Sebagaimana sumber-sumber yang sampai kepada kita tentang al-Masih, semuanya berasal dari tulisan-tulisan yang disusun pada setengah abad semenjak waktu yang ditentukan sebagai saat wafatnya Yesus. Dan tidak terdapat satu naskahpun - meskipun sedikit - dari sumber-sumber sejarah masa kini yang menyebutkan secara pasti periode yang dikatakan bahwa Yesus pernah hidup di masa itu. Bahkan sebaliknya, Kitab-kitab Perjanjian Baru sendiri - sebagai rujukan satu-satunya tetang kehidupan Yesus memberikan kepada kita inforamsi yang kontradiktif berkenaan dengan kehidupan dan kematian Yesus. Injil Matius menyebutkan bahwa Yesus dilahirkan pada masa pemerintahan Kaisar Herodus, yang mangkat pada tahun ke-4 SM. Sedangkan Injil Lukas menetapkan kelahiran al-Masih pada masa sensus penduduk oleh Romawi, yakni tahun ke-enam kelahiran al-Masih. Perbedaan juga muncul berkenaan dengan masa berakhirya kehidupan al-Masih di bumi. Berdasarkan keterangan-keterangan yang didapat dari kitab-kitab Injil, ada yang menetapkan pada tahun ke30, tahun ke-33 dan ada pula yang menetapkannya pada tahun ke-36.
Sementara keyakinan terdahulu menegaskan bahwa para penulis Injil itu adalah para murid dan sahabat yang hidup semasa al-Masih, dan mereka menjadi saksi hidup atas maklumat yang mereka tulis. Akan tetapi, saat sekarang ini menjadi jelas bahwa tidak seorangpun dari para penulis Injil itu yang pernah bertemu Yesus. Para penulis itu tanpa terkecuali bersandar pada riwayat-riwayat yang mereka dengar dari orang lain atau dari penafsiran-penafsiran mereka terhadap tulisan-tulisan kuno.
Berdasarkan pada kenyataan ini, maka penemuan tulisan-tulisan kuno yang mendahului atau semasa dengan zaman kehidupan Yesus di kawasan yang hanya berjarak beberapa kilometer dari kota Jerusalem, yang disebut-sebut sebagai kota tempat meninggalnya al-Masih, telah membangkitkan kembali harapan untuk menemukan sumber-sumber pengetahuan untuk menyingkap tabir misteri dan hakikat persoalan dalam sejarah institusi agama Kristen dan keterkaitannya dengan jemaat-jemaat Yahudi yang ada pada masa itu. Antusiasme menjadi bertambah besar semenjak dipublikasikannya bagianbagian awal manuskrip pada tahun enam puluhan. Maka jelaslah bahwa tulisan-tulisan tangan itu berkaitan erat dengan kelompok Judeo-Kristen yang dikenal sebagai Kaum Esenes, yang memiliki seorang guru bijak dengan sifat dan karakter yang tidak berbeda dengan al-Masih. Namun sayang bahwa antusiasme yang muncul di kalangan para ilmuan sejarah kitab suci dan para pembaca awam justru menimbulkan rasa cemas dan khawatir dari pihak otoritas agama dan institusi-institusi Yahudi maupun Kristen. Alasan kecemasan itu tidak berhubungan dengan rasa takut bahwa informasi yang berhasil diketemukan akan menguatkan keimanan orang-orang muslim, sebab sejatinya bahwa tulisan-tulisan itu merupakan tulisan keagamaan kuno. Namun kecemasan itu lebih mengarah pada kekhawatiran akan terjadinya penyelewengan dan perubahan yang tidak saja berkenaan dengan hakikat sejarah, tetapi juga meyangkut penafsiran teks-teks keagamaan berikut maknanya.
Berdasarkan alasan demikian ini, maka semenjak pemerintah Israel menduduki kota Jerusalem Lama paska Perang Juni 1967, usaha-usaha penerbitan masuskrip Laut Mati secara praktis terhenti. Sementara di sana masih tersisa lebih dari separoh yang belum sempat diterbitkan. Bahkan lebih dari itu, pemerintah Israel berupaya untuk membungkam suara-suara yang datang dari segala penjuru -yang paling lantang justru dari para ilmuan Israel sendiri-. Untuk berkelit dari desakan terusmenerus itu, pemerintah Israel merencanakan sebuah aksi simbolis. Pihak berwenang di Depertemen Arkeologi Israel mengirimkan gambar-gambar potografi yang diklaim sebagai telah mewakili seluruh naskah yang ada di musium Rockefeller di Jerusalem, kepada Universitas Oxford di Inggris dan kepada sebuah universitas di Amerika Serikat. Selanjutnya pemerintah Israel berpura-pura seolah-olah geram dan melancarkan aksi protes ketika universitas yang dimaksud menerjemahkan dan mempublikasikan gambar-gambar photografi manuskrip tersebut tanpa izin resmi dari pemerintah Israel.
Drama simbolis pemerintah Israel ini, agaknya dimaksudkan untuk memberi kesan seolah-olah semua naskah manuskrip telah diterjemahkan dan dipublikasikan, sehingga dengan demikian tidak akan ada lagi alasan pihak manapun untuk mendesak pemerintah Israel agar memperlihatkan semua naskah kuno yang ada di tangannya. Bisa dipastikan bahwa di sana masih ada sejumlah naskah yang potonganpotongannya masih belum terpublikasikan, dan oleh pihak-pihak tertentu sengaja dirahasikan keberadaannya, agar dengan demikian ia akan dilupakan kembali oleh sejarah. Akan tetapi, bagian yang telah dipublikasikan sebelumnya, cukup untuk memberikan penjelasan kepada kita apa sejatinya misteri yang oleh pihak tertentu sengaja ditutup-tutupi. Inilah yang hendak kita coba untuk mengungkapnya pada bahasan-bahasan berikut.
Manuskrip Laut Mati yang dimaksud adalah sekumpulan tulisan tangan kuno yang berhasil diketemukan antara tahun 1947 - 1956 di dalam guagua tersembunyi di pegunungan yang terletak di sebelah barat Laut Mati, antara lain kawasan Qumran, Muraba'at, Khirbat, Mrd, Ein Jeda dan Masada. Penemuan tersebut, khususnya yang berasal dari wilayah Qumran atau Umran, wilayah Tepi Barat Jordan yang berjarak hanya beberapa kilometer selatan kota Yerikho (Areeha), semenjak setengah abad yang lalu, telah membawa dampak sangat dalam pada pola pikir peneliti-peneliti Yahudi dan Kristen di seluruh dunia. Selanjutnya penemuan-penemuan spektakuler itu, secara pasti, telah mengakibatkan terjadinya perubahan pada banyak struktur kepercayaan yang selama ini diyakini di Palestina. Meski demikian, kita masih berada di awal langkah sehingga belum bisa diharapkan untuk mendapatkan hasil-hasil yang sempurna, kecuali apabila seluruh naskah yang ada berhasil dipublikasikan dan difahami maknanya oleh para peneliti.
Ketika Perang Dunia II hampir reda, tepatnya pada bulan Pebruari tahun 1947, ditemukan gua pertama dekat Laut Mati. Ketika itu Palestina di bawah perwalian Inggris dan Jerusalem masih dalam genggaman rakyat Palestina. Awalnya, Muhammad Ad-Dib, seorang anak gembala kehilangan seekor domba miliknya. Ia berasal dari suku Ta'amirah yang mendiami wilayah yang membentang dari Jerusalem hingga tepian Laut Mati. Dalam usaha menemukan dombanya yang tersesat, anak gembala itu naik ke sebuah batu cadas. Dari tempat itu ia melihat celah sempit dari sebuah tebing yang berhadapan dengan lereng gunung. Dipungutnya sebuah batu, ia lemparkan batu itu ke dalam gua dan sekonyongkonyong terdengar beturan batu yang dilemparkannya dengan benda-benda yang tampaknya terbuat dari bahan tembikar. Gembala kecil itu kemudian menaiki lereng gunung dan mengintip dari atas. Dalam suasana remang-remang, Muhammad menyaksikan sejumlah perabot dari tembikar yang tersusun rapi di lantai gua. Esok paginya, Muhammad kembali ke gua diikuti beberapa orang kawan. Dan benar, di dalam gua itu mereka menemukan seperangkat perabot dari tembikar dan tujuh gulungan tulisan tangan.
Dalam waktu singkat, naskah manuskrip tulisan tangan itu telah dipamerkan untuk dijual oleh pedagang barang antik di Jerusalem, bernama Kando. Ia membeli barang itu dari seorang penduduk Ta'amirah. Athanasius Samuel, Kepala Biara Katolik Saint Markus di Swiss yang pada saat itu sedang berada di Jerusalem membeli 4 buah manuskrip, sedangkan 3 buah lainnya dibeli oleh Profesor Eliezer Sukenik dari University of Hebrew di Jerusalem.
Ketika Perang Arab - Israel berkecamuk, menyusul proklamasi berdirinya Negara Israel pada tanggal 15 Mei 1948, Atanasius khawatir akan nasib naskah-naskah kuno yang dibelinya. Ia berniat mengirimkan ke-empat naskah itu ke Amerika Serikat untuk dijual di sana. Namun akhirnya naskah-naskah itu dibeli oleh Yigael Yadin -anak Profesor Sukenikdengan harga seperempat juta US dollar atas nama Hebrew University di Jerusalem. Dengan demikian, tujuh naskah temuan pertama itu berada dalam kepemilikan Hebrew University di Israel.
Ketika dicapai kesepakatan damai Arab-Israel pada 7 Nopember 1949, kawasan Qumran dan sepertiga bagian utara wilayah Laut Mati menjadi wilayah teritorial Kerajaan Hashemit Jordania, sehingga dengan demikian pihak berwenang di Jordan dapat dengan leluasa melancarkan rangkaian ekspedisi arkeologis guna melacak keberadaan manuskrip kuno yang masih tersisa. Meskipun di pihak lain warga Ta'amirah merahasiakan keberadaan guagua misterius itu, namun pada akhirnya pihak berwenang Jordan berhasil menemukannya pada akhir bulan Januari 1949.
Menyusul penemuan lokasi gua-gua Qumran, pihak berwenang Jordan segera melancarkan ekspedisi pencarian di dalam gua-gua tersebut. Di bawah pengawasan G.L. Harding, seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris yang yang menjabat sebagai Direktur Departemen Arkeologi Jordan bersama Pendeta Roland de Vaux direktur French Dominican I'Ecole Biblique, di Jerusalem Timur, ekspedisi itu berhasil menemukan ratusan potongan-potongan kecil di dalam gua berikut benda-benda kuno dari tembikar, kain dan benda-benda dari kayu. Benda-benda antik tersebut tentu sangat membantu upaya menentukan masa sejarah tulisan-tulisan tangan dari zaman kuno itu. Namun sayangnya, ekspedisi kali ini tidak dilanjutkan hingga mencakup wilayah Khirbat - dataran di bawah lokasi gua- kecuali pada bulan Nopember 1951, di mana diketemukan puing-puing perkampungan kuno yang didiami oleh para pengikut sekte Esenes, di dalamnya juga diketemukan bendabenda kuno romawi antara lain; kepingan uang logam, yang dari masa pembuatannya mengindikasikan bahwa gua-gua tersebut dihuni oleh orang-orang tertentu hingga berkobarnya gerakan pemberontakan Yahudi melawan penguasa Romawi antara tahun 66 - 70 M, yang berakhir dengan pembumihangusan kota Jerusalem dan diusirnya bangsa Yahudi dari kota tersebut dan wilayah-wilayah lain di sekitar Jerusalem.
Karena tamak untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan materi, penduduk Ta'amirah menjelajahi hampir seluruh kawasan tepi Laut Mati guna menemukan manuskrip-manuskrip lain yang diperkirakan masih tersembunyi di gua-gua wilayah pegunungan. Pada bulan Nopember 1952, seorang warga Badui Ta'amirah berhasil menemukan gua lain yang tersimpan di dalamnya sejumlah besar gulungan manuskrip yang telah lapuk dan menjadi potonganpotongan kecil. Ia kemudian menjualnya kepada pihak berwenang di Jordan. Cara pencarian yang dilakukan oleh penduduk Ta'amirah itu kemudian ditiru oleh pemerintah Jordan untuk melakukan eksplorasi di guagua Laut Mati dalam upaya menemukan naskahnaskah yang masih tersisia. Puncaknya, pada tahun 1965, ditemukan sekumpulan gua yang terdiri dari dua belas buah, juga di wilayah Qumran. Gua-gua baru yang berhasil ditemukan itu selanjutnya diberi nomor sesuai urutan penemuan. Warga Ta'amirah menemukan gua nomor 1, 4, dan 6, sedangkan tujuh gua laiinnya ditemukan oleh pihak berwenang Jordan.
Di pihak lain, Athanasius -setelah melakukan tes kelayakan arkeologis naskah-naskah Laut Matitelah memberil
(Footnotes)
1. Pada saat bahasa Yunani menjadi bahasa yang umum dipakai di wilayah Mediteranian, Kitab Perjanjian lama-Bible berbahasa Ibrani- kurang komperhansif bagi sebagian besar masyarakat. Karena alasan ini, para sarjanaYahudi menerjemahkan Kitab Perjanjian Lama dari bermacam-macam teks Ibrani juga dari fragmen-fragmen berbahasa Aramaik, ke dalam bahasa Latin, inilah yang disebut "SEPTUAGINT", lihat Encyclopaedia Britannica Deluxe Edition 2004 CD-Room (penerjemah).
