Menjelang tengah malam menuju Jumat, 9 Juli 2010, sejumlah polisi lalu lintas memasang cone berwarna oranye terang yang berpendar di kegelapan jalan TB Simatupang yang melintasi muka pusat perbelanjaan Cilandak Town Square (Citos). Malam itu, 13 seniman graffiti telah siap menyulap dinding kelabu yang membentang sepanjang jalan itu dengan puluhan kaleng cat semprot yang mereka bawa.
Sonic BAD, seniman graffiti asal New York yang berada dalam kerumunan itu seolah bernostalgia. Sejak awal 'karir'-nya membuat graffiti di tahun 1973, polisi adalah bagian dari rutinitasnya sehari-hari. "Tapi dulu saya dikejar-kejar polisi karena bikin graffiti di subway, sekarang saya membuat graffiti dengan pengawalan mereka. Teman-teman saya di New York nggak akan percaya ini!" ujarnya sambil tersenyum lebar.
Bagi para penumpang subway rute 1 Broadway ke Seventh Avenue Local yang mondar-mandir antara Bronx sampai Lower Manhattan--dikenal dengan Subway A-- karya-karya Sonic tidaklah asing. Bukan tidak mungkin graffiti-graffiti itu pernah muncul dalam sejumlah film dengan latar kehidupan anak muda di jalanan New York. Salah satu graffiti-nya yang legendaris adalah ikon gangster, kepala dengan wajah dinaungi topi laken, tampak mengenakan mantel berkerah tinggi, kini dapat Anda lihat secara langsung di sisi kanan jalanan di Cilandak yang selalu ramai itu.
Sonic berkisah bahwa graffiti awalnya muncul akibat persaingan gang yang berebut wilayah kekuasaan. Namun ada pula kecenderungan untuk mencapai ketenaran dengan menuliskan nama mereka, berkali-kali, di dinding manapun yang bisa dilihat orang. “Soalnya untuk bisa ngetop sebagai musisi atau pemain film ‘kan susah banget” katanya lagi.
Adalah Fab5 Freddy dan Futura 2000 yang membawa graffiti gaya New York menuju Paris dan London sebagai bagian dari New York City Rap Tour mereka di tahun 1983.
Di Paris, dan kota-kota lain di Eropa, graffiti dengan cepat diterima dan scene yang terbentuk itu kemudian menghasilkan seniman-seniman: Colorz, Gilbert, Kongo, Lazoo dan Ceet, yang bersama Sonic tengah berada di Jakarta dalam rangkaian acara pameran seni rupa: Wall Street Arts dengan kurator Alia Swastika yang diselenggarakan di Galeri Salihara pada tanggal 10 Juli sampai dengan 2 Agustus 2010.
Para raja jalanan, kereta dan stasiun kereta bawah tanah Paris dan New York ini berkolaborasi dengan sejumlah seniman street art asal Jakarta: Darbotz, Tutu, Popo, Wormo, Kims, Nsane5 dan Bujangan Urban. Kegiatan pameran dimulai dengan pembuatan karya graffiti kolaborasi seluruh seniman di tembok jalanan TB. Simatupang, depan Cilandak Town Square
Selain di jalanan, para seniman juga telah mengubah sejumlah sisi di kompleks Komunitas Salihara, yang semula tampak lengang, menjadi penuh bentuk dan warna yang meledak-ledak di permukaan dinding. Sementara di ruang pamer galeri, lebih dari 40 kanvas telah dipajang. Saat seluruh karya ini ditempatkan bersama-sama, dapat dengan mudah kita lihat bahwa meski awalnya sekedar menorehkan nama, tiap-tiap seniman menganut gaya yang berbeda-beda.
Buat agan-agan yang ga sempat nonton live graffiti di Citos, jangan takut karena akan ada acara pembukaan pameran yang akan diselenggarakan pada hari Sabtu, 10 Juli 2010 mulai pukul 16:30 WIB. Acara ini akan dimulai dengan graffiti battle di pelataran parkir Salihara, dilanjutkan dengan penampilan DJ REI (Fourth City) dan DJ NASA (Scum City), Terbuka untuk umum dan Gratis.
Bertempat Galeri Salihara, pameran ini juga menghadirkan dua seniman tamu: Farhan Siki dan Soni Irawan dari Yogyakarta dan berlangsung sampai 02 Agustus 2010.
Buat yang masih penasaran sama penasaran sama pameran ini bisa langsung hubungi Ipiet di 0856-4999-0204, ipiet@salihara.org atau melalui Dian Ina di dian.ina@salihara.org , atau kunjungi www.salihara.org.
