Inilah
daftar orang terkejam di dunia yang tidak mempunya keprikemanusiaan dan
prikeadilan,bahwa mereka merencanakan sesuatu demi kepribadian sendiri
dan tanpa mengetahui nasib orang lain. Inilah lanjutan dari daftar
penjahat terkejam itu sebagai berikut ini:
6. Benito Mussolini
Benito
Amilcare Andrea Mussolini (29 Juli 1883 – 28 April 1945) adalah seorang
diktator Italia yang menganut Fasis. Ia adalah diktator Italia pada
periode 1922-1943. Ia dipaksa mundur dari jabatan Perdana Menteri Italia
pada 28 Juli 1943 setelah serangkaian kekalahan Italia di Afrika.
Setelah ditangkap, ia diisolasi. Dua tahun kemudian, ia dieksekusi di
Como, Italia utara. Mussolini mengakhiri sebuah dekade seperti di Jerman
yang dilakukan diktator Adolf Hitler dengan Nazi-nya.
Kehidupan Awal
Mussolini
lahir di Predappio, Forlì (Emilia-Romagna). Ayahnya Alessandro seorang
pandai besi dan ibunya Rosa seorang guru sekolah. Seperti ayahnya, ia
menjadi seorang sosialis berat. Tahun 1902 ia beremigrasi ke Swiss.
Karena sulit mencari pekerjaan tetap, akhirnya ia pindah ke Italia. Pada
1908 ia bergabung dengan surat kabar Austria di kota Trento.
Keluar
dari situ, ia jadi editor sebuah koran sosialis la Lotta di Class
(Pertentangan Kelas). Di sini antusiasmenya pada Karl Heinrich Marx
makin besar. Tahun 1910, ia menjabat sekretaris partai sosialis tingkat
daerah di Forlì dan kepribadiannya berkembang menjadi antipatriot.
Ketika Italia menyatakan perang dengan Kerajaan Ottoman tahun 1911, ia
dipenjara karena propaganda perdamaiannya. Ini bertentangan dengan
kinerjanya kemudian.
Setelah
ditunjuk jadi editor koran sosialis Avanti, ia pindah ke Milan,
tempatnya membangun dirinya sebagai kekuatan berpangaruh atas para
pemimpin buruh sosialis Italia. Ia percaya, para proletar bisa dibuhul
dalam gerakan fascio. Agaknya inilah cikal bakal gerakan fasis, yang
lahir di saat perekonomian Italia memburuk akibat perang, dan
pengangguran merebak di mana-mana. Pada Maret 1919, fasisme menjadi
suatu gerakan politik ketika ia membentuk Kelompok untuk Bertempur yang
dikenal sebagai baju hitam, yakni kumpulan penjahat, kriminal, dan
preman yang bertindak sebagai tukang pukul para cukong. Penampilan
mereka seram dan tiap hari terlibat perkelahian di jalan-jalan.
Setelah
gagal pada Pemilu 1919, ia mengembangkan paham kelompoknya, sehingga
mulai mendapat pengaruh. Mereka, kaum fasis, menolak parlemen dan
mengedepankan kekerasan fisik. Anarki pecah di mana-mana. Pemerintah
liberal tak berdaya menghadapinya. Ia membawa 'geng'nya, sejumlah besar
kaum fasis yang bertampang sangar, untuk melakukan Berbaris ke
Roma.Melihat rombongan preman berwajah angker memasuki Roma, Raja
Vittorio Emanuele III menciut jeri. Mussolini diundang ke istana lalu
diberi posisi sang Pemimpin. Pada Oktober 1922, Raja memintanya
membentuk pemerintahan baru. Jadilah Italia dikelola pemerintahan fasis.
Gebrakan
pertamanya setelah memegang kekuasaan, adalah menyerang Ethiopia dengan
merujuk pada pandangan rasis Charles Robert Darwin, 'Ethiopia bangsa
kelas rendah, karena termasuk kulit hitam. Jika diperintah oleh ras
unggul seperti Italia, itu sudah merupakan akibat alamiah dari evolusi.'
Bahkan ia bersikeras bahwa bangsa-bangsa berevolusi melalui peperangan.
Sehingga jadilah Italia waktu itu bangsa yang ditakuti sepak
terjangnya.
Yang
meresahkan, ketika ia menduduki Abbesinia tahun 1937, kontan dunia
tersentak. Teman akrabnya di Eropa adalah Adolf Hitler, dan mereka
membuat aliansi, yang menyeret Italia ke dalam Perang Dunia II di pihak
Jerman pada 1940. Namun, pasukannya kalah di Yunani dan Afrika, dan
Italia sendiri diserbu oleh pasukan Britania Raya dan Amerika Serikat
pada 1943. Pada saat itu Mussolini telah diturunkan dari takhtanya dan
ditahan. Pasukan payung Jerman membebaskan dan mengembalikannya berkuasa
di Italia Utara. Akhir riwayatnya tiba tak lama kemudian. Ketika
akhirnya Italia dikalahkan, ia ditembak oleh musuh Italianya dan
mayatnya digantung terbalik di Piazza Loreto di Milan.