Sekte Esenes, Kelompok Separatis Rumah Suci.
Siapakah orang-orang yang mendiami wilayah Qumran antara pertengahan abad ke-2 S M hingga pertengahan abad 1M. yang menyembunyikan manuskrip-manuskrip misterius di gua-gua Laut Mati? Para ilmuwan sepakat bahwa naskah-naskah kuno tulisan tangan yang diketemukan di Qumran .itu adalah milik sekte Yahudi yang menamakan diri mereka "Esenes". Sebutan mereka dengan nama tersebut menjadi bahan perdebatan di kalangan para ahli. Profesor Abbas Mahmud AI-Aqqad dalam buku "Hayat Almasih" (Kehidupan Almasih) edisi kedua, mengemukakan sebagai berikut,
"Pendapat yang paling akurat dari berbagai tesis yang ada adalah bahwa orang-orang yang khusyu, yang menghuni rumah peribadatan di Qumran ilu adalah sekelompok sekte Esenes, salah satu sekte konservatif dan sangat keras mempertahankan hukum-hukum agama Yahudi, yang menantikan keselamatan mereka dengan datangnya Sang Juru Selamat yang dijanjikan. Sekte ini yang juga sempat kami singgung dalam tulisan kami 'Kejeniusan Almasih', merupakan kelompok bani Israel yang paling bersih dari perbuatan dosa dan hawa nafsu. Dalam tingkat keberagamaan, mereka terbagi menjadi tiga kelas. Dalam sumpah kesetiaan, mereka bersumpah untuk menjaga rahasia kelompoknya, dan sesudah itu mereka diharamkan untuk bersumpah secara benar atau palsu seumur hidup. Mereka beriman pada hari kiamat, kebangkitan dan kerasulan Almasih sang Juru Selamat. Pendapat kami bahwa nama Esenes berasal dari derivasi "asi " yang berarti tabib. "
Para ilmuan sejarah berbeda pendapat berkenaan dangan asal penamaan Esenes. Sebagaimana tersebut di atas bahwa Profesor Aqqad menyebutnya berasal dari akar kata `asi' dalam bahasa Aramik yang berarti tabib. Akan tetapi penulis berbeda pendapat dengan Profesor Aqqad, sebab jamak dari kata "ast"' bukannya "esen" tetapi "asen". Meskipun diketahui bahwa mereka mempergunakan ramuan obat-obatan untuk terapi penyembuhan berbagai macam penyakit, namun mereka bukanlah para tabib, dan tidak terdapat satupun tulisan kuno yang memperkuat dugaan bahwa mereka berprofesi sebagai tabib.
Nama kelompok Esenes tertulis dalam bahasa Yunani dalam karya sejarah Philo Judaeus 1), Josephus Flavius 2), dan Pliny the Elder 3), masing-masing dalam ungkapan " Esenoy" atau " Esau" sedangkan nama orang yang menisbatkan dirinya kepada nama itu disebut " Esawi". Persoalan mendasar yang dihadapi oleh para peneliti adalah bahwa meskipun asal kata dari nama kelompok ini merupakan peristilahan lokal, namun mereka mendapatinya hanya tertulis dalam bahasa Yunani. Untuk itu pertu dilacak asal kata dari istilah tersebut.
Sebagian peneliti mengasumsikan bahwa istilah itu berasal dari bahasa Aramik atau Ibrani; namun mereka tidak kunjung sepakat pada kata tertentu yarig menunjukkan bahwa kelompok tersebut pernah berdiam di wilayah Palestina. Namun demikian, di sana terdapat indikasi kuat yang menghubungkan kelampok Esenes dengan Nabi Yesaya, yang membelot dari kelompok Pendeta Rumah Suci dan memilih hidup menyendiri menantikan kedatangan Sang Juru Selamat pada akhir zaman (hari kiamat). Nama Yesaya dalam bahasa Ibrani adalah "Vasya Ya', seperti "Yasyu"' dan "Yasu"' yang mempunyai satu pengertian yakni keselamatan Tuhan. Sedangkan nama "Yasu"' dalam bahasa Yunani -atau "Isa" dalam bahasa Arabditulis sebagai "Esu". Tampaknya bahwa nama Yesaya juga dipakai untuk menamahan murid-murid Nabi Yesaya. Para peneliti telah menemukan tiga bagian dalam Kitab Yesaya ditulis selama kurun waktu dua abad, antara abad ke-6 hingga abad ke-4 SM. Apapun alasannya, di antara jemaat yang mendiami wilayah Qumran bersama nabi Yesaya terdapat hubungan yang erat -berkat penemuan di dalam gua-gua hunian mereka- dengan tulisan-tulisan Nabi Yesaya dalam jumlah besar, dan mereka menafsirkan tulisan-tulisan itu dengan metode khusus yang menjadi rahasia di antara mereka, terutama bagian-bagian yang berkenaan dengan "Hamba Tuhan", dan kelahiran "Emanuel". Naskah-naskah ini juga-lah yang diandalkan oleh para penulis Injil untuk mengisyaratkan kelahiran Isa Almasih yang mereka sebut sebagai "nubuwat Sang Guru di masa mendatang".
Mengetahui asal kata dari peristilahan ini barangkali tidak sedemikian sulit, jika kita mengingat bahwa huruf "ain" dalam bahasa Arab dan pada semua bahasa Semitik akan menjadi "alif" dalam bahasa-bahasa Eropa di antaranya bahasa Yunani. I
Menurut penjelasan Pliny, dalam bukunya "Natural History", sesungguhnya kelompok Esenes mendiami wilayah antara kota Yericho (Ariha) kawasan lembah Jordan di utara dan kota `Ein Juda di tepian Laut Mati di selatan. Kawasan yang sama di mana terletak wilayah tak berpenghuni di Qumran. Paska kedatangan orang-orang Yahudi dari Babel, para pendeta Yahudi berhasil menyeru manusia pada ajaran agama Yahudi yang didirikan berdasarkan penafsiran mereka yang sangat khusus atas Taurat Musa. Dan berdasarkan retorika penafsiran itu pula para pendeta menyusun ulang format kitab suci Yahudi. Bersamaan dengan dibolehkannya orang-orang Yahudi untuk membangun kembali rumah suci kaum Yebusi oleh penguasa Parsi, maka dengan demikian, rumah suci itu menjadi pusat kegiatan peribadatan para pendeta.
Ibadah Yahudi yang dilakukan oleh kelompok pendeta, terdiri dari ritual-ritual tertentu, yang penting di antaranya adalah menyembelih hewan kurban yang dilakukan oleh para pendeta di rumah suci setiap hari, terlebih pada hari Sabat atau hari-hari raya. Orangorang Yahudi awam, masing-masing diminta untuk mempersembahkan sebagian hasil usaha mereka untuk rumah suci. Oleh sebab jabatan Kependetaan itu menjadi status yang sifatnya turun temurun dalam garis keturunan keluarga "para pendeta", maka secara otomatis, "status kependetaan" itu selanjutnya membentuk hierarkhi baru dalam masyarakat Yahudi, yang mampu mendatangkan sumber kekayaan yang cukup melimpah.
Dengan masuknya komunitas aristokrat dan para pedagang, hierarkhi tersebut selanjutnya menjadi populer sebagai Sekte Saduki atau Sedukhem. Kelas sosial Yahudi tersebut kemudian memegang otoritas atas bangsa Yahudi melalui ritus-ritus keagamaan. Tidak ada doa atau upacara keagamaan lainnya yang berlangsung dalam agama Yahudi yang dapat dilaksanakan sendiri oleh para pemeluk, baik di rumah atau di tempat peribadatan lain, melainkan harus datang ke Rumah Suci di Jerusalem dan mempersembahkan kurban kepada para Pendeta.
Sekte Saduki mempercayai bahwa arwah akan mengalami kematian bersamaan dengan kematian jasad. Sekte Saduki menerapkan ajaran Taurat secara sangat tekstual, dan dalam penafsiran teks-teks Taurat sama sekali terlepas logika akal, seperti halnya analogi. Berdasarkan konsep teori penafsiran seperti itu, maka sekte Saduki tidak mengimani keabadian arwah, tidak pula kebangkitan manusia sesudah mati, atau perhitungan amal perbuatan (hisab). Saduki juga tidak mempercayai adanya wujud malaikat dan jin, karena dalam pendirian Seduki bahwa ajaran Taurat berdiri di atas prinsip kemaha-esaan Tuhan. Oleh karena itu tidak ada penyembahan berhala dan berikut ilah-ilah lain dalam keyakinan Saduki. Sedangkan kepercayaan pada hari kiamat dan hisab di kehidupan akhirat sesudah mati tidak disebutkan dalam kitabkitab yang dinisbatkan kepada Musa, akan tetapi tercantum di dalam kitab Nabi-nabi, seperti halnya Yesaya.
Sementara sekte Seduki (Kelompok Pendeta) mendasarkan ajaran agama Yahudi hanya pada lima Kitab Taurat saja, yakni lima kitab pertama pada Perjanjian Lama, (Kejadian, Eksodus, Orang-orang Levi, Bilangan dan Ulangan -dan dengan demikian mengesampingkan I
Berdasarkan pada tulisan-tulisan Philo Judaeus, filosof Yahudi dari Aleksandria yang hidup pada awal abad Masehi, dan Josephus, sejarawan yang hidup di Palestina dan penulis sejarah Yahudi untuk Romawi pada akhir abad pertama Masehi, bahwa kaum Esenes tersebut pernah ada di Palestina, tepatnya di kawasan terdekat dengan wilayah barat laut pantai Laut Mati. Dan berdasarkan pada sumber-sumber tulisan kuno, para penganut Sekte Esenes, meskipun mereka adalah pemeluk Yahudi tetapi mereka mempunyai perbedaan yang amat menyolok dengan pemeluk Yahudi pada umumnya, oleh sebab kepercayaan mereka pada keabadian arwah, pada perhitungan di hari akhir, dan mereka tidak melakukan ritus pengurbanan hewan sembelihan di kuil. Dan jumlah mereka relatif kecil, tidak lebih dari 4000 orang pada awal abad pertama Masehi.
Para pengikut sekte Eseness terbagi menjadi dua kelompok; pertama, hidup seperti layaknya para rahib dan tidak menikah, sedang kelompok kedua, hidup bersahaja dan menikah. Meskipun di antara keduanya ada perbedaan, namun semua penganut Esenes mepunyai semangat menjauhkan diri dari dunia materi dan kesenangan hidup. Tidak ada di antara mereka kelompok kaya dan kelompok miskin, karena semuanya menjadi satu dalam hak kepemilikian. Esenes meyakini bahwa wujud materi yakni jasad manusia adalah wujud temporal yang fana. Sedangkan wujud yang hakiki ada di alam kehidupan arwah, dan oleh karena itu mereka tidak takut mati. Orang-orang Esenes ini hidup dalam kelompok-kelompok secara sangat bersahaja, mengenakan selendang putih ciri khas mereka. Rutinitas keseharian mereka dimulai dengan bangun pagi untuk melaksanakan shalat fajar kemudian pergi ke ladang karena sebagian besar mata pencarian mereka adalah bercocok tanam. Mereka mengerjakan shalat yang kedua saat matahari tenggelam dan sesudah itu berkumpul bersama anggota keluarga untuk makan malam, yang umumnya terdiri dari roti dan satu macam jenis sayuran.
Bersuci dengan mempergunakan air sebelum melakukan shalat, merupakan tradisi ibadah sangat penting dan dipegang teguh oleh para pengikut sekte Esenes. Bukan hal yang sederhana bagi siapapun untuk menjadi anggota sekte Esenes, khususnya wanita, karena sekte Esenes tidak menerima keanggotaan dari kaum hawa. Yang berminat menjadi anggota sekte Esenes terlebih dahulu harus lolos ujian panjang yang berlangsung selama satu tahun. Jika yang bersangkutan lulus, ia baru diperbolehkan mengikuti ritual-ritual khusus selama dua tahun dan baru benar-benar menjadi anggota pada tahun ketiga.
Orang-orang dari sekte Esenes mempunyai kebiasaan yang sangat unik, di mana mereka memanfaatkan sebagian besar waktu malam untuk membaca Taurat juga Kitab Nabi-Nabi, khususnya I
Perselisihan yang terjadi antara Esenes dan Seduki menjadi sebab bagi lahirnya sekte baru yang memiliki struktur kepercayaan moderat, yang dikenal dengan nama Farisi. Tersebarnya filsafat Plato yang mempercayai adanya alam spiritual metafisis, berakibat pada munculnya keyakinan akan keabadian arwah sesudah mati. Sekte Farisi percaya pada takdir, yang substansinya adalah bahwa segala sesuatu yang terjadi sesungguhnya telah ditentukan sebelumnya dan tidak mungkin untuk dihindari. Akan tetapi mereka juga meyakini kebebasan manusia untuk berkehendak dan memilih. Mereka mengataan bahwa Tuhan akan memberi kemudahan bagi mereka yang berbuat kebajikan, sedangkan orang yang meniti jalan kejahatan, Tuhan akan membiarkan dirinya dengan pilihannya itu. Bertolak dari keyakinan ini mereka mengatakan bahwa arwah orang-orang jahat akan ditempatkan dalam penjara abadi dan mengalami siksaan sepanjang masa. Adapun arwah orang-orang yang baik dalam pandangan Farisi, mereka itu akan hidup kembati dalam jasad lain. Dengan ungkapan lain mereka percaya pada inkarnasi atau kembalinya arwah ke bumi.