Berikut karya-karya mereka di jalan layang Cilandak:
Dan beberapa di Komunitas Salihara:
Sumber : kaskus
Sonic BAD, seniman graffiti asal New York yang berada dalam kerumunan itu seolah bernostalgia. Sejak awal 'karir'-nya membuat graffiti di tahun 1973, polisi adalah bagian dari rutinitasnya sehari-hari. "Tapi dulu saya dikejar-kejar polisi karena bikin graffiti di subway, sekarang saya membuat graffiti dengan pengawalan mereka. Teman-teman saya di New York nggak akan percaya ini!" ujarnya sambil tersenyum lebar.
Bagi para penumpang subway rute 1 Broadway ke Seventh Avenue Local yang mondar-mandir antara Bronx sampai Lower Manhattan--dikenal dengan Subway A-- karya-karya Sonic tidaklah asing. Bukan tidak mungkin graffiti-graffiti itu pernah muncul dalam sejumlah film dengan latar kehidupan anak muda di jalanan New York. Salah satu graffiti-nya yang legendaris adalah ikon gangster, kepala dengan wajah dinaungi topi laken, tampak mengenakan mantel berkerah tinggi, kini dapat Anda lihat secara langsung di sisi kanan jalanan di Cilandak yang selalu ramai itu.
Sonic berkisah bahwa graffiti awalnya muncul akibat persaingan gang yang berebut wilayah kekuasaan. Namun ada pula kecenderungan untuk mencapai ketenaran dengan menuliskan nama mereka, berkali-kali, di dinding manapun yang bisa dilihat orang. “Soalnya untuk bisa ngetop sebagai musisi atau pemain film ‘kan susah banget” katanya lagi.
Adalah Fab5 Freddy dan Futura 2000 yang membawa graffiti gaya New York menuju Paris dan London sebagai bagian dari New York City Rap Tour mereka di tahun 1983.
Di Paris, dan kota-kota lain di Eropa, graffiti dengan cepat diterima dan scene yang terbentuk itu kemudian menghasilkan seniman-seniman: Colorz, Gilbert, Kongo, Lazoo dan Ceet, yang bersama Sonic tengah berada di Jakarta dalam rangkaian acara pameran seni rupa: Wall Street Arts dengan kurator Alia Swastika yang diselenggarakan di Galeri Salihara pada tanggal 10 Juli sampai dengan 2 Agustus 2010.
Para raja jalanan, kereta dan stasiun kereta bawah tanah Paris dan New York ini berkolaborasi dengan sejumlah seniman street art asal Jakarta: Darbotz, Tutu, Popo, Wormo, Kims, Nsane5 dan Bujangan Urban. Kegiatan pameran dimulai dengan pembuatan karya graffiti kolaborasi seluruh seniman di tembok jalanan TB. Simatupang, depan Cilandak Town Square
Selain di jalanan, para seniman juga telah mengubah sejumlah sisi di kompleks Komunitas Salihara, yang semula tampak lengang, menjadi penuh bentuk dan warna yang meledak-ledak di permukaan dinding. Sementara di ruang pamer galeri, lebih dari 40 kanvas telah dipajang. Saat seluruh karya ini ditempatkan bersama-sama, dapat dengan mudah kita lihat bahwa meski awalnya sekedar menorehkan nama, tiap-tiap seniman menganut gaya yang berbeda-beda.
Buat agan-agan yang ga sempat nonton live graffiti di Citos, jangan takut karena akan ada acara pembukaan pameran yang akan diselenggarakan pada hari Sabtu, 10 Juli 2010 mulai pukul 16:30 WIB. Acara ini akan dimulai dengan graffiti battle di pelataran parkir Salihara, dilanjutkan dengan penampilan DJ REI (Fourth City) dan DJ NASA (Scum City), Terbuka untuk umum dan Gratis.
Bertempat Galeri Salihara, pameran ini juga menghadirkan dua seniman tamu: Farhan Siki dan Soni Irawan dari Yogyakarta dan berlangsung sampai 02 Agustus 2010.
Buat yang masih penasaran sama penasaran sama pameran ini bisa langsung hubungi Ipiet di 0856-4999-0204, ipiet@salihara.org atau melalui Dian Ina di dian.ina@salihara.org , atau kunjungi www.salihara.org.
Berikut karya-karya mereka di jalan layang Cilandak:
Dan beberapa di Komunitas Salihara:
Sumber : kaskus