7. Pol Pot
Saloth
Sar (19 Mei 1925 – 15 April 1998), lebih dikenal sebagai Pol Pot,
adalah pemimpin Khmer Merah dan Perdana Menteri Kamboja dari 1976 hingga
1979. Pemerintahannya banyak disalahkan untuk kematian sekitar dua juta
warga Kamboja, meski perkiraan jumlahnya beragam.
Kamboja Demokratis
Pada
awal 1976 pihak Khmer Merah menahan Sihanouk dalam tahanan rumah.
Pemerintah yang ada saat itu segera diganti dan Pangeran Sihanouk
dilepas dari jabatannya sebagai kepala negara. Kamboja menjadi sebuah
republik komunis dengan nama 'Kamboja Demokratis' (Democratic Kampuchea)
dan Khieu Samphan menjadi presiden pertama.Pada 13 Mei 1976 Pol Pot
dilantik sebagai Perdana Menteri Kamboja dan mulai menerapkan perubahan
sosialis terhadap negara tersebut. Pengeboman yang dilakukan pihak AS
telah mengakibatkan wilayah pedesaan ditinggalkan dan kota-kota sesak
diisi rakyat (Populasi Phnom Penh bertambah sekitar 1 juta jiwa
dibandingkan dengan sebelum 1976).
Saat
Khmer Merah mendapatkan kekuasaan, mereka mengevakuasi rakyat dari
perkotaan ke pedesaan di mana mereka dipaksa hidup dalam ladang-ladang
yang ditinggali bersama. Rezim Pol Pot sangat kritis terhadap oposisi
maupun kritik politik; ribuan politikus dan pejabat dibunuh, dan Phnom
Penh pun ikut berubah menjadi kota hantu yang penduduknya banyak yang
meninggal akibat kelaparan, penyakit atau eksekusi. Ranjau-ranjau darat
(oleh Pol Pot mereka disebut sebagai 'tentara yang sempurna') disebarkan
secara luas ke seluruh wilayah pedesaan.
Pada
akhir 1978, Vietnam menginvasi Kamboja. Pasukan Kamboja dikalahkan
dengan mudah, dan Pol Pot lari ke perbatasan Thailand. Pada Januari
1979, Vietnam membentuk pemerintah boneka di bawah Heng Samrin, yang
terdiri dari anggota Khmer Merah yang sebelumnya melarikan diri ke
Vietnam untuk menghindari penmbasmian yang terjadi sebelumnya pada 1954.
Banyak anggota Khmer Merah di Kamboja sebelah timur yang pindah ke
pihak Vietnam karena takut dituduh berkolaborasi. Pol Pot berhasil
mempertahankan jumlah pengikut yang cukup untuk tetap bertempur di
wilayah-wilayah yang kecil di sebelah barat Kamboja. Pada saat itu,
Tiongkok, yang sebelumnya mendukung Pol Pot, menyerang, dan menyebabkan
Perang Tiongkok-Vietnam yang tidak berlangsung lama. Pol Pot, musuh Uni
Soviet, juga memperoleh dukungan dari Thailand dan AS. AS dan Tiongkok
memveto alokasi perwakilan Kamboja di Sidang Umum PBB yang berasal dari
pemerintahan Heng Samrin. AS secara langsung dan tidak langsung
mendukung Pol Pot dengan menyalurkan bantuan dana yang dikumpulkan untuk
Khmer Merah.
Jumlah
korban jiwa dari perang saudara, konsolidasi kekuasaan Pol Pot dan
invasi Vietnam masih dipertentangkan. Sumber-sumber yang dapat dipercaya
dari pihak Barat menyebut angka 1,6 juta jiwa, sedangkan sebuah sumber
yang spesifik, seperti jumlah tiga juta korban jiwa antara 1975 dan
1979, diberikan oleh rezim Phnom Penh yang didukung Vietnam, PRK. Bapa
Ponchaud memberikan perkiraan sebesar 2,3 juta—meski jumlah ini termasuk
ratusan ribu korban sebelum pengambil alihan yang dilakukan Partai
Komunis. Amnesty International menyebut 1,4 juta; sedngkan Departemen
Negara AS, 1,2 juta. Khieu Samphan dan Pol Pot sendiri, masing-masing
menyebut 1 juta dan 800.000.