Sebagai usaha memberikan legitimasi atas penafsiran-penafsiran mereka yang sangat bertolak belakang dengan ajaran para Pendeta, sekte Farisi mendirikan konsep teori baru yang mengatakan bahwa selain Taurat tertulis, Tuhan juga memberikan kepada Musa "Hukum Lisan" yang sampai kepada mereka melalui jalam periwayatan yang turun temurun -dan selanjutnya mereka mengabadikannya dalam Talmud. Di samping itu mereka juga mempergunakan logika akal dalam menafsirkan teks-teks kitab suci. Mereka berpendapat bahwa perubahan zaman akan berarti perubahan tuntutan, sehingga yang penting dalam hal ini adalah penerapan substansi hukum, bukan formalitas hukum itu. Seperti contoh, dalam menerapkan ayat "mata dibalas dengan mata", mereka mengatakan bahwa pada masa itu, tidak mesti harus dengan membunuh pelaku, sebab hal itu dapat saja diganti dengan memberikan ganti rugi kepada korban.
Tidak diragukan bahwa orang-orang Farisi-lah yang membangun agama Yahudi Rabinik (Rabbinic Judaism) setelah berakhirnya masa kependetaan menyusul hancurnya Rumah Suci Yerusalem di tangan penguasa Romawi pada tahun 70 S M, dan semua pendeta yang ada di dalamnya tewas terbunuh. Namun demikian kita melihat adanya kesamaan pandangan antara sekte Farisi dan Seduki berkenaan dengan jatidiri dan peran Almasih. Kaum Farisi memerangi pengikut-pengikut Isa As. dan menghalang-halangi misi kaum Esenes. Orang-orang Yahudi -hingga saat ini- masih menantikan kedatangan Mesiah yang lain, selain Isa, yang akan menjadi Pemimpin dan Raja keabadian. Maka berdasarkan keyakinan ini, penulis berpendapat bahwa kelompok Esenes, meskipun mereka menjadi bagian dari komunitas Yahudi sebelum kehancuran Beit Suci, namun pada hakikatnya mereka sangat berbeda dengan Yahudi pada umumnya, berkenaan dengan keimanan pada keabadian arwah dan hari kiamat. Pada saat kedatangan sang Guru, yang akan memimpin pertempuran "Putera cahaya" melawan "Putera kegelapan". Mesiah yang mereka nantikan akan menang dan kejahatan akan sirna sepanjang masa. Oleh sebab itu, kebanyakan para peneliti condong kepada kesimpulan bahwa orangorang sekte Esenes adalah komunitas Judeo-Kristen yang akan kita ketahui lebih lanjut tentang jati diri mereka pada bahasan-bahasan mendatang.
(Footnotes)
1. Disebut juga Philo of Alexandria, Filosof Yahudi yang berbahasa Yunani, seorang yang paling representatif dalam Yahudi Helenis, dalam tradisi Kristen ia dianggap sebagai pelopor Teologi Kristen (pent-). Lihat Encyclopaedia Britannica.
2. Nama aslinya Joseph Ben Matthias, pendeta Yahudi, sarjana, dan ahli sejarah yang menulis karya-karya tak ternilai tentang revolusi Yahudi th. 66-70 juga tentang sejarah Yahudi masa awal. Karya terpentingnya adalah Sejarah Perang Yahudi (75-79), "The Antiquities of the Jews" (93), dan "Against Apion". (Pent-). Idem.
3. Lahir th 23 M di Gaul (sekarang Itali), nama lengkapnya dalam bahasa latin Gaius Plinius Secundus, penulis "Natural History", merupakan karya ensiklopedi. (pent-), idem.
Penemuan Beragam Naskah Kitab Perjanjian Lama di Qumran
Perbedaan pendapat paling mengemuka antara Yahudi dan Kristen abad-abad pertama adalah berkenaan dengan penafsiran isi Kitab Perjanjian Lama khususnya masalah Mesiah (sang Juru Selamat) yang dinantikan. Sementara orang Kristen memahami bahwa yang tertera di dalam Kitab Nabi-Nabi menyangkut Hamba Tuhan, Anak Manusia Emanuel dan Nabi Penerus Musa semuanya itu sejatinya tidak lain adalah Yesus/Isa al-Masih dan pemberitaan tentang kedatangannya. Sedangka orang-orang Yahudi berpendirian bahwa tema-tema diatas adalah dalam konteks pembicaraan tentang bangsa Israel dan keselamatannya, sedangkan Mesiah sang Juru Selamat, masih dalam penantian. Lebih lagi bahwa di sana terdapat beberapa teks kitab suci Perjanjian Lama versi Yunani yang sama sekali berlainan dengan isi Perjanjian Lama versi Ibrani yan berada di tangan orang-orang Yahudi. Manakah antara keduanya yang paling sahih?
Bahkan di sana terdapat kitab-kitab yang secara Utuh termuat dalam Perjanjian Lama versi Yunani namun tidak tertera dalam Kitab Perjanjian Lama versi Ibrani, padahal kitab-kitab tersebut memuat detail penjelasan tentang kedatangan Sang Juru Selamat, apalagi bahwa sosok historis Yesus sama sekali tidak dikenal oleh orang-orang Yahudi. Berbeda dengan apa yang termuat dalam I
Dikaitkan dengan persoalan tersebut, maka penemuan manuskrip-manuskrip Qumran yang ditulis pada abad ke-2 SM hingga pertengahan, abad pertama masehi, telah membersitkan harapan akan diketemukannya sumber-sumber pengetahuan yang mampu menjawab teka-teki pelik dan selanjutnya menafsirkan peristiwa berdasarkan pertimbanganpertimbangan sejarah. Bahkan sebagian kalangan berharap dapat menemukan naskah-naskah kuno dari Injil-Injil Perjanjian Baru di Qumran, atau sekedar isyarat berkenaan dengan para sahabat al-Masih. (para Hawariyun, pent).
Namun yang terjadi sungguh berbeda dengan itu semua. Tidak sedikitpun disinggung bahwa al-Masih pernah hidup pada periode sejarah yang dimaksud kecuali bahwa pada masa itu terdapat sekelompok orang semi-Kristen yang mendiami wilayah Qumran beberapa mil jauhnya dari Jerusalem. Mereka dikatakan sedang menantikan kedatangan Sang Guru yang dikhabarkan telah mati. Orang-orang misterius itu memandang para pendeta rumah suci sebagai penjelmaan setan dan mereka bertanggung jawab atas kematian sang Guru Bijak. Lebih dari itu bahwa kitab-kitab yang diterima oleh orang-orang Kristen diditolak oleh Yahudi, seluruhnya ditemukan di dalam gua-gua Qumtan.
Perabot (jambangan, pent) dari tembikar dipergunakan sebagai tempat menyimpan manuskrip tenyata mempunyai bentuk yang sangat unik, dan memiliki ukuran tertentu. Berbentuk bundar setinggi kurang lebih setengah meter, dengan permukaan serta dasar yang datar. Perabot semacam ini lazimnya dipergunakan oleh orang-orang Mesir pada dua abad sebelum kelahiran Al-masih. Ini menunjukkan bahwa bentuk perabot dan cara menyimpan manuskrip diambil dari tradisi orang-orang Mesir. Perabot semacam itu jelas bukan buatan tangan orang Palestina, demikian pula tata cara penyimpanan manuskrip itu sejatinya merupakan tradisi orang-orang Mesir semenjak masa pemerintahan Ramses III, yang berasal dari dinasti ke duapuluh, sekitar abad ke-2 S.M
Sebagian besar naskah-naskah kuno dari Qumran tertulis di atas lembaran-lembaran kulit dan sebagian di atas lempengan-lempengan tembaga atau daun papirus. Kebanyakan ditulis dalam bahasa Ibrani, meskipun ada pula tulisan berbahasa Aramaik dan Yunani. Cara penulisan yang dipergunakan sama persis dengan hasil penggalian arkeologis di I
Jumlah tulisan Kitab-kitab Taurat berjumlah dua ratus kitab, dan telah diketemukan dalam jumlah besar tulisan-tulisan Kitab Perjanjian Lama -selain Kitab Ester- meskipun sebagian hanya berupa potongan-potongan kecil. Naskah terbanyak dari satu kitab yang dapat diketemukan adalah Kitab Mazmur sebanyak 27 buah naskah, dan Kitab Ulangan sebanyak 25 naskah dan Kitab Yesaya sebanyak 18 naskah.
Sedangkan tulisan-tulisan yang tidak termasuk dalam Kanon Perjanjian Lama terdiri dari dua macam;
Pertama; disebut Apokrip, seperti Kitab Tobit, Kitab Kebijaksanaan Yesus ben Sirakh dan bagian yang tertulis dalam bahasa Yunani dari Surat Yeremia. Kitab jenis pertama ini meskipun tidak menjadi bagian naskah-naskah I
Kedua; adalah sebagian Kitab yang ditulis pada periode antara abad ke-2 S M hingga akhir abad ke-1 M. Para Imam menolak menganggapnya sebagai bagian dari Kitab Suci mereka dan selanjutnya dikenal dengan nama "Pseudepiqrapha". Akan tetapi naskah terjemahan dalam bahasa Yunani dari kitab-kitab itu disimpan oleh orang-orang Kristen -kadang tertulis dalam bahasa Suryani, Aramik, atau Etiopia, dalam manuskrip-manuskrip Qumran- sebagaimana pada periode para patriakh ke-12 dan Kitab Akhnokh - yang dapat menjelaskan bahwa kelompok Esenes memasukkannya ke dalam khazanah kitab suci mereka.
Sebagaimana diketemukan pula tulisan-tulisan berupa penafsiran yang menjadi interpretasi bagi kitab-kitab suci dengan metode penafsiran metaforis, atau tidak secara tekstual (harfiah), sebagaimana dilakukan oleh para pendeta. Di antara penemuan lainnya adalah Buku-buku Tafsir Kitab Perjanjian Lama, yang kadangkala bertentangan dengan penafsiran-penafsiran yang diberikan kepada Kitab Talmud. Sebagai contoh, pada Buku Tafsir Kitab Kejadian - bagian pertama Perjanjian Lama - bahwa kisah yang dipaparkan oleh Taurat berkenaan dengan perkawinan Firaun dengan Sarah, kita mendapati penafsirannya bahwa Raja Mesir itulah yang menculik Sarah. Atas perbuatannya itu si Raja Mesir menderita penyakit aneh, sehingga dengan terpaksa menyerahkan Sarah kepada suaminya, Ibrahim : "I
Di samping kitab-kitab agama, di dalam guagua Qumran, juga diketemukan tulisan-tulisan yang khusus berkenaan dengan kehidupan orang-orang sekte Esenes, antara lain "Kitab Para Murid", "Manuskrip Damaskus", "Mazmur Pujian" dan manuskrip "Kitab Peperangan". Kendati bahwa Kitab-kitab Taurat yang Lima dinisbatkan kepada Musa - yang hidup pada abad ke-14 SM- dan walaupun KitabKitab Perjanjian Lama telah rampung dari penulisannya pada abad ke-6 dan abad ke-4 S M, namun terjemahan-terjemahan Kitab Taurat yang ada saat ini - termasuk dalam hal ini terjemahan dalam Bahasa Arab- semuanya bersandarkan pada naskahnaskah kanonik Ibrani yang ditulis oleh para penulis Yahudi (Masoret), yang kembali pada zaman sekitar tahun 1008 M.
Bangsa Yahudi, semenjak diijinkan oleh Cyrus, Penguasa Persia untuk mendirikan Rumah Suci dan kembalinya para pendeta dari Babel, pada sekitar abad ke-5 S M, mereka mempergunakan Taurat - Lima Kitab pertama dari Perjanjian Lama, yang berisi ajaranajaran Musa dalam peribadatan-, namun di kalangan mereka juga diketahui adanya "kitab-kitab suci" yang lain, seperti halnya kitab yang memaparkan sejarah bangsa Israel sepeninggal Musa. Selain itu ada pula sekumpulan kitab yang dinisbatkan kepada para Nabi yang muncul antara abad ke-10 hingga abad ke-6 SM, serta Kitab-kitab Kebijaksanaan dan Mazmur.
Sementara orang-orang sekte Esenes memperhatikan seluruh kitab, di mana mereka menafsirkan Taurat Musa berdasarkan pada ajaran para nabi dan syair-syair dalam Mazmur, justru para pendeta rumah suci hanya bersandar pada Lima Kitab Musa. Dan ketika kelompok pendeta rumah suci itu lenyap setelah kehancuran Rumah Suci Jerusalem di tangan Romawi pada tahun 70 M, para pendeta Yahudi sepakat untuk mendirikan Agama Yahudi yang berlandaskan pada ajaran Talmud yang diklaim sebagai penafsiran dari Taurat. Mereka meyakini adanya Taurat Lisan di samping Taurat Tertulis, yang bersumber dari Musa, dan berdasarkan Taurat Lisan itulah mereka menafsirkan Taurat Tertulis.
