.
Ilustrasi Paus Joan yang melahirkan dalam suatu prosesi kepausan berkeliling kota
Joan kemudian pindah ke Roma untuk mengajar sains dan menarik banyak perhatian sehingga ia pada akhirnya dipilih menjadi Paus pada tahun 855 Masehi. Ia kemudian hamil akibat hubungannya dengan dengan salah seorang pembantunya dan berakhir dengan terungkapnya identitas kewanitaan Joan, ketika melahirkan tanpa sengaja dalam sebuah prosesi kepausan keliling kota. Paus Joan wafat seketika, meskipun tidak diketahui tepatnya apakah akibat melahirkan atau akibat lemparan batu.Sumber dari legenda ini pun seperti biasa, tidak jelas. Beberapa sumber mengatakan bahwa legenda ini muncul dari cercaan sinis terhadap kelemahan Paus Yohanes VIII yang terlalu lunak dalam menghadapi invansi Saracen pada abad ke-9. Sumber-sumber lain berasal dari penemuan monumen dari seorang wanita tak dikenal di pingggir jalan dekat Koloseum.
Meski banyak versi dari cerita tersebut di atas, para pelayat, para pelayat tetap memberikan penghormatan mereka hingga sekarang, dan mengenai mengapa prosesi kepausan menghindari lokasi ini, banyak pihak yang beralasan bahwa jalan di lokasi tersebut terlalu sempit.
Ada pula rumor yang mengatakan bahwa pada zaman dulu, Para Paus yang terpilih diminta duduk telanjang di atas sebuah kursi dari pualam yang memiliki sebuah lubang pada bagian bawahnya. Di bawah lubang itu sejumlah kardinal akan saling memberikan konfirmasi dengan ungkapan“Testiculos habet et bene pendentes” (ia memiliki testis dan alat vital yang bergerak dengan baik). Cerita ini secara universal dipercaya sebagai kebohongan dalam tingkat yang lebih tinggi
Sumber : http://thenoock.com