Pasca Pemerintahan Partai Komunis
Pol
Pot mundur dari jabatannya pada 1985, namun bertahan sebagai pemimpin
de facto Partai Komunis dan kekuatan yang dominan di dalamnya.Pada 1989,
Vietnam mundur dari Kamboja. Pol Pot menolak proses perdamaian, dan
tetap berperang melawan pemerintah koalisi yang baru. Khmer Merah
bertahan melawan pasukan pemerintah hingga 1996, saat banyak pasukannya
yang telah kehilangan moral mulai meninggalkannya. Beberapa pejabat
Khmer Merah yang penting juga berpindah pihak.
Pol
Pot memerintahkan eksekusi terhadap rekan dekatnya Son Sen dan sebelas
anggota keluarganya pada 10 Juni 1997 karena mencoba mengadakan
persetujuan dengan pemerintah (kabar tentang ini tidak diketahui di luar
Kamboja selama tiga hari). Pol Pot lalu melarikan diri namun berhasil
ditangkap Kepala Militer Khmer Merah, Ta Mok dan dijadikan tahanan rumah
seumur hidup. Pada April 1998, Ta Mok lari ke daerah hutan sambil
membawa Pol Pot setelah sebuah serangan pemerintah yang baru. Beberapa
hari kemudian, pada 15 April 1998, Pol Pot meninggal - kabarnya akibat
serangan jantung. Jasadnya kemudian dibakar di wilayah pedesaan,
disaksikan oleh beberapa anggota eks-Khmer Merah.
8. Augusto Pinochet
Augusto
José Ramón Pinochet Ugarte (Valparaíso, 25 November 1915–Providencia,
10 Desember 2006) adalah seorang jenderal dan diktator Chili. Ia adalah
kepala junta militer yang berkuasa di Chili pada periode 1973 - 1990. Ia
meraih kekuasaan dengan cara kudeta sesaat setelah pemilu demokratis
yang memilih Presiden Salvador Allende yang sosialis. Ia tampil sebagai
presiden Republik pada 1974 - 1990 (dari 1981 hingga terbentuknya sebuah
Konstitusi 1980) yang baru.Sekitar 3.000 orang Chili terbunuh selama
masa pemerintahannya. Pinochet memperkenalkan banyak kebijakan pasar
bebas neoliberal.
Melalui
Operasi Jakarta, presiden AS, Richard Nixon menggunakan CIA untuk
membantu junta militer Chili dalam mengkudeta Presiden Salvador Allende
dan menaikan Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Chile, Augusto Pinochet
Agurte. Sejak 1974-1990, tidak kurang dari 2025 kasus pelanggaran HAM
dilakukan oleh rezim Pinochet melalui dinas rahasianya DINA (semacam
Kopkamtib-nya Chile) telah terjadi. 1068 berupa kasus pembunuhan dan 957
kasus orang hilang.Kudeta yang dilakukan Pinochet terhadap Allende,
bila dicermati amat mirip dengan yang diduga dilakukan Soeharto terhadap
Soekarno yaitu setidaknya antara lain pada:
-Beredarnya
dokumen yang meresahkan tentang perencanaan pembunuhan beberapa
jenderal dan komandan-komandan militer. Hal itu selain terjadi di Chile
(dokumen rencana ‘Z’) juga Indonesia (Beredarnya daftar pejabat AD yang
akan dibunuh dikalangan tokoh-tokoh buruh, politisi dan elit militer
Chili).
-Disebarnya
isu yang menimbulkan keresahan dan ketidakstabilan poltitik dalam
negeri. Di Chile masyarakat terutama serikat buruh militan dan
jenderal-jenderal konservatif mendapat kiriman kartu-kartu kecil di mana
tercetak kata-kata 'Jakarta Se Acerca' (Jakarta Sudah Mendekat).
-Diduga sangat kuat kedua kudeta tersebut sama-sama di dukung CIA.
Pada
1990 ia kehilangan kekuasaan, namun ia menjadikan dirinya senator
seumur hidup, untuk mencegah agar ia tak ditangkap. Ia dipaksa
meninggalkan kedudukan senator pada 2002, namun sekali lagi ia tak
ditangkap, saat itu dikatakan ia menderita dementia. Pada Mei 2004 hakim
berkata itu tidak benar. Pada 13 Desember ia ditempatkan dalam tahanan
rumah.Ia meninggal dunia pada 10 Desember 2006 seminggu setelah terkena
serangan jantung.
9. Soeharto
Jend.