Ketika lahir Agama I
Pada akhir abad ke-1 M, para pendeta Yahudi mengadakan pertemuan di Yamenia, sebuah kota kecil dekat Yafa, wilayah pinggiran laut Palestina. Dalam pertemuan itu dilakukan revisi atas semua tulisan yang ada pada mereka sehingga diputuskanlah tulisan mana saja yang dapat dikelompokkan ke dalam apa yang kemudian dikenal dengan istilah "Kitab Kanonik", atau dengan ungkapan lain, mana yang layak menjadi bagian dari Kitab Perjanjian Lama, dan selebihnya dibuang. Dengan demikian, maka, naskah-naskah Ibrani yang diketemukan pada akhir abad Ke-10 M, yang selanjutnya menjadi rujukan bagi terjemahanterjemahan modern, adalah berdasarkan pada Kitab Kanonik ini, yang rampung penyusunannya pada penghujung abad ke-1 M.
Di pihak lain, Raja Ptolomeus II (Pladilepius) - yang membangun Perpustakaan Aleksandria- telah mendatangkan sekelompok penulis kitab suci dari Jerusalem ke Aleksandria pada sekitar abad ke-3 SM. Para penulis itu membawa hasil tulisan masing-masing yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dan kemudian dikenal dengan naskah Septuaginta. Oleh karena Gereja Kristen semenjak berdirinya mengandalkan naskah berbahasa Yunani, maka Septuaginta inilah yang dipergunakan oleh seluruh Gereja Kristen hingga abad pertengahan. Namun, semenjak diterjemahkanya Naskah Ibrani ke dalam bahasa Latin dan bahasa-bahasa lainnya, pada abad ke-16, terlihat adanya banyak perselisihan antara naskah Ibrani itu dengan Septuaginta., seperti misalnya, adanya bagian yang kurang atau lebih, adanya perbedaan pada ayat yang sama atau perbedaan berkenaan dengan nama-nama tempat dan catatan sejarah. Ditemukannya kitab-kitab lain dalam kelompok Septuaginta yang tidak terdapat pada Naskah Ibrani orang-orang Masoret, sehingga dengan demikian, ia dianggap sebagai Kitab Agama yang diragukan kebenarannya dan selanjutnya mendapat sebutan Apokripa. Perselisihan terus berlanjut di antara para penelaah Taurat, di mana sebagian dari mereka meyakini keabsahan salah satu naskah dan mengingkari naskah lainnya, dan sebagian lain berusaha memadukan di antara keduanya. Berlatar belakang persoalan yang demikian ini, maka ketika ditemukan naskah-naskah kuno di Qumran, menjelang berakhirnya Perang Dunia II, para peneliti memprediksi bahwa naskah-naskah tersebut nantinya akan menjadi kata pemutus dari perselisihan panjang itu.
Urgensi naskah-naskah kuno yang ditemukan di Qumran, paling tidak terdapat pada masa sejarah penulisan naskah-naskah tersebut yang berasal dari abad ke-2 SM, atau berdekatan dengan masa selesainya terjemahan Septuaginta Yunani, dan sebelum seleksi yang dilakukan oleh para pendeta Yahudi.
Kitab Yesaya yang berasal dari naskah kuno Qumran, disebut sebagai yang pertama kali diselesaikan terjemahannya dan diterbitkan pada tahun 1952. Namun di sana hanya ada sedikit saja perbedaan dengan naskah Ibrani yang ditulis oleh orang-orang Masoret, yang dapat disebut sebagal kesalahan tulis atau kesalahan pada struktur kalimat. Namun persolannya menjadl berbeda, ketika Frank Moore Cross -salah seorang ahli yang berwenang dalam penerjemahan naskah - menerbitkan sebagian darl Kitab Samuel yang berasal dari temuan di gua nomor 4, sebab dalam naskah tersebut ditemukan adanya perbedaan yang sangat substantif dengan naskah Masoret berbahasa Ibrani. Sementara jilka dihadapkan dengan naskah Septuaginta, keduanya sama persis. Namun pada bagian selanjutnya, perbedaan muncul kembali, bukan saja dengan naskah Masoret, tetapi juga dengan naskah Septuaginta. Bagian itu hanya memiliki persesuaian dengan Naskah Sumeria.
Perlu dikemukakan di sini bahwa di sana terdapat sekelompok kecil orang-orang Sumeria yang mendiami wilayah Naples, yang memiliki Kitab Suci Perjanjian Lama yang hanya terdiri dari Lima Kitab Musa saja. Kelompok Sumeria berkeyakinan bahwa asal-usul Kitab Suci yang ada pada mereka berasal dari zaman Nabi Musa. Terdapat perbedaan yang cukup tajam antara naskah Sumeria dengan Naskah Septuaginta dan naskah Masoret, antara lair berkenaan dengan perkiraan masa tinggal bangsa Yahudi di Mesir. Sementara naskah Ibrani menyatakan bahwa keberadaan mereka di Mesir berlangsung selama 430 tahun, sedangkan naskah Sumeria -yang dalam persoalan ini sepakat dengan naskah Septuaginta -bahwa masa tersebut meliputi rentang waktu menetapnya bangsa Israel di bumi Kana'an dan di Mesir, atau dengan ungkapan lain, adalah periode semenjak kedatangan Ibrahim ke kana'an hingga keluarnya Musa ke bukit Sinai.
Penemuan gulungan kecil di gua nomor : 4 di Qumran yang tertulis dalam bahasa Ibrani memuat bagian pertama Kitab Keluaran. Diketahui bahwa naskah tersebut bersesuaian dengan naskah Sumeria pada beberapa tempat, namun berbeda dengan naskah Ibrani.
Ini mengindikasikan bahwa kitab-kitab Sumeria merujuk kepada naskah kuno yang konon telah ada semenjak lahirnya kelompok ini pada abad ke-5 M.
Demikianlah bahwa kita mendapati di antara naskah Kitab Perjanjian Lama yang ditemukan di sekumpulan gua di Qumran di antaranya ada yang relevan dengan naskah Ibrani, Septuaginta berbahasa Yunani dan naskah Sumeria, selain ditemukan adanya naskah-naskah lain yang berisi kombinasi dari ketiga naskah yang ada. Semua bukti tersebut menunjukkan bahwa di sana -paling tidak- terdapat empat buah tulisan yang berbeda dari satu jenis kitab, yang merupakan bagian dari Perjanjian Lama. Hal tersebut mendorong banyak ilmuan Kristen menuntut agar tidak bersandar hanya pada satu Masoret saja, dalam upaya melakukan terjemahan baru. Di samping adanya pertimbangan sehingga diketahui mana di antara naskah yang ada yang paling sahih.
Kitab Para Murid dan Naskah Damaskus
Selain manuskrip yang berisikan tulisan-tulisan agama, didapati pula di gua-gua Qumran, beberapa tulisan tangan yang menjelaskan norma kehidupan Jemaat Esenes di antaranya "Kitab Para Murid" dan Kitab yang belakangan dikenal sebagai "Manuskrip Damaskus" (Damsyik). Yang lebih mungkin diterima adalah bahwa nama "Damaskus" merujuk kepada sumber-sumber yang tercantum pada sebagian Kitab Nabi-Nabi berkenaan dengan hukuman Tuhan bagi para pembangkang Bani Israel.
Pada 9 : 1 Kitab Zakharia disebutkan : "Ucapan Ilahi, Firman TUHAN datang atas negeri Hadrakh dan berhenti di Damsyik':
Juga pada 5: 25 - 27 Kitab Amos : 'Apakah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban sembelihan dan korban sajian, selama empat puluh tahun di padang gurun itu, hai kaum Israel? Kamu akan mengangkut Sakut, rajamu, dan Kewan, dewa bintangmu, patung-patungmu yanq telah kamu buat bagimu itu, dan Aku akan membawa kamu ke dalam pembuanqan jauh ke seberang Damsyik, " firman TUHAN, yang nama-Nya Allah semesta alam".
Menelaah lebih jauh, didapat pengertian lain bahwa nama Damsyik merupakan julukan simbolis bagi Jemaat Qumran. Sementara para Nabi menyinggung soal pengasingan Bani Israel ke wilayah utara di luar Damsyik sebagai hukuman atas perbuatan mereka menyembah terafim (patung), sebaliknya manuskripmanuskrip Damsyik menformat ulang redaksi ayat sehingga menghadirkan makna yang berbeda, menjadi semacam janji bagi sekelompok orang yang menyelamatkan keyakinan mereka dari komunitas Yahudi dengan memilih hidup mengasingkan diri, sehingga dengan demikian mereka mampu menyelamatkan keyakinan mereka yang benar.
"Aku akan mengasinqkan kemah-kemah rajamu dan tonggak-tonggak keberhalaanmu dari perkemahanKu ke Damsyik." Berdasarkan pada gaya penafsiran simbolis Jemaat Qumran, "kemah-kemah raja" menunjukkan makna Kitab Tuhan, "tonggak tonggak berhala" dimaksudkan sebagai Kitab Para Nabi. Sehingga berdasarkan penafsiran ini, ayat tersebut mengandung pengertian bahwa Tuhan akan memindahkan Kitab Taurat bersama Jemaat Esenes berikut Kitab Para Nabi - yang sangat dibenci oleh penganut Yahudi di Jerusalem- jauh dari wilayah Kerajaan Yehuda, demi menjaga keselamatannya.
" Mereka menggali sumur. Sumur yanq digali oleh para penguasa, yanq digali oleh orang-orang mulia dari bangsa Israel dengan tongkat." Sumur disini diartikan sebagai ajaran agama, dan orang-orang yang menggali sumur tersebut adalah orang-orang Bani Israel yang mengikuti petunjuk Tuhan, yang meninggalkan tanah Yehuda dan menetap di Damsyik. Tuhan menyebut mereka sebagai "para penguasa". Sedangkan tongkat merupakan simbolisasi dari orang yang mengajarkan agama. Nabi Yesaya berkata : "Ia mengeluarkan peralatan untuk bekerja. Orang-orang mulia adalah mereka yang datang untuk menggali sumur dengan mempergunakan tongkat...... hingga mereka hadir di tengah masa kejahatan, hingga datangnya oranq yang mengajarkan kejujuran di akhir zaman......semenjak hari kedatangan sanq guru tunggal dan hingga kebinasaan tentara-tentara yang kembali bersama pemimpin pendusta akan memakan waktu 40 tahun. Pada kurun waktu itu, Tuhan akan murka kepada Bani Israel seperti dikatakan, karena itu Bani Israel akan melalui masa panjang tanpa pemimpin, tanpa raja dan tanpa hakim."
Sedangkan istilah yang dipergunakan untuk mengidentifikasikan jati diri mereka, Jemaat Esenes menggunakan nama "Breth Khadasyah", yang berarti "perjanjian baru". Dan mereka, meskipun berselisih pandang dengan para Pendeta Rumah Suci di Jerusalem, dan berseberangan dengan mereka, namun Jemaat Qumran itu tetap menganggap diri mereka sebagai jemaat ahli ibadah yang mempunyai pendeta pemimpin yang diangkat dari anggota jemaat yang paling tinggi kedudukannya. Para anggota jemaat dilarang mengadakan perkumpulan lebih dari sepuluh orang tanpa dihadiri oleh pendeta pemimpin. Meskipun demikian, urusan jemaat sekecil apapun, akan diselesaikan melalui mekanisme musyawarah. Tema permasalahan terlebih dahulu dilontarkan ke hadapan majelis untuk didiskusikan, masing-masing berhak mengeluarkan pendapat, dan pada gilirannya al
Pada tahun 1896, dua naskah dari manuskrip Damsyik yang semula tersimpan di sebuah kamar tertutup dalam rumah peribadatan Yahudi di Kairo, Mesir, berhasil ditemukan. Konon, rumah peribadatan itu adalah milik Gereja Koptik Saint Mitchel lalu dibeli oleh orang-orang Yahudi di Mesir pada tahun 882 M. Istana Lilin, nama gereja tersebut, adalah bekas benteng Romawi kuno, di sebuah kawasan tidak jauh dari kota Fustat yang dibangun oleh sahabat Rasul Amru bin Ash. Dari bekas bentenq kuno tersebut dibangun enam buah gereja Koptik masing-masing Gereja Gantung, Gereja Abu Sirg, Gereja Mar Girgis, Gereja Maria, Gereja Saint Barbara dan Gereja Sait Mitchel. Orang-orang Yahudi I
Manuskrip-manuskrip Damsyik terdiri dari dua bagian; Bagian pertama memuat nasihat-nasihat bijak bagi para anggota jemaat, sedangkan bagian kedua berisi ajaran-ajaran syari'at dan perintah untuk menjaga keimanan. Uniknya, kitab-kitab tulisan tangan Damsyik ini memberikan makna atas kitabkitab Perjanjian Lama melalui metode penafsiran yang sangat ganjil dan berbeda dengan penafsiran para pendeta Rumah Suci di Jerusalem. Salah satu contoh-dari perbedaan penafsiran ini antara lain berkenaar dengan hukum perkawinan. Para pendeta Rumah Suci di Yerusalem memperbolehkan seorang lelaki menikahi anak perempuan saudara kandung karena sejauh ini tidak ada larangan daiam teks Kitab Taurat. Sedangkan Jemaat Qumran mengharamkannya dengan dasar bahwa status hukum anak perempuan saudara kandung itu sama dengan saudara ibu atau ayah.
