Oleh Prof Dr Yunahar Ilyas
Tengah malam itu suasana tenang dan hening sekali. Usaid bin Hudhair duduk di beranda belakang rumahnya.Putranya, Yahya, yang masih balita sudah lama terlelap di sam pingnya. Tidak jauh dari tempatnya duduk, seekor kuda siap tertambat.
Sewaktu-waktu jika perintah perang fisabilillah dari Rasulullah keluar, dia dapat dengan sigap menunggangnya. Di keheningan malam itu, Usaid membaca Alqur an dengan khusyuk dan penuh
penghayatan. Ayat demi ayat dia lantunkan dengan suara merdu. Ia membaca surah al-Baqarah ayat 1-4.
Ketika melantunkan ayat-ayat suci tersebut, kudanya lari berputar-putar hampir memutuskan tali pengikatnya. Sampai di ujung ayat keempat al-Baqarah tersebut, Usaid menghentikan bacaannya, ingin tahu apa yang terjadi pada kudanya. Usaid tidak melihat apa pun.
Bersamaan dengan berhentinya Usaid melantunkan ayat-ayat suci, kudanya kembali tenang. Usaid kembali melanjutkan bacaannya. “Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka dan merekalah orangorang yang beruntung.” (QS [2]: 5).
Kudanya kembali meronta, berputar-putar lebih hebat dari yang pertama. Usaid pun kembali menghentikan bacaannya. Kudanya kembali diam. Demikianlah terjadi berulang-ulang. Setiap kali Usaid membaca Alquran kudanya meronta, setiap kali Usaid diam kudanya juga diam.
Khawatir dengan keselamatan anaknya, Usaid membangunkan anaknya. Ketika itulah dia melihat ke langit, terlihat awan seperti payung yang mengagumkan, belum pernah dia lihat sebelumnya. Esok paginya, hal itu dia ceritakan kepada Rasulullah SAW.
Rasul bersabda, “Hai Usaid, itu malaikat yang turun mendengarkan engkau membaca Alquran. Seandainya engkau teruskan bacaanmu, pastilah orang banyak akan melihatnya pula. Pemandangan itu tidak akan tertutup bagi mereka.”
Usaid sangat mencintai Alquran, bahkan sejak pertama kali mendengarkan ayat-ayat Alquran dilantunkan oleh Mush’ab bin Umair, dai muda yang dikirim Rasulullah SAW sebagai perintis dakwah di Kota Yatsrib. Saat itu, Mush’ab sedang menyampaikan Islam kepada orang-orang yang sudah masuk Islam, tiba-tiba Usaid datang.
Usaid berkata dengan nada menuding, “Apa maksud Tuan da tang ke sini? Tuan hendak mempengaruhi rakyat kami yang bodoh-bodoh. Pergilah Tuan sekarang, jika Tuan masih ingin hidup!” Dengan wajah tenang karena pantulan iman, Mush’ab menjawab, “Wahai pemimpin, silakan duduk bersama kami, mendengarkan apa yang kami bicarakan. Jika Anda suka apa yang kami bicarakan, silakan ambil. Dan jika Anda tidak suka, kami akan meninggalkan Anda dan tidak kembali lagi ke kampung Anda ini.”
Usaid setuju, lalu mulai mendengarkan Mush’ab menjelaskan Islam sambil membaca ayat-ayat Alquran. Rasa gembira terpancar di wajah Usaid. Dia langsung mengaguminya.
“Alangkah indahnya apa yang Tuan baca,” kata Usaid. “Apa yang dapat saya lakukan jika aku ingin memeluk Islam?” katanya lebih lanjut. Di bawah bimbingan Mush’ab, Usaid masuk Islam. Sejak itu Usaid men cintai Alquran seperti seseorang mencintai kekasihnya. Itulah Usaid bin Hudhair yang malaikat pun turun mendengarkan bacaannya.