Besar TNI Purn. Haji Moehammad Soeharto, (ER, EYD: Suharto) (lahir di
Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921 – wafat di Jakarta, 27
Januari 2008 dalam umur 86 tahun[1]) adalah Presiden Indonesia yang
kedua, menggantikan Soekarno, dari 1967 sampai 1998.Sebelum menjadi
presiden, Soeharto adalah pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang
dan Belanda, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. Setelah Gerakan 30
September, Soeharto menyatakan bahwa PKI adalah pihak yang bertanggung
jawab dan memimpin operasi untuk menumpasnya. Operasi ini menewaskan
lebih dari 500.000 jiwa.
Soeharto
kemudian mengambil alih kekuasaan dari Soekarno, dan resmi menjadi
presiden pada tahun 1968. Ia dipilih kembali oleh MPR pada tahun 1973,
1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Pada tahun 1998, masa jabatannya
berakhir setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei tahun tersebut,
menyusul terjadinya Kerusuhan Mei 1998 dan pendudukan gedung DPR/MPR
oleh ribuan mahasiswa. Ia merupakan orang Indonesia terlama dalam
jabatannya sebagai presiden. Soeharto digantikan oleh B.J. Habibie.
Naik ke Kekuasaan
Pada
pagi hari 1 Oktober 1965, beberapa pasukan pengawal Kepresidenan,
Tjakrabirawa di bawah Letnan Kolonel Untung Syamsuri bersama pasukan
lain menculik dan membunuh enam orang jendral. Pada peristiwa itu
Jendral A.H. Nasution yang menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang
Hankam dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata berhasil lolos. Satu yang
terselamatkan, yang tidak menjadi target dari percobaan kudeta adalah
Mayor Jendral Soeharto, meski menjadi sebuah pertanyaan apakah Soeharto
ini terlibat atau tidak dalam peristiwa yang dikenal sebagai G-30-S itu.
Beberapa sumber mengatakan, Pasukan Tjakrabirawa yang terlibat itu
menyatakan bahwa mereka mencoba menghentikan kudeta militer yang
didukung oleh CIA yang direncanakan untuk menyingkirkan Presiden
Soekarno dari kekuasaan pada 'Hari ABRI', 5 Oktober 1965 oleh badan
militer yang lebih dikenal sebagai Dewan Jenderal.
Peristiwa
ini segera ditanggapi oleh Mayjen Soeharto untuk segera mengamankan
Jakarta, menurut versi resmi sejarah pada masa Orde Baru, terutama
setelah mendapatkan kabar bahwa Letjen Ahmad Yani, Menteri / Panglima
Angkatan Darat tidak diketahui keberadaannya. Hal ini sebenarnya
berdasarkan kebiasaan yang berlaku di Angkatan Darat bahwa bila Panglima
Angkatan Darat berhalangan hadir, maka Panglima Kostrad yang
menjalankan tugasnya. Tindakan ini diperkuat dengan turunnya Surat
Perintah yang dikenal sebagai Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) dari
Presiden Soekarno yang memberikan kewenangan dan mandat kepada Soeharto
untuk mengambil segala tindakan untuk memulihkan keamanan dan
ketertiban. Langkah yang diambil Soeharto adalah segera membubarkan
Partai Komunis Indonesia (PKI) sekalipun sempat ditentang Presiden
Soekarno, penangkapan sejumlah menteri yang diduga terlibat G-30-S
(Gerakan 30 September). Tindakan ini menurut pengamat internasional
dikatakan sebagai langkah menyingkirkan Angkatan Bersenjata Indonesia
yang pro-Soekarno dan pro-Komunis yang justru dialamatkan kepada
Angkatan Udara Republik Indonesia di mana jajaran pimpinannya khususnya
Panglima Angkatan Udara Laksamana Udara Omar Dhani yang dinilai pro
Soekarno dan Komunis, dan akhirnya memaksa Soekarno untuk menyerahkan
kekuasaan eksekutif. Tindakan pembersihan dari unsur-unsur komunis (PKI)
membawa tindakan penghukuman mati anggota Partai Komunis di Indonesia
yang menyebabkan pembunuhan sistematis sekitar 500 ribu 'tersangka
komunis', kebanyakan warga sipil, dan kekerasan terhadap minoritas
Tionghoa Indonesia.
Soeharto
dikatakan menerima dukungan CIA dalam penumpasan komunis. Diplomat
Amerika 25 tahun kemudian mengungkapkan bahwa mereka telah menulis
daftar 'operasi komunis' Indonesia dan telah menyerahkan sebanyak 5.000
nama kepada militer Indonesia. Been Huang, bekas anggota kedutaan
politik AS di Jakarta mengatakan di 1990 bahwa: 'Itu merupakan suatu
pertolongan besar bagi Angkatan Bersenjata. Mereka mungkin membunuh
banyak orang, dan saya kemungkinan memiliki banyak darah di tangan saya,
tetapi tidak seburuk itu. Ada saatnya di mana anda harus memukul keras
pada saat yang tepat.' Howard Fenderspiel, ahli Indonesia di State
Department's Bureau of Intelligence and Research di 1965: 'Tidak ada
yang peduli, selama mereka adalah komunis, bahwa mereka dibantai. Tidak
ada yang bekerja tentangnya.'1 Dia mengakhiri konfrontasi dengan
Malaysia dalam rangka membebaskan sumber daya di militer.