Seorang yang baru masuk menjadi anggota jemaat wajib menyerahkan semua harta pribadinya sehingga menjadi milik bersama. Kebersamaan mereka itu tampak dalam ritual peribadatan "makan bersama". Disiplin hidup yang keras menjadi ciri khas jemaat Qumran, dan strata sosial menjadi sangat dominan. Dalam sebuah majelis, masirg-masing orang duduk sesuai kelas sosial mereka. Tidak seenaknya orang angkat bicara dengan memotong pembicaraan orang lain, lebih-lebih jika yang sedang berbicara berkedudukan lebih tingqi. Di dalam majelis seorang tidak diperbclehkan mengeluarkan pendapat yang sekiranya bertentangan dengan pendapat mayoritas atau pendapat pendeta pemimpin. Etika yang harus diikuti dalam penyampaikan pendapat di dalam majelis adalah dengan berdiri dan mengatakan, "Ada yang hendak kami sampaikan kepada majelis...."
Di dalam gua nomor : 1, didapati tulisan-tulisan tangan yang menjelaskan aluran-aturan yang berlaku dalam jemaat, yang dikenal dengan sebutan "Kitab Para Murid". Dalam kitab tersebut antara lain disebutkan kaidah kaidah yang dari padanya diketahui apa arti kebenaran (haq) dan kepalsuan (batil), penjelasan tentang langkah-langkah yany wajib diikuti oleh calon anggota jemaat, peraturan-peraturan yang berlaku untuk para murid dan aturan penerapan hukuman bagi pelanggar peraturan jemaat. Dalam Kitab Para Murid juga dipaparkan aturan-aturan dasar yang wajib dijalankan oleh Pendeta Pemimpin berikut para anggola, serta penjelasan hari-hari raya suci. Secara garis besar, Kitab Para Murid terdiri dari tiga bagian;
1. Syarat-syarat yang wajib dipenuhi untuk menjadi anggota Jemaat.
2. Peraturan Majelis Jemaat
3. Petunjuk-petunjuk yang wajib dipatuhi olen pendeta pemimpin.
Pendeta pemimpin wajib memberikan pelajaran kepada para murid tertany tata cara hidup sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Jemaat, berlbadah kepada Tuhan dengan sepenuh hati dan jiwa, mengerjakan perbuatan yang baik dan lurus dalam penilaian Tuhan sebagaimana diperintahkan kepada Musa dan para Naai hamba Tuhan. Mencintal segala yang dicinta oleh Tuhan dan membenci segala yang dibenci oleh-Nya. Menjauhkan diri dari keburukan dan memegang teguh pada kebajikan. Semua orang yang dengan sukarela menghibahkan dirinya pada Tuhan, demi memenuhi kevoajiban ketuhanan maka dia akan diterima menjadi anggota Jemaat Cinta Kasih, karena dengan demikian ia telah menjadi anggota jemaat Allah dan hidup di bawah kesempurnaar Tuhan. Juga karena ia lelah berusaha sekuat tenaga unluk menjadi makhluk sosial yang solicer, mempergunakan seluruh harta kekayaan untuk kebaikan secara sukarela. Setiap orang yang bersedia mengikuti ajaran-ajaran Jemaat maka ia diwajibkan untuk mengucapkan sumpah di hadapan Tuhan yang dikenal dengan sebutan "Ikrar Perjanjian Baru", mentaati segala wasiatNya dan tidak membiarkan diri dikuasai setan. Pada saat pengucapan janji, para pendeta dan orangorang Lewi: Membacakan tasbih-tasbih dan pujian pada Tuhdn dengan khusyu'; yang dibarengi dengan ucapan "amin" oleh mereka yang sedang mengangkat sumpah.
Semua orang yang mengikuti jalan kesalehan akan dipimpin oleh Pangeran Cahaya dan mereka akan berjalan di atas jalan yang terang benderang. Adapun orang-orang munafik diperintah oleh Raja Kegelapan dan mereka selamanya akan hidup dalam kegelapan. Raja Kegelapan akan terus berusaha m enyesatkar orang-orang yang baik dan hingga akhir zaman. Semua kekhilafan, dosa, kejahatan dan perbuatanperbuatan yang bertentangan dengan ajaran Tuhan akan terjadi bila manusia berada di bawah cenkeraman Raja Kegelapan.
Seperti halnya alam luar, jiwa rnanusia-pun senantiasa menjadi ajang pergulatan antara kekuatan baik dan kekuatan jahat. Berdasarkan penjelasan Kitab Para Murid, setiap manusia memiliki dua macam ruh yang menjadikannya hidup, ruh kebenaran (haq) yang bersumber dari cahaya dan ruh kepalsuan (batil) yang bersumber dari kegelapan. Kedua macam ruh dalam diri manusia itu selamanya dalarn pergulatan, jika ruh kebenaran menang, manusia akan melahirkan kebajikan. Sebaliknya jika yang dominan ternyata ruh kepalsuan, maka manusia menjadi jahat. Pada hakikatnya, ajaran tentang perseteruan sepanjang masa antara ruh kebaikan dan ruh kejahatan dan bahwasanya setan merupakan raja kegelapan, yang pekerjaannya hanya menyesatkan umat manusia, telah sama-sama dimaklumi baik dari ajaran Islam maupun Kristen. Akan tetapi orang-orang Yahudi pengikut ajaran Pendeta Rumah Suci di Jerusalem sama sekali tidak mengenal ajaran tersebut atau beriman kepadanya.
Kitab Para Murid juga berisi ajaran tentang perbuatan-perbuatan yang diharamkan, berikut hukuman bagi yang melanggar, dan di antaranya adalah ;
1. Jika seorang melakukan kebohongan dengan sengaja dalam persoalan-persoalan yang menyangkut hak milik, akan diasingkan dari upacara suci "makan bersama" selama setahun penuh dan diwajibkan untuk menyisihkan seperempat jatah makan sehari-hari sebagai tebusan dan pertobatan.
2. Orang yang berkata kasar kepada kawannya atau tidak mengindahkan perintah saudara yang derajatnya lebih tinggi, dianggap telah melakukan pelanggaran terhadap aturan Jemaat. Kesalahan ini dapat ditebus dengan melakukan istigfar (meminta ampun pada Tuhan, pent) selama setahun penuh dan pelakunya dalam status terbuang.
3. Jika seorang berkata-kata mesklpun karena lalai, atau oleh sebab lain, sementara dia sedang membaca Kitab Shalat, akan dihukum buang dari Majelis Jemaat.
4. Seorang anggola yang bcrbicara dengan nada marah kepada para pendeta yang namanya tercantum dalam Kitab Para Murid, maka ia wajib bertaubat dari kekhilafannya dan dilarang mengikuti ritual makan bersama.
5. Siapa yang berdusta dengan sengaja, akan diasingkan selama tiga bulan.
6. Siapa yang melakukan penghinaan dengan sengaja akan diasingkan selama setahun.
7. Siapa yang melakukan penipuan dengan sengaja, baik melalui perkataan maupun perbuatan, akan diasingkan selama enam bulan.
8. Siapa yang menentang kepemimpinan Penguasa Jemaat, akan diasingkan untuk selama lamanya.
Majelis Jemaat terdiri dari 12 orang anggota dan tiga orang pendeta yang alim dalam agama, sehingga dengan demikian mereka akan mampu berbuat benar, lurus dan adil. Menjadi pemlmpin yany arif, rendah hatl dan mampu menjaga keirnanan.
Sebagaimana termaktub dalam Kitab Yesaya :
"Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!" (Yesaya 40 : 3). Jalan yang dimaksud itu adalah mempelajari ajaran syari'at yang diwasiatkan olehNya kepada Musa, berbuat sesuai dengan apa yang diwahyukan Tuhan sepanjang masa, dan sebagaimana diterangkan oleh para Nabi.
Siapakah Sejatinya Guru Bijak dan Pendeta Jahat di Qumran?
Siapakah Guru Bijak bagi Jemaat Qumran dan siapa pula Pendeta jahat? Injil Matius menceritakan tentang kelahiran Almasih ;
"Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang orang Majus dari Timur ke Jerusalem dan bertanyatanya: Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia. " Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Jerusulem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi." (Matius 2 : 1 - 5)
"Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku.... " (Matius 2 : 7 -
"Setelah mendengur kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada "... .... lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada -Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur. (Matius 2 : 9, 11)
"Dan karena diperingatkan dalam mintpi, supaya jangan kemhali kepada Herodes.....2: 13 Seteluh orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibuNya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencuri Anak itu untuk mernbunuh Dia." (Matius 2 : 12 - 13).
"Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah Lalu ia menyuruh membunuh sernua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu ". (Matius : 16)
"Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katatnya ; "Bangunlah, ambillah anak itu.serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena rnereka yang hendak rnemhunuh Anak itu sudah mati." (Matius 2 : 19-20)
Padahal, Raja Herodes telah mati pada tahun ke-4 SM, oleh sebab itu maka sejatinya kelahiran Almasih dan tragedi pembunuhan anak-anak bayi - berlandaskan para riwayat ini - semestinya terjadi pada masa sebelumnya, apalagi Injil-Injil Perjanjian Baru menentukan bahwa kematian Almasih terjadi pada masa pemerintahan Gubernur Romawi Pontius Pilatus yang memerintah Palestina antara tahun 26 - 36 M. Berhubung Jemaat Qumran bisa jadi telah ada semenjak tahun ke-2 SM, hingga pertengahan abad ke-1 M -yang meliputi masa kelahiran dan kematian Almasih- sebagian besar kalangan memperkirakan akan dapat menemukan sumber-sumber yang menyinggung atau mengomentari peristiwa ini, membenarkan atau menafikan penafsiran-penafsiran yang berkembang.
Namun sayang tulisan-tulisan kuno dari Qumran yang telah diterjemahkan dan dipublikasikan sama sel
Dari tulisan-tulisan yang ada dalam kepemilikan Jemaat Qumran, didapat kejelasan bahwa orang-orang dari sekte Esenes berkeyakinan bahwa mereka mewakili golongan "perjanjian baru" berhadapan dengan "perjanjian lama" sebagaimana klaim Yahudi. Inti ajaran "perjanjian lama" bagi Yahudi dibangun di atas dasar kepatuhan mereka untuk mengkhitankan anak laki-laki, sebagaimana termaktub dalam Kitab Kejadian, tatkala Tuhan berfirman kepada Ibrahim :
"Dan pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku. engkau dan keturunanmu turuntemurun. Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu. Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-Iaki di antara kamu, turun-temurun; baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu. Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal. Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku. " (Kejadian 17: 9-14)
Ketika lahir Agama Kristen, Paulus mengatakan bahwa karakteristik "perjanjian lama" yang berlandaskan afiliasi berdasarkan hubungan darah, telah berakhir. Ini di pihak lain merupakan pertanda dimulainya "masa perjanjian baru", bagi siapa saja yang beriman pada kebangkitan Almasih.
Selain mereka, Jemaat Esenes Qumran - diperkirakan telah ada puluhan tahun sebelum kelahiran al-Masih- juga mengklaim bahwa mereka pun mewakili golongan "perjanjian baru", meskipun bahwa Jemaat ini telah menjadi bagian integral dari eksistensi Yahudi. Inti ajaran "perjanjian baru" adalah bahwa setiap orang yang beriman pada kebangkitan Almasih -atau yang beriman pada kehidupan akhirat - tidak akan mengalami mati, sebab yang mati hanyalah wujud materi (jasad), sedangkan arwah bersifat abadi. Sebagaimana dimaklumi bahvra ajaran Yahudi dari para pendeta Rumah Suci di Jerusalem tidak mengimani wujud arwah, tidak pula kehidupan sesudah mati, dan justru persoalan-persoalan tersebut menjadi substansi ajaran Kristen.
Berdasarkan sumber-sumber dari tulisan mereka sendiri, dapat diketahui bahwa Jemaat Qumran mempunyai seorang guru yang dijuluki sebagai "Guru Bijak", yang hidupnya berakhir tragis dan berdarah; pada masa lalu yang tidak diketahui bilangan tahunnya secara pasti dan diperkirakan pada tahun ke-2 SM.
Yang menyebabkan kematiannya adalah seorang Pendeta jahat. Berdasarkan keterangan yang tertera dalam tulisan-tulisan tangan yang berisi penafsiran atas Kitab "Habakuk" dan juga dalam Kitab "Pertempuran antara Anak Cahaya dan Anak Kegelapan", disebutkan bahwa "Tuhan telah membeberkan kepadanya semua rahasia para Nabi Hamba Tuhan". Perlu dicamkan, bahwa di sana terdapat persamaan yang cukup besar antara "Guru Yang Bijak" dengan "Isa Almasih" yang kita kenal melalui tulisan-tulisan dalam Perjanjian Baru dan dari AI-Qur'an. Seorang peneliti berkebangsaan Perancis, Andre Dupont-Sommer, telah melakukan studi perbandingan di antara keduanya, dan mengeluarkan pernyataan : "Murid-murid meyakini bahwa Guru Bijak -yang mirip dengan Yesus- itu adalah Almasih hamba Allah dan Juru Selamat. Keduanya sama-sama menentang kependetaan Yahudi, sama-sama dihukum mati, sama-sama menghujat kependetaan Rumah Suci Jerusalem dan keduanya memimpin sebuah jemaat yang anggota-anggotanya sedang menantikan kedatangan dirinya pada akhir zaman untuk memimpin dunia".
