parang rusak, salah satu corak klasik dalam kelompok batik larangan. corak ini sudah dikembangkan oleh pembatik melalui penataan corak yang mengalami gradasi ukuran.
Di lihat dari motif batik, ada dua kelompok jenis batik yaitu batik tradisi atau yang disebut batik klasik; serta batik bukan tradisi atau batik modern. Yang termasuk batik tradisi adalah batik yang dipakai sebagai penunjuk kedudukan / status pemakai dan untuk pelengkap upacara.
Sedangkan batik bukan tradisi atau batik modern biasanya digunakan untuk pemakaian sehari-hari yang tidak ada hubungannya dengan status maupun keperluan upacara. Bahkan dilihat dari tekniknya maka pada kelompok batik modern ini muncul istilah pasar "batik printing". Batik ini sebenarnya bukan batik karena tidak melalui proses tutup celup melainkan proses cetak saring atau printing. Maka untuk istilah yang benar adalah kain dengan corak batik dan bukan batik printing.
Motif klasik sendiri (khususnya di wilayah Surakarta dan Yogyakarta) ada yang disebut juga sebagai "batik larangan", yaitu corak batik yang hanya boleh digunakan oleh raja, keluarga, dan kerabatnya saja. Masyarakat di luar keraton di larang menggunakannya oleh sebab itu dinamai "batik larangan". Jumlahnya hanya 8 corak klasik, yakni :kawung, parang, parang rusak, udan riris, cemukiran, sawat, semen, dan alas-alasan. Namun batik larangan ini tidak lagi berlaku bagi masyarakat luas di luar keraton sejak kurang lebih tahun 1939, yakni sejak kerajaan Mataram tidak lagi memiliki kekuasaan secara politik karena berada di dalam wilayah Republik Indonesia. Bagi masyarakat keraton sendiri, ke 8 batik larangan tersebut masih digunakan.
Yang sekarang dapat dilihat di pasaran maupun yang banyak dipakai oleh masyarakat adalah batik dengan motif dan corak modern. Namun yang tetap dan tidak akan berubah adalah tekniknya yang berbeda dari teknik lain; yakni tutup dan celup. Pengembangan batik sendiri cukup beragam, yaitu mulai dari pengembangan bahan dasar kain, bahan pewarna, corak, maupun fungsinya. Jika dulu batik lebih dipahami sebagai selembar kain "jarit" sekarang sudah jauh bervariasi. Perlu disadari batik adalah salah satu bagian dari dunia pertekstilan yang cukup luas, belum lagi bila hal ini dilihat dari segi mode.
Sejarah Terciptanya BAtik Udan Riris
udan riris, salah satu dari corak batik larangan
Pada Pertengahan abad XVIII tepatnya pada jaman PakubuwonoIII, terjadi peristiwa penting yang mendasari gagasan terciptanya sebuah motif batik yaitu motif Udan Riris.
Motif atau corak yang diberi nama Udan Riris tercipta pada peristiwa di saat pakubuwono menjalani Laku Teteki. Yang disebut juga ibadah mati raga. Salah satunya dengan menjalani laku Kungkum atau berendam di sungai Premulung. Sungai tersebut ada di desa Laweyan. Dan sungai tersebut mengalir dekat makam leluhurnya yaitu Kyai Ageng Henis.
Pada saat itu tiba-tiba hujan gerimis dan angin bertiup. Pada suasana inilah yang mengilhami Pakubuwono menciptakan corak batik Udan Riris. Yang di kemudian hari motif ini menjadi terkenal.
Sumber : http://www.facebook.com/notes/fakultas-sastra-dan-seni-rupa-uns/tentang-batik-2/307239091863