Jendral
Soeharto akhirnya menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia setelah
pertanggungjawaban Presiden Soekarno (NAWAKSARA) ditolak MPRS pada tahun
1967, kemudian mendirikan apa yang disebut Orde Baru.Beberapa pengamat
politik baik dalam negeri maupun luar negeri mengatakan bahwa Soeharto
membersihkan parlemen dari komunis, menyingkirkan serikat buruh dan
meningkatkan sensor. Dia juga memutuskan hubungan diplomatik dengan
Republik Rakyat Cina dan menjalin hubungan dengan negara barat dan PBB.
Dia menjadi penentu dalam semua keputusan politik.
Jendral
Soeharto dikatakan meningkatkan dana militer dan mendirikan dua badan
intelijen - Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) dan
Badan Koordinasi Intelijen Nasional (Bakin). Sekitar 2 juta orang
dieksekusi dalam pembersihan massal dan lebih dari 200.000 ditangkap
hanya karena dicurigai terlibat dalam kudeta. Banyak komunis, tersangka
komunis dan yang disebut 'musuh negara' dihukum mati (meskipun beberapa
hukuman ditunda sampai 1990).
Diduga
bahwa daftar tersangka komunis diberikan ke tangan Soeharto oleh CIA.
Sebagai tambahan, CIA melacak nama dalam daftar ini ketika rezim
Soeharto mulai mencari mereka. Dukungan yang tidak dibicarakan ini dari
Pemerintah Amerika Serikat untuk rezim Soeharto tetap diam sampai invasi
Timor Timur, dan terus berlangsung sampai akhir 1990-an. Karena
kekayaan sumber daya alamnya dan populasi konsumen yang besar, Indonesia
dihargai sebagai rekan dagang Amerika Serikat dan begitu juga
pengiriman senjata tetapi dipertahankan ke rezim Soeharto. Ketika
Soeharto mengumjungi Washington pada 1995 pejabat administratif Clinton
dikutip di New York Times mengatakan bahwa Soeharto adalah 'orang
seperti kita' atau 'orang golongan kita'.
Pada
12 Maret 1967 Soeharto diangkat sebagai Pejabat Presiden Indonesia oleh
MPR Sementara. Setahun kemudian, pada 27 Maret 1968 dia resmi diangkat
sebagai Presiden untuk masa jabatan lima tahun yang pertama. Dia secara
langsung menunjuk 20% anggota MPR. Partai Golkar menjadi partai favorit
dan satu-satunya yang diterima oleh pejabat pemerintah. Indonesia juga
menjadi salah satu pendiri ASEAN.
Ekonomi
Indonesia benar-benar amburadul di pertengahan 1960-an. Soeharto pun
kemudian meminta nasehat dari tim ekonom hasil didikan Barat yang banyak
dikenal sebagai 'mafia Berkeley'. Tujuan jangka pendek pemerintahan
baru ini adalah mengendalikan inflasi, menstabilkan nilai rupiah,
memperoleh hutang luar negeri, serta mendorong masuknya investasi asing.
Dan untuk satu hal ini, kesuksesan mereka tidak bisa dipungkiri. Peran
Sudjono Humardani sebagai asisten finansial besar artinya dalam
pencapaian ini.Di bidang sosial politik, Soeharto menyerahkannya kepada
Ali Murtopo sebagai asisten untuk masalah-masalah politik. Menghilangkan
oposisi dengan melemahkan kekuatan partai politik dilakukan melalui
fusi dalam sistem kepartaian.