Namun demikian, dalam penafsiran mereka atas urgensi naskah-naskah Qumran dalam upaya mengetahui asal usul Kristen, para peneliti berbeda pandangan mengenai masalah ini, Sebagian menafikan adanya hubungan antara Jemaat Qumran dan Sejarah Kristen, sedangkan sebagian lain seperti Profesor Tatcher dari University of Cambridge berkeyakinan bahwa Guru Bijak itu tidak lain adalah Isa Almasih dan orang-orang Esenes itu adalah para penganut Kristen golongan pertama.
Bahkan, salah seorang dari delapan peneliti yang dipilih oleh pemerintah Jordan untuk melakukan studi atas transkrip kuno dari Qumran, yakni John Allegro, dari Manchester University berpendapat bahwa Yesus sama sekali bukan "tokoh historis" akan tetapi dia adalah "tokoh mitologis". Edmund Wilson, penulis berkebangsaan Amerika Serikat, pada beberapa tulisannya menyatakan bahwa kelahiran agama Kristen itu sesungguhnya bukan di Betlehem, tetapi di Qumran. Hanya saja mayoritas peneliti tidak begitu saja mengiyakan pendapat yang sangat radikal ini, namun mereka juga tidak menafikan bahwa tulisantulisan kuno dari Qumran itu kelak akan membawa perubahan besar dalam menafsirkan rentetan peristiwa yang terjadi pada periode awal sejarah Kristen yang masih terselubung. William F. Albright - peneliti dari Amerika Serikat yang mempunyai banyak sekali tesis arkeologis Palestina dan tulisan-tulisan kuno- mengatakan, "sumber-sumber terbaru ini akan melahirkan perkembangan spektakuler sehubungan dengan pandangan kita terhadap sejarah awal agama Kristen,". Tetapi di sekelompok akademisi yang terdiri dari para guru besar jurusan studi Perjanjia Lama mengatakan bahwa Yesus justru merupakan salah seorang murid dalam Jemaat Qumran sehingga dengan demikian, ajaran-ajaran Yesus, praktis bersumber dari Jemaat tersebut.
Upaya-upaya para ilmuwan sejarah dan arkeologi menemui jalan buntu sebelum berhasil menyingkap jati diri "guru bijak" dan "si pendeta jahat". Untuk itu diusulkan beberapa nama yang pernah disebut oleh sejarah penguasa-penguasa Kerajaan Yehuda Hasmoneon sekitar abad ke-2 SM. Namun sejauh itu tidak ada sesuatu yang menguatkan asumsi tersebut, bahkan Yosephus, Sejarawan Yahudi paling populer di masanya, sedikitpun tidak pernah menyinggung jati diri kedua orang misterius itu. Pendapat yang cukup kuat adalah sang guru hidup pada abad sebelumnya dan di samping itu, para anggota Jemaat berkeyakinan bahwa para pendeta rumah suci Jerusalem adalah para penerus pendeta jahat dan perwujudan setan di muka bumi.
Semua yang kita ketahui tentang tulisan-tulisan kuno Jemaat Qumran menyebutkan, Guru bijak itu mengetahui penafsiran yang benar atas ajaran-ajaran para Nabi, aturan-aturan pelaksanaan perayaan hari raya. Sedangkan Pendeta jahat -yang kadangkala disebut Pendeta pendusta- berselisih pendapat dengan sang Guru kemudian dia memeranginya. Sang guru melarikan diri bersama para murid ke sebuah tempat di wilayah Damsyik, namun bukan kota Damaskus, ibukota Suriah dewasa ini. Nama ini dipergunakan untuk menunjukkan lokasi tertentu yang dirahasiakan dan tidak mengetahuinya secara pasti kecuali para murid. Sebagaimana dimaklumi bahwa Jemaat Qumran menafsirkan tulisan-tulisan mereka seolaholah tulisan itu adalah rangkaian rumus. Para calon anggota Jemaat diwajibkan mengucapkan sumpah untuk tidak membocorkan makna-makna khusus yang mereka pergunakan untuk menafsirkan peristilahan seperti itu. Namun pada akhirnya pendeta jahat itu datang dan menyerang sang guru di tempat persembunyiannya. Penyerangan sang guru oleh pendeta jahat terjadi pada hari yang kemudian dikenal dengan "hari raya Kipur" atau "hari pengampunan". Kemudian si pendeta menangkap sang guru dan menelannya. Riwayat yang lain menyebutkan bahwa Tuhan telah menyelamatkan dia dari mereka.
Yang perlu menjadi catatan adalah, pendapat otoritas gereja hingga abad ke-4 M, mereka mengatakan bahwa Yesus mempunyai wujud yang telah ada sebelum dia menampakkan dirinya kepada para sahabatnya di Palestina. Josephus, Sejarawan gereja paling awal, mengatakan, "Yesus memiliki sosok yang kembar...., masing-masing dari Yesus dan Almasih merupakan nama yanq dipuja, hingga oleh para nabi Allah semenjak asal. Tugas saya di sini untuk menjelaskan bahwa kekudusan dan keagungan nama ini pun telah disebutkan oleh Nabi Musa ... Ketika Musa menyampaikan kepada Tuhan tentanq sifat Pendeta Terbesar - dia adalah orang paling kuat - Almasih telah memanggilnya. Musa bersama Roh Kudus juga telah sempat meramalkan denqan tepat julukan bagi Yesus. Musa merasa bahwa ia juga berhak mendapatkan keistimewaan khusus, yang belum pernah didengar oleh telinga manusia, sehingga menjadi jelas bagi Musa bahwa julukan Yesus yang diberikannya pada kesempatan pertama dan satusatunya bagi seorang laki-laki yang -secara simbolis - diketahui bahwa dia akan menjadi pengqanti dirinya sesudah ia mati. "
Nabi-nabi yang menggantikan Musa hingga waktu itu tidak seorangpun yang menyandang nama Yesus. Nama yang ada adalah Yoshea, nama pemberian sang ayah. Sedangkan Musa telah memanggil Yesus dengan menyertakan julukannya sebagai penghormatan tertinggi yang tidak dapat diukur harganya, bahkan lebih agung dari dari mahkota kerajaan manapun di bumi.
Kita mendapati bahwa orang-orang Yebus hampir saja berkeyakinan bahwa Yoshea bin Nun itulah pengganti Musa, dan dia pulalah Yesus Kristus (Almasih). Ia tidak saja membawa nama yang sama, namun ada kemiripan di antara keduanya, di mana masing-masing menjadi pengganti Musa. Persoalannya di sini adalah, mestinya Yoshea hidup pada zaman Musa, sekitar abad ke-14 SM, sedangkan Yesus hidup pada permulaan abad pertama M. Semua pembicaraan ini menyimpan rangkaian rumus yang diketahui oleh para pendeta-pendeta gereja abad pertama, sebagaimana pula diketahui oleh para anggota Jemaat Qumran.
Sebagaimana kita ketahui bahwa tulisan-tulisan kuno di Qumran, tidak saja menegaskan sesuatu yang telah dimaklumi sebelumnya, tapi bahkan membuka wacana baru untuk bahan kajian. Tidak disangsikan, apapun alasannya, naskah yang telah dipublikasikan telah sempat mengundang pelbagai pertanyaan yang perlu mendapatkan jawaban, terlepas apakan naskahnaskah yang masih tersisa akan dipublikasikan atau tidak
Pertempuran Antara Putra Cahaya vs Putra Kegelapan
Tidak diragukan lagi bahwa masalah pokok yang menyibukkan benak umat manusia sejak menyadari wujud mereka di dunia ini adalah kematian, ketika tubuh mereka berhenti bergerak dan mulai meleleh dan melebur. Apakah kematian ini adalah akhir wujud manusia? Inilah pertanyaan yang ingin dijawab oleh akal manusia sejak dahulu kala. Sementara itu, manusia mengamati adanya jenis-jenis binatang yang umurnya tidak lebih dari beberapa tahun saja dan dalam waktu yang sama juga melihat beberapa benda alam -seperti gunung-gunung dan bintang-bintang- terus bertahan dan bergerak. Sedang dalam dunia flora mereka mengamati bahwa perubahan musim bisa menyebabkan kematian. Pada musim gugur dan dingin, tumbuh-tumbuhan itu mati tetapi segera disusul oleh kehidupan baru lagi pada musim semi dan musim panas. Apakah setelah kematian, kehidupan manusia akan kembali seperti itu juga?
Dalam hal ini, orang Mesir kuno adalah bangsa yang pertamakali mengatakan bahwa wujud manusia terdiri dari jasad dan ruh. Bahkan wujud ruh itu pun mereka anggap ganda. Yang satu mereka sebut dengan "Ba" sedang yang lain mereka sebut dengan "Ka". Setelah menggapnya ganda, orang Mesir kuno kemudian meyakini bahwa unsur ruh ini tetap kekal hingga setelah hancurnya jasad materi. Untuk itu mereka berusaha mengawetkan tubuh itu agar tidak hancur atau hilang. Dengan bahan-bahan kimia, mereka pun membalsem mayat agar tetap berada pada bentuknya yang semula. Selain itu mereka juga terbiasa membuat kuburan yang terlindung di dalam batu-batu cadas. Belum puas, kuburan-kuburan itu masih diberi mantera-mantera atau tulisan-tulisan yang mereka yakini memiliki kekuatan untuk melindungi manusia dalam perjalanan menuju alam akhirat. Itu semua karena berkeyakinan bahwa suatu saat nanti arwah-arwah itu akan kembali ke jasad sehingga jasad itu pun akan hidup kembali.
Selanjutnya, karena keyakini terhadap adanya kekuatan-kekuatan tersembunyi dari Tuhan yang mengendalikan manusia, orang Mesir kuno meyakini perlunya membuat kekuatan-kekuatan itu berkenan. Bukan hanya dengan cara mempersembahkan kurban tetapi juga dengan mematuhi perilaku etik tertentu. Dengan harapan para dewa berkenan dan tidak menghalangi mereka untuk berjalan pulang menuju kehidupan baru.
Dengan demikian, kembalinya ruh atau kembalinya kehidupan setelah mati menjadi perwujudan dari ide kepurnaan final bagi manusia. Selanjutnya, papirus-papirus buku kematian yang mereka letakkan di dalam kubur menunjukkan suatu keyakinan kuno bahwa setiap manusia akan melalui pengadilan setelah kematiannya. Yang mana seluruh amalan-amalannya akan ditimbang dengan "Maat" (lambang kejujuran). Selanjutnya, berdasarkan pengadilan itu, hanya orang saleh yang tidak pernah merugikan sesamanya yang diperkenankan untuk kembali menuju kehidupan lain.
Kemudian, lantaran proses pembalseman -yang memakan waktu tujuh puluh hari- dan pemakaman itu memerlukan biaya yang tidak bisa ditanggung oleh rakyat biasa, para raja dan kaum ningrat sajalah yang mampu menggapai keselamatan melalui kehidupan lain. Untuk itu, orang-orang Mesir kuno menyucikan para penguasa dan kaum ningrat yang mereka gambarkan sebagai jenis makhluk lain, sebab kehidupan manusia biasa tidak akan mendapatkan kekekalan kecuali dengan perantaraan mereka ini.
Lalu, meskipun agama Yahudi telah menyerukan kepada satu Tuhan yang tidak mempunyai bentuk atau patung, aliran Yahudi Rabinik yang keluar dari tawanan Babel tidak meyakini kekalnya ruh, kehidupan setelah mati atau hisab (penghakiman). Sedangkan konsep keselamatan Yahudi kala itu hanya berdiri di atas prinsip bahwa bangsa Israel adalah bangsa yang dipilih oleh Tuhan, pada akhir zaman akan muncul mesiah -raja Israel yang datang dari keturunan Daud- yang menolong bangsanya dan membuat mereka berkuasa atas seluruh bangsa. Kendati begitu, masih ada sejumlah besar nabi Bani Israel yang menyerukan dogma kekekalan ruh dan menantikan keselamatan akhir manusia. Para nabi ini mengatakan bahwa mesiah yang dinantikan itu akan membawa keselamatan ini, dia ini berasal dari kalangan mereka -mereka mengaku sebagai orang Israel yang sebenarnya- dan akhirnya juga mengatakan bahwa mesiah ini akan menghukum para penguasa Yehuda bersamaan dengan musuh-musuh Tuhan. Di sisi lain, sebagian besar nabi Bani Israel mati dibunuh oleh Bani Israel sendiri. Akibatnya, seruan keselamatan berubah menjadi pertikaian antara mesiah sang juru selamat dengan para pemimpin bangsa yang memerintah dan menindasnya. Karena itu juga, jemaat Qumran yang mematuhi ajaran-ajaran para nabi terpaksa melakukan amal ibadahnya secara sembunyi-sembunyi dan tidak membuka rahasia mereka untuk menghindari bahaya penyiksaan.