Puncak Orde Baru
Pada
masa pemerintahannya, Presiden Soeharto menetapkan pertumbuhan ekonomi
sebagai pokok tugas dan tujuan pemerintah. Dia mengangkat banyak
teknokrat dan ahli ekonomi yang sebelumnya bertentangan dengan Presiden
Soekarno yang cenderung bersifat sosialis. Teknokrat-teknokrat yang
umumnya berpendidikan barat dan liberal (Amerika Serikat) diangkat
adalah lulusan Berkeley sehingga mereka lebih dikenal di dalam klik
ekonomi sebagai Mafia Berkeley di kalangan Ekonomi, Industri dan
Keuangan Indonesia. Pada masanya, Indonesia mendapatkan bantuan ekonomi
dan keuangan dari negara-negara donor (negara-negara maju) yang
tergabung dalan IGGI yang diseponsori oleh pemerintah Belanda. Namun
pada tahun 1992, IGGI dihentikan oleh pemerintah Indonesia karena
dianggap turut campur dalam urusan dalam negeri Indonesia, khususnya
dalam kasus Timor Timur pasca Insiden Dili. Peran IGGI ini digantikan
oleh lembaga donor CGI yang disponsori Perancis. Selain itu, Indonesia
mendapat bantuan dari lembaga internasional lainnya yang berada dibawah
PBB seperti UNICEF, UNESCO dan WHO. Namun sayangnya, kegagalan manajemen
ekonomi yang bertumpu dalam sistem trickle down effect (menetes ke
bawah) yang mementingkan pertumbuhan dan pengelolaan ekonomi pada
segelintir kalangan serta buruknya manajemen ekonomi perdagangan
industri dan keuangan (EKUIN) pemerintah, membuat Indonesia akhirnya
bergantung pada donor Internasional terutama paska Krisis 1997. Dalam
bidang ekonomi juga, tercatat Indonesia mengalami swasembada beras pada
tahun 1984. Namun prestasi itu ternyata tidak dapat dipertahankan pada
tahun-tahun berikutnya. Kemudian kemajuan ekonomi Indonesia saat itu
dianggap sangat signifikan sehingga Indonesia sempat dimasukkan dalam
negara yang mendekati negara-negara Industri Baru bersama dengan
Malaysia, Filipina dan Thailand, selain Singapura, Taiwan dan Korea
Selatan.
Di
bidang politik, Presiden Soeharto melakukan penyatuan partai-partai
politik sehingga pada masa itu dikenal tiga partai politik yakni Partai
Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar) dan Partai
Demokrasi Indonesia (PDI) dalam upayanya menyederhanakan kehidupan
berpolitik di Indonesia sebagai akibat dari politik masa presiden
Soekarno yang menggunakan sistem multipartai yang berakibat pada jatuh
bangunnya kabinet dan dianggap penyebab mandeknya pembangunan. Kemudian
dikeluarkannnya UU Politik dan Asas tunggal Pancasila yang mewarnai
kehidupan politik saat itu. Namun dalam perjalanannya, terjadi
ketimpangan dalam kehidupan politik di mana muncullah istilah 'mayoritas
tunggal' di mana GOLKAR dijadikan partai utama dan mengebirikan dua
parpol lainnya dalam setiap penyelenggaraan PEMILU. Berbagai
ketidakpuasan muncul, namun dapat diredam oleh sistem pada masa itu.
Seiring
dengan naiknya taraf pendidikan pada masa pemerintahannya karena
pertumbuhan ekonomi, muncullah berbagai kritik dan ketidakpuasan atas
ketimpangan ketimpangan dalam pembangunan. Kesenjangan ekonomi, sosial
dan politik memunculkan kalangan yang tidak puas dan menuntut perbaikan.
Kemudian pada masa pemerintahannya, tercatat muncul peristiwa kekerasan
di masyarakat yang umumnya sarat kepentingan politik, selain memang
karena ketidakpuasan dari masyarakat.
Beberapa Catatan Atas Tindakan Represif Orde Baru
Presiden
Soeharto dinilai memulai penekanan terhadap suku Tionghoa, melarang
penggunaan tulisan Tionghoa tertulis di berbagai material tertulis, dan
menutup organisasi Tionghoa karena tuduhan simpati mereka terhadap
komunis. Walaupun begitu, Soeharto terlibat persahabatan yang akrab
dengan Lee Kuan Yew yang pernah manjadi Perdana Menteri Singapura yang
beretnis Tionghoa.
Pada
1970 Soeharto melarang protes pelajar setelah demonstrasi yang meluas
melawan korupsi. Sebuah komisi menemukan bahwa korupsi sangat umum.
Soeharto menyetujui hanya dua kasus dan kemudian menutup komisi
tersebut. Korupsi kemudian menjadi sebuah endemik.Dia memerintah melalui
kontrol militer dan penyensoran media. Dia menguasai finansial dengan
memberikan transaksi mudah dan monopoli kepada saudara-saudaranya,
termasuk enam anaknya. Dia juga terus memainkan faksi berlainan di
militer melawan satu sama lain, dimulai dengan mendukung kelompok
nasionalis dan kemudian mendukung unsur Islam.
Pada
1973 dia memenangkan jangka lima-tahun berikutnya melalui pemilihan
'electoral college'. dan juga terpilih kembali pada 1978, 1983, 1988,
1993, dan 1998. Soeharto mengubah UU Pemilu dengan mengizinkan hanya
tiga partai yang boleh mengikuti pemilihan, termasuk partainya sendiri,
Golkar. Oleh karena itu semua partai Islam yang ada diharuskan bergabung
menjadi Partai Persatuan Pembangunan, sementara partai-partai non-Islam
(ka****k dan Protestan) serta partai-partai nasionalis digabungkan
menjadi Partai Demokrasi Indonesia.
Pada
1975, dengan persetujuan bahkan permintaan Amerika Serikat dan
Australia, ia memerintahkan pasukan Indonesia untuk memasuki bekas
koloni Portugal Timor Timur setelah Portugal mundur dan gerakan Fretilin
memegang kuasa yang menimbulkan kekacauan di masyarakat Timor Timur
Sendiri, serta kekhawatiran Amerika Serikat atas tidakan Fretilin yang
menurutnya mengundang campur tangan Uni Soviet. Kemudian pemerintahan
pro integrasi dipasang oleh Indonesia meminta wilayah tersebut
berintegrasi dengan Indonesia. Pada 15 Juli 1976 Timor Timur menjadi
provinsi Timor Timur sampai wilayah tersebut dialihkan ke administrasi
PBB pada 1999.Korupsi menjadi beban berat pada 1980-an. Pada 5 Mei 1980
sebuah kelompok yang kemudian lebih dikenal dengan nama Petisi 50
menuntut kebebasan politik yang lebih besar. Kelompok ini terdiri dari
anggota militer, politisi, akademik, dan mahasiswa. Media Indonesia
menekan beritanya dan pemerintah mecekal penandatangannya. Setelah pada
1984 kelompok ini menuduh bahwa Soeharto menciptakan negara satu partai,
beberapa pemimpinnya dipenjarakan.Catatan hak asasi manusia Soeharto
juga semakin memburuk dari tahun ke tahun. Pada 1993 Komisi HAM PBB
membuat resolusi yang mengungkapkan keprihatinan yang mendalam terhadap
pelanggaran hak-hak asasi manusia di Indonesia dan di Timor Timur.
Presiden AS Bill Clinton mendukungnya.
Pada
1996 Soeharto berusaha menyingkirkan Megawati Soekarnoputri dari
kepemimpinan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), salah satu dari tiga
partai resmi. Di bulan Juni, pendukung Megawati menduduki markas besar
partai tersebut. Setelah pasukan keamanan menahan mereka, kerusuhan
pecah di Jakarta pada tanggal 27 Juli 1996 (peristiwa Sabtu Kelabu) yang
dikenal sebagai 'Peristiwa Kudatuli' (Kerusuhan Dua Tujuh Juli).
Soeharto Turun Takhta
Pada
1997, menurut Bank Dunia, 20 sampai 30% dari dana pengembangan
Indonesia telah disalahgunakan selama bertahun-tahun. Krisis finansial
Asia di tahun yang sama tidak membawa hal bagus bagi pemerintahan
Presiden Soeharto ketika ia dipaksa untuk meminta pinjaman, yang juga
berarti pemeriksaan menyeluruh dan mendetail dari IMF.
Mekipun
sempat menyatakan untuk tidak dicalonkan kembali sebagai Presiden pada
periode 1998-2003, terutama pada acara Golongan Karya, Soeharto tetap
memastikan ia terpilih kembali oleh parlemen untuk ketujuh kalinya di
Maret 1998. Setelah beberapa demonstrasi, kerusuhan, tekanan politik dan
militer, serta berpuncak pada pendudukan gedung DPR/MPR RI, Presiden
Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 untuk menghindari perpecahan
dan meletusnya ketidakstabilan di Indonesia. Pemerintahan dilanjutkan
oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, B.J. Habibie.Dalam
pemerintahannya yang berlangsung selama 32 tahun lamanya, telah terjadi
penyalahgunaan kekuasaan termasuk korupsi dan pelanggaran HAM. Hal ini
merupakan salah satu faktor berakhirnya era Soeharto.
10. George Walker Bush
George
Walker Bush (lahir di New Haven, Connecticut, 6 Juli 1946; umur 62
tahun) adalah Presiden Amerika Serikat ke-43 yang saat ini sedang
menjabat. Ia dilantik 20 Januari 2001 setelah terpilih lewat pemilu
presiden tahun 2000 dan terpilih kembali pada pemilu presiden tahun
2004. Jabatan kepresidenan kedua kalinya akan berakhir pada 20 Januari
2009. Sebelumnya, ia adalah Gubernur Texas ke-46 (1995-2000). Jabatan
ini ditinggalkan sesaat setelah dirinya terpilih sebagai presiden.
Dalam
sejarahnya, Keluarga Bush adalah bagian dari Partai Republik dan
politik Amerika. Bush adalah anak tertua mantan Presiden Amerika Serikat
George H. W. Bush. Ibunya adalah Barbara Bush. Kakeknya, Prescott Bush
adalah mantan Senator Amerika Serikat dari Connecticut. Sedang, adiknya,
Jeb Bush adalah mantan Gubernur Florida. Menyusul Serangan 11 September
2001, Bush mengumumkan Perang melawan terorisme secara menyeluruh.
Sepanjang Oktober 2001, dia memerintahkan invasi ke Afganistan untuk
melumpuhkan kekuatan Taliban dan al-Qaeda.Pada Maret 2003, Bush
memerintahkan penyeranganan ke Irak dengan alasan bahwa Irak telah
melanggar Resolusi PBB no. 1441 mengenai senjata pemusnah massal dan
karenanya harus dilucuti dengan kekerasan.Setelah digulingkannya rezim
Saddam Hussein, Bush bertekad memimpin AS untuk menegakkan demokrasi di
Timur tengah, yang dimulai dengan Afganistan dan Irak.Namun hingga kini
situasi di Irak semakin tidak stabil karena pertikaian yang
berkepanjangan antara kelompok Sunni, yang di masa Saddam Hussein
praktis berkuasa atas kelompok mayoritas Syi'ah, yang kini ganti
berkuasa.
Bush
pertama-tama dipilih pada tahun 2000, dan menjadi presiden keempat
dalam sejarah AS yang dipilih tanpa memenangkan suara rakyat setelah
1824, 1876, dan 1888. Bush yang menggambarkan dirinya sebagai 'presiden
perang',terpilih kembali pada 2004setelah kampanye pemilihan yang sengit
dan panas. Dalam kampanye ini, keputusannya untuk mengadakan Perang
melawan Terorisme dan Perang Irak dijadikan isu sentral. Bush menjadi
kandidat pertama yang memperoleh kemenangan mayoritas suara rakyat sejak
ayahnya menang 16 tahun sebelumnya.Dalam tiga pemilihan umum
sebelumnya, penampilan kandidat partai ketiga yang hebat telah
menghalangi pemenang suara rakyat, Gore dan Clinton, untuk memperoleh
suara mayoritas rakyat.
Presiden AS
Bush
merupakan orang kedua menjadi presiden yang mengikuti jejak ayahnya
George H. W. Bush, Presiden Amerika Serikat yang ke-41, setelah John
Adams, Presiden kedua, dan John Quincy Adams, yang keenam, merupakan
bapak dan anak. Terdapat juga pasangan kakek dan cucu, William Henry
Harrison dan Benjamin Harrison.
Masa Jabatan Pertama
Masa
jabatannya sebagai presiden didominasi 'perang melawan terorisme', yang
mencuat setelah terjadinya Peristiwa 9/11 (serangan terhadap WTC).
Serangan tersebut dijadikannya alasan untuk memerintahkan invasi
terhadap Afganistan pada tahun 2001 untuk membebaskan Afganistan dari
rezim Taliban dan Irak pada tahun 2003 untuk menjatuhkan pemerintah
Saddam Hussein. Bush menyatakan kemenangan AS dalam invasi Irak pada 1
Mei 2003, namun hingga kini (Agustus 2006) konflik di Irak masih belum
berakhir akibat serangan-serangan dari para pemberon
Masa Jabatan Kedua
Meskipun
banyak pihak yang menentang kedua peristiwa tersebut (khususnya dari
luar AS), ia memenangkan Pemilu Presiden Amerika 2004 dengan selisih 3%
dengan saingan utamanya John Kerry. Masa jabatan keduanya masih dipenuhi
masalah di Irak, karena korban dari pasukan AS terus berjatuhan,
mencapai lebih dari 2.500 orang hingga 3 Agustus 2006.
Peristiwa
penting lain pada masa jabatan kedua ini adalah Badai Katrina pada
Agustus 2005. Bush dianggap lambat dalam menangani peristiwa ini, yang
memakan korban ribuan jiwa. Kejadian ini juga memperlihatkan jurang
ekonomi yang jelas antara kaum kulit putih dan kulit hitam di Amerika.
Dalam acara penandatanganan peraturan bioetik alternatif yang dihadiri
18 keluarga dengan 20-an batita yang lahir dari embrio sumbangan sisa
dari prosedur fertilisasi in vitro, untuk pertama kalinya ia menggunakan
hak vetonya untuk menghalangi RUU bagi pengembangan riset sel induk
embrionik.Pada saat ini jabatan Kepala Staf Gedung Putih dipegang oleh
Joshua B. Bolten dan Wakil Kepala Stafnya dijabat oleh Karl Rove.
Tamat
Sumber: http://sourceflame.blogspot.com