Dalam kondisi seperti ini, tidak mengherankan jika di antara sejumlah naskah Qumran itu ada yang memberitakan perihal penantian jemaat Qumran akan datangnya hari keselamatan. Suatu hari di mana kekuatan setan yang diwakili oleh para pendeta rumah suci Yerusalem akan lenyap, sedang jemaat Qumran akan menang bersamaan dengan kedatangan guru mereka. Kemenangan ini bukan saja terhadap setan, tetapi juga terhadap kematian. Sebuah kemenangan yang menjadi pertanda dimulainya kehidupan abadi dan keselamatan manusia untuk selama-lamanya.
Jemaat Qumran menantikan saat kembalinya sang guru bijak ke alam kehidupan lagi. Dan kembalinya ini merupakan isyarat telah tibanya hari akhir (hari kiamat) dan dimulainya hisab. Guru itulah yang nantinya akan memimpin perang keselamatan terakhir untuk melenyapkan kejahatan dan kegelapan kemudian menggantikannya dengan zaman kecerahan abadi. Di samping itu, pendeta jahat -si tukang bohong dan munafik- yang ketika memimpin Israel, meninggalkan Tuhan dan mengkhianati syariat demi harta, mencuri dan mengumpulkan harta orang-orang yang tidak mempunyai kasih sayang dan menentang Tuhan, begitulah dia merampas harta orang lain hingga menambahkan dosa dan kelaliman ke dalam sifatsifatnya. Namun demikian, naskah yang memuat komentar atas kitab Habakuk menyebutkan bahwa pendeta jahat itu menemui ajalnya di tangan musuhmusuhnya karena telah berbuat salah terhadap Tuhan.
Selanjutnya, di antara naskah-naskah yang ditemukan di gua Qumran nomor 1 ada satu naskah yang dinamakan dengan naskah "Peperangan". Naskah ini menceritakan secara terperinci pertikaian rohani yang terjadi antara sebuah kelompok yang disebut dengan "Putra Cahaya" dan kelompok lain yang disebut dengan "Putra Kegelapan" yang kadangkadang juga dinamakan dengan "Kitim". Selain itu, naskah ini juga menggunakan nama-nama bangsa dan suku kuno secara simbolik untuk menyatakan berbagai pihak yang ikut serta dalam peperangan ini. Misalnya, dia menggunakan nama Lewi, Yehuda dan Edom berhadap-hadapan dengan Adom, Benyamin, Moab, putra-putra Amon dan bangsa Filistia. Semua bangsa dan suku yang tersebut ini adalah bangsa dan suku yang pernah tinggal di tanah Palestina dan Yordan pada abad kedua belas sebelum Masehi. Selanjutnya, di samping nama-nama itu masih ada satu nama lagi, yaitu Kitim Asyur. Berdasarkan informasi yang terdapat dalam naskah "peperangan" bahwa pertempuran menentukan yang dilancarkan oleh putra-putra Cahaya terhadap pasukan Beleal (yaitu setan) yang terdiri dari putra-putra Kegelapan akan dimulai ketika Putra-putra Cahaya yang diasingkan pulang dari pengasingan di tengah padang gurun dan mendirikan kemah di gurun Jerusalem. Setelah pertempuran selesai, mereka bertolak dari sana untuk memerangi raja Kitim di Mesir yang akan memerangi raja-raja utara dan dengan kemurkaannya akan melenyapkan sisa-sisa pasukan mereka.
Setelah itu, mulailah fase berdaulatnya bangsabangsa yang tunduk kepadanya, dihabisinya bangsabangsa Beleal secara total dan akan habis pula kekuasaan Kitim. Segala kejahatan pun akan dikubur tanpa terkecuali, tetapi putra-Putra Kegelapan masih tersisa.
Kitab Peperangan ini merupakan tafsiran simbolik tidak nyata atas pertikaian antara "Putra Cahaya" dan "Putra Kegelapan". Menurut keyakinan yang berlaku, pertikaian itu akan berlangsung selama empat puluh hari dan fase-fasenya pun telah ditentukan. Kita juga melihat bagaimana dua kekuatan itu hampir seimbang, tetapi Allah Yang Maha Kuat segera turun tangan dan melancarkan pukulan abadi kepada setan beserta segenap jemaat dan kerajaannya.
Lebih jelasnya, naskah itu berisi:
1. Pernyataan perang melawan Kitim
2. Pengaturan kembali peribadatan di rumah suci Yerusalem.
3. Penyusunan siasat peperangan yang akan berlangsung selama empat puluh hari.
4. Naviri (terompet) yang berjumlah tiga belas. Masing-masing memiliki arti tertentu. Ada yang menandakan pengumuman perang, ada yang menandakan diakhiri peperangan dan demikian selanjutnya.
5. Penentuan bendera-bendera yang menaungi tentara dan dibawa oleh regu-regu yang bermacam-macam.
6. Koordinasi pasukan dan angkatan yang akan menempati garda depan.
7. Jalur perjalanan regu pejalan kaki penyerbu
8. Koordinasi dan gerak regu penunggang kuda
9. Umur-umur tentara yang ikut serta dalam peperangan. Tiap regu terdiri dari para prajurit yang memiliki umur tertentu.
10. Pengaturan kemah-kemah tempat berkumpulnya regu-regu tentara.
11. Fungsi pendeta-pendeta jemaat pada saat peperangan berkecamuk.
12. Khutbah yang akan disampaikan dan doa-doa yang akan diikuti oleh semua tentara.
13. Doa terakhir yang akan dipanjatkan pada saat kemengan telah diraih, juga cara menyelenggarakan pesta kesyukuran.
Pasukan Putra Cahaya terdiri dari regu pejalan kaki dari anak-anak muda yang umur mereka berkisar antara lima belas hingga tiga puluh tahun, regu penungang kuda berusia antara tiga puluh tahun hingga empat puluh tahun, kemudian para perwira yang berusia antara empat puluh hingga enam puluh tahun serta para komandan yang berusia antara lima puluh hingga enam puluh tahun. Sedang para pendeta Jemaat bertugas meniup terompet peperangan untuk memberikan tanda dimulainya penyerangan dan tanda untuk mundur. Sebelum perang dimulai, seluruh anggota pasukan Putra Cahaya melakukan shalat jamaah kemudian berteriak sekeras-kerasnya untuk membuat takut hati musuh. Setelah itu mereka bergerak maju di bawah bendera yang bertuliskan "Bangsa Tuhan". Pada saat itu, berdasarkan informasi yang tersebut dalam naskah peperangan, murka Allah akan berkobar dan membakar Beleal (setan) dan jemaat yang menyertainya hingga tidak ada satu pun yang tersisa.
Ada kemiripan yang cukup jelas antara beberapa bagian dari naskah Peperangan milik jemaat Qumran dengan yang tersebut dalam fasal sebelas dari kitab Nabi Daniel yang berasal dari tahun 160 sebelum Masehi. Di situ disebutkan:
Daniel 11: 40-45
11:40 Tetapi pada akhir zaman raja negeri Selatan akan berperang dengan dia, dan raja negeri Utara itu akan menyerbunya dengan kereta dan orang-orang berkuda dan dengan banyak kapal; dan ia akan memasuki negeri-negeri, dan menggenangi dan meliputi semuanya seperti air bah.
11: 41 Juga Tanah Permai akan dimasukinya, dan banyak orang akan jatuh; tetapi dari tangannya akan terluput tanah Edom, tanah Moab dan bagian yang penting dari bani Amon.
11: 42 la akan menjangkau negeri-negeri, dan negeri Mesir tidak akan terluput.
11: 43 la akan menguasai harta benda emas dan perak dan segala barang berharga negeri Mesir, dan orang Libia serta orang Etiopia akan mengikuti dia.
11: 44 Tetapi kabar-kabar dari sebelah timur dan dari sebelah utara akan mengejutkan hatinya, sehingga ia akan keluar dengan kegeraman yang besar untuk memusnahkan dan membinasakan banyak orang.
11: 45 la akan mendirikan kemah kebesaranya di antara laut dan gunung Permai yang kudus itu, tetapi kemudian ia akan menemui ajalnya dan tidak ada seorang pun yang menolongnya. "
Daniel 12: 1-2
12: 1 " pada waktu itu juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsabangsa sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu.
12: 2 Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun. sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal.
Demikianlah, kita mendapatkan perbedaan mendasar antara keyakinan-keyakinan jemaat Qumran dengan ajaran-ajaran para Pendeta Rumah Suci Yerusalem, hingga menjadikan mereka mewakili beleal atau setan.
Namun begitu, dalam waktu yang sama juga mendapatkan perbedaan pokok antara hal-hal yang diserukan oleh jemaat Qumran Esenes dan dogmadogma Kristen setelah itu. Demikianlah hal ini terjadi, meskipun ada sisi kesamaan antara dogma-dogma jemaat Qumran dengan ajaran-ajaran yang diserukan oleh Yohanes pembaptis (Yahya) pada awal masa Kristen. Dalam Injil Matius, fasal 3 telah disebutkan bahwa: Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!". Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya ".
Memimpikan Kota Utopis Atau Sorga Hari Akhir
Pencarian kota utopis sudah menjadi impian umat manusia sejak menyadari wujud sosialnya, baik melalui agama; pemikiran filsafat atau pemikiran sosial hal ini karena setiap manusia mengetahui baik dengan akal maupun hatinya akan perlunya suatu masyarakat lain yang terbebas dari problem dan kekurangan-kekurangan yang ada dalam masyarakat tempat dia hidup.
Rupanya, Jemaat Esenes juga memimpikan terwujudnya kota utopis semacam itu. Kota yang mereka impikan itu mereka namakan Yerusalem baru. Dalam hal ini telah ditemukan potongan-potongan tulisan berbahasa Aram di enam gua di Qumran. Potongan-potongan ini menceritakan kondisi yang akan dialami oleh kota Yerusalem di akhir zaman. Cerita ini dituturkan melalui mulut seseorang yang bercerita tentang sebuah mimpi tentang masa depan.
Dalam mimpi itu dia mengunjungi kota Yerusalem Baru tersebut. Orang itu mengatakan: "Saya dituntun masuk ke dalam kota. Setelah itu, dia mengukur luas seluruh komplek perumahan, panjangnya, lebarnya, jalan setapak yang mengelilingi kompleks perumahan, lorong-lorong jalan, jalan utama yang membelah tengah kota: lebarnya tiga belas galah. Semua jalan dilapisi batu putih, batu granit. Selanjutnya orang itu memperlihatkan kepadaku luas pintu samping yang berjumlah delapan puluh buah. Luas pintu-pintu samping itu dua galah. Setiap pintu memiliki dua daun yang terbuat dari batu. Dia menuntunku lagi ke kompleks rumah-rumah dan menunjukkan kepadaku rumah-rumah yang ada di sana.
Terdapat kemiripan antara kisah ini dengan kisah yang tersebut di dalam kitab Yehezkiel berikut ini:
"Lalu dibawanya aku ke balai Bait Suci dan ia mengukur tiang-tiang temboknya: tebalnya lima hasta yang sehelah sini dan lima hasta yang sebelah sana; lebar pintu itu empat belas hasta dan dinding sampingnya masing-masing tiga hasta. Panjang balai Bait Suci itu adalah dua puluh hasta dan lebarnya dua belas hasta. Orang dapat naik ke situ melalui tangga yang sepuluh tingkat dan dekat kedua tiang tembok itu ada dua tiang, satu sebelah sini dan satu sebelah sana. "
Selanjutnya, hal yang sama juga tersebut lagi dengan lebih jelas dalam fasal 3 dari kitab Wahyu Yohanes dari Perjanjian Baru, yaitu:
"Barangsiapa menang, ia akan kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan kutuliskan nama Allah-ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allahku.
Pada zaman Musa, Yerusalem belum menjadi kota suci. Hal ini sama sekali tidak diterangkan dalam kitab Taurat yang lima. Ketika itu yang dianggap sebagai kota suci adalah Sinai. Dalam hal ini, kitab Keluaran fasal tiga menyebutkan bahwa Musa menggembala kambing Yetro, mertuanya, imam Midian.
“Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian ". Sekali, ketika ia menggiring kambing domha itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu iu melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu? "Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah.Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa! " dan ia menjawab: "Ya, Allah. "Lalu la berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus. "Di tempat ini, di atas gunung Sinai yang pada saat ini ditempati biara St. C'aterine, Taurat turun kepada Musa yang tetap berada di atas gunung itu selama empat puluh hari ditemani oleh calon penggantinya, Yosua. Bahkan pada akhir masa yang menurut sumber-sumber Yahudi, Daud dan Sulaiman hidup di kota Yerusulem itu masih terdapat cerita tentang tokoh simbolik yang tersebut dalam fasal 19 dari kitah I Raja-Raja yang masih menganggap gunung Sinai sehagai tempat suci bagi keturunan Israel. Diceritakan bahwa Elia yang malu karena kaumnya menyembah berhala berjalan di padang gurun sejauh sehari perjalanan hingga: duduk di bawah sebuah pohon arar Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku. " Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: "Bangunlah, makanlah! " Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring pula. Tetapi malaikat TUHAN datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta berkata: "Bangunlah, makanlah.' Sebab kalau tidak, perjalanmu nanti terlalu jauh bagirnu. " Maka bangunlah ia, lalu makan dan rninum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sumpai ke gunung AIlah, yakni gunung Horeb. Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka firman TUHAN datang kepadanya, demikian: “Apakah kerjamu di sini, hai Elia? " Jawabnya: "Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang lsrael meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yung masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku. " Lalu firman-Nya: "Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN! " Maka TUHAN lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit butu, mendahului TUHAN Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu. Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa.
Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, IaIu pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" Jawabnya: "Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku. " Firman TUHAN kepadanya: "Pergilah, kembalilah ke jalanmu melalui padang gurun ke Damsyik... "
Kota Yerusalem baru menjadi kota suci bagi orang Yahudi setelah dibangun kembali pada abad kelima sebelum Masehi atas izin raja Persia Darius. Raja ini mempersilakan mereka untuk membangun kuil orang Yebus kuno. Tidak ada bukti historis yang menyatakan bahwa mereka tinggal di kota Yerusalem sebelum kota ini dihancurkan oleh Nebukadnezar pada abad sebelumnya, meskipun mereka mempunyai beberapa tempat suci di puncak-puncak gunung yang mengelilingi kota itu. Yebus sendiri adalah salah satu bangsa Semit yang keluar dari Semenanjung Arabia dan mendiami kota Yerusalem semenjak melinium ketiga sebelum Masehi hingga dihancurkan oleh bangsa Babel yang kemudian meninggalkan kota itu dalam keadaan porak poranda. Sebaliknya, peninggalan-peninggalan sejarah malah menunjukkan bahwa kawasan Yerusalem itu pernah dikuasai oleh Mesir sejak masa pemerintahan Tuhutmus III, pembangun imperium pertama yang batas-batasnya membentang dari Nil hingga Eufrat pada pertengahan abad lima belas sebelum Masehi. Selanjutnya, ketika Amonhoteb III naik tahta, kekayaan Mesir mencapai batas yang belum pernah dicapai sebelumnya juga tidak pernah dicapai dalam masa-masa setelahnya.
Raja yang masa pemerintahannya dipenuhi suasana damai ini bisa menggunakan kekayaan ini untuk pembangunan, baik di Mesir sendiri atau di Syiria dan Kanaan. Di daerah-daerah itu telah dibangun sejumlah kuil, istana dan kota-kota berbenteng. Adanya banyak tawanan perang ketika itu sangat berpengaruh dalam memperbanyak jumlah tenaga manusia. Biasanya mereka ini diperkerjakan untuk memotong batu dan membangun. Di sebelah utara benteng Yerusalem terdapat daerah protektorat Mesir. Semua bukti menunjukkan bahwa raja Mesirlah yang membangun kuil pertama di daerah itu. Detail keterangan mengenai kuil-kuil yang tersebut dalam kisah itu juga menunjukkan bahwa bentuknya mirip dengan kuil-kuil Mesir yang dibangun di Beat-Sean, Megido dan Gezer oleh raja yang sama.
Surat-surat Tel Amarina yang dikirimkan oleh bupati Yerusalem kepada I khnaton menandaskan bahwa orang-orang Mesir telah meninggalkan protektor militer yang terdiri dari pasukan berkuda di kota Yerusalem. Diperkirakan mereka bermukim di daerah yang terletak di sebelah timur Masjidil Aqsa. Selanjutnya, kekuasaan Mesir itu terus bertahan hingga masa pemerintahan Ramsis IV pada akhir abad kedua belas sebelum Masehi.
Sementara kitab II Samuel menyebutkan bahwa raja Daud menguasai sebuah benteng di kota Yerusalem di akhir abad kesebelas sebelum Masehi, penggalian arkeologi hingga saat ini belum mampu membuktikan kebenaran riwayat ini. Kemungkinan besar, berdasarkan bukti-bukti sejarah, kota Yerusalem itu tetap menjadi kota orang Yebus hingga dihancurkan oleh pasukan Nebukadnezar.
Sejak Nehemia membangun kembali kota Yerusalem dan menarik suku-suku Yahudi untuk menghuninya, para wali kota dipilih dari kalangan pendeta yang memimpin ritual peribadatan di kuil baru yang terletak di atas batu.
Hanya saja, sebagian orang Yahudi -terutama jemaat Qumran- menolak berkuasanya para pendeta, baik pada tatanan politik dan sosial untuk bangsa Yehuda atau masalah-masalah ibadah dan keyakinan sekalipun.
Teka-teki Harta Karun, dan Ciri-ciri Pangeran Masa Depan
Ketika badui Ta'amirah menemukan gua pertama di kawasan Qumran pada musim semi tahun 1947 di dekat Laut Mati, Palestina saat itu masih berada di bawah protektorat Inggris, sedang kota Yerusalem dan Tepi Barat berada di bawah otoritas Palestina. Tapi, Eliezar Sukenik dan anaknya Yigael Yadin berhasil membeli tujuh naskah yang ditemukan oleh badui Ta'amirah untuk Hebrew University. Dan mulai saat itu seluruh naskah gua nomor 1 menjadi hak milik universitas di Jerusalem ini. Tidak lama kemudian pecah perang Arab-Israel dan disusul pernyataan berdirinya Negara lsrael pada tanggal 15 Mei 1948. Setelah diadakan gencatan senjata, wilayah Qumran yang terletak di Tepi Barat berada di bawah kekuasaan Kerajaan Hashemit Yordania. Saat itu, orang-orang Yordan mengorganisir ekspedisi arkeologi untuk mencari naskah-naskah lain.
Pendeta Perancis Roland de Voux ditunjuk sebagai penanggung jawab ekspedisi berikut penyiapan penerjemahan dan publikasi naskah-naskah yang ditemukan. Disisi lain, para ahli purba kala menemukan sejumlah naskah baru yang tersebar di sebelas gereja. Untuk itu, pemerintah Yordania pada tahun 1953 membentuk komite internasional yang terdiri dari delapan orang peneliti untuk menyiapkan dan mempublikasikan naskah di bawah pimpinan De Voux sendiri. Semua anggota itu selanjutnya hadir untuk bekerja di kota Yerusalem.
Pada tahun 1967 pecah lagi perang Arab-Israel. Di antara akibatnya adalah jatuhnya Tepi Barat ke tangan Israel, termasuk museum Quds (Yerusalem). Pada mulanya, orang Israel tidak bisa menemukan naskah-naskah Qumran di seluruh ruangan museum Palestina. Mereka menyangka bahwa naskah-naskah itu telah dipindahkan ke Amman, tetapi mereka segera menemukannya di lemari rahasia yang terletak di dalam tembok. Setelah diperiksa, ternyata yang ada dalam lemari itu adalah seluruh naskah Qumran kecuali naskah loyang yang pada saat itu, memang berada di ibu kota Yordania. Naskah-naskah tersebut ditemukan oleh para ahli purbakala yang bernaung di bawah pemerintah Yordan di bawah lantai gua no. 2.
Pada tahun 1952 M. mereka menemukan sebuah gua yang berisi beberapa naskah. Gua ini selanjutnya dinamakan dengan gua nomor 3. Atapnya telah runtuh sejak dahulu kala. Di sini, mereka juga menemukan beberapa buah potongan kulit dan sekitar empat puluh buah gentong kosong. Tetapi di samping itu mereka juga menemukan manuskrip loyang yang panjangnya dua meter empat puluh enam cm, terbagi menjadi dua bagian dan terpendam di pintu masuk gua. Manuskrip ini selanjutnya dipindahkan ke museum Palestina di kota Quds (Yerusalem) dan tetap berada di sana selama tiga tahun. Setelah tiga tahun, masnukrip ini dikirim di lnggris untuk dipotong. Kala itu, loyang tersebut sudah mengalami proses oksidasi karena pengaruh kelembaban udara sehingga sulit dibuka. Untuk itu, pemerintah Yordania mengirimnya ke Profesor Rite Becker, guru besar teknik mekanika di Sekolah Tinggi Sains dan Teknologi Manchester di Inggris. Profesor inilah yang kemudian memotongnya menjadi 23 bagian berbentuk empat persegi panjang lalu dia kembalikan kepada pemerintah Yordania pada tahun 1965.
Ternyata manuskrip itu memuat teks Ibrani dafam 12 kolom, juga beberapa simbol rahasia dan huruf Yunani. Teks ini tidak memuat tulisan-tulisan keagamaan, tetapi menyebutkan keterangan tentang sejumlah harta karun berupa emas dan perak yang disembunyikan di enam puluh empat tempat berbeda di Palestina. Dalam hal ini, John Allegro -salah seorang anggota tim yang ditunjuk oleh pemerintah Yordania untuk mengkaji dan menerjemahkan manuskrip berhasil mendapatkan salinan lembaran-lembaran manuskrip loyang itu. Dia juga merupakan orang pertama yang menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1960.
Tetapi De Voux segera menugasi Milik -pendeta dan peneliti Polandia yang bekerja di Institut Perancis dan kemudian menjadi anggota tim delapan itu- untuk menerjemahkannya sekali lagi. Dia pun segera menyelesaikannya dan terjemahan itu diterbitkan oleh Universitas Oxford pada tahun 1962. Terjemahan Allegro jauh berbeda dengan terjemahan yang dilakukan oleh Milik ini dalam banyak bagian. Terlepas dari itu semua, harta karun yang disebutkan dalam manuskrip itu terdiri dari sekitar tiga ribu timbangan perak, seribu tiga ratus timbangan emas dan enam puluh lima batang emas dan perak. Jika dikalkulasikan, jumlah semua harta karun itu sekitar 65 ton perak dan 26 ton emas.
Selanjutnya terjadi perselisihan antara John Allegro dan anggota tim lainnya yang bertugas mengkaji manuskrip-manuskrip itu ketika menyampaikan ceramahnya di Universitas Manchester -tempat dulu dia bekerja sebagai guru besar bahasabahasa Semit- mengenai perincian penemuan manuskrip loyang dan makna yang dibawanya. Dia segera mendapatkan surat dari Yerusalem yang memintanya untuk berhenti membahas masalah itu. De Voux sendiri sebagai ketua tim ekspedisi mengeluarkan pernyataan bahwa cerita harta karun ini hanya fiktif. Selanjutnya, karena jumlah besar logam mulia itu merupakan kekayaan luar biasa yang tidak mungkin dimiliki oleh masyarakat miskin seperti jemaat Qumran, Pater Millik menyetujui pendapat De Voux bahwa kisah itu hanya perlambang saja. Mirip seperti cerita Arab Mesir yang terkenal dengan nama "Buku mutiara-mutiara yang terpendam dan rahasiarahasia yang berharga" yang berisi beberapa petunjuk untuk menemukan tempat-tempat harta karun perlambang yang mempunyai makna rohani.
Tapi, Allegro tetap bersikeras untuk mengatakan bahwa harta karun yang disebutkan dalam manuskrip loyang itu benar-benar ada. Selanjutnya, dia menguatkan pendiriannya dengan ditemukannya tiga buah bejana di bawah pintu ruang utama Qumran yang di dalamnya terdapat lima ratus keping uang perak. Selain itu, menurut Alygro, penggunaan lembaranlembaran loyang untuk menulis sebagai ganti dari kulit atau kertas juga menjadi bukti bahwa naskah itu berisi informasi nyata dan bukan sekadar mitos. Selanjutnya, peneliti Inggris ini juga meyakini bahwa manuskrip itu tidak ada hubungannya dengan jemaat Esenes yang mendiami daerah Qumran. Menurutnya, jemaat itu memang benar-benar miskin dan tidak memiliki kekayaan sebanyak itu. Sebaliknya, harta kekayaan itu adalah milik para pendeta rumah suci Yerusalem. Mereka sembunyikan saat tentara Romawi mengepung kota kemudian menghancurkan rumah suci itu.
Lebih jauh lagi, dalam bukunya mengenai Manuskrip Laut Mati yang diterbitkan oleh Penguin pada tahun 1964, John Alygo menulis demikian:
"Di Yordania kita mendapatkan dukungan hangat dari Yang Mulia Raja Husen beserta segenap anggota pemerintahan dan angkatan bersenjatanya. Setelah itu, jalan menuju gudang harta karun di padang gurun itu terbuka lebar seperti belum pernah terbuka sebelumnya.
Di Manchester, Allegro berhasil mengumpulkan sumbangan yang dia rencanakan untuk biaya pergi ke Palestina dalam ekspedisi arkeologi untuk mencari harta karun yang hilang itu. I
Kendati begitu, para peneliti lain terus meyakini bahwa kisah harta karun itu adalah kisah nyata. Orang Perancis Andre Dupont-Sommer menduga bahwa harta itu adalah milik jemaat Esenes, sementara ada beberapa orang lain yang meyakini bahwa harta itu adalah milik para pendeta rumah suci Yerusalem yang mereka sembunyikan pada malam penyerbuan tentara Rowami terhadap kota Yerusalem pada tahun 70 M. Manuskrip-manuskrip itu mereka sembunyikan di dalam gua agar bisa menunjukkan tempat-tempat harta kekayaan itu seusai penyerbuan tentara Romawi. Di antara alasan yang membuat mereka meyakini hal ini adalah gaya penuturan realis -bukan fiktif- yang digunakan untuk menulis manuskrip loyang itu. Misalnya di dalamnya disebutkan: "Di dalam kolam yang terletak di bawah pagar, di sebelah timur, di tempat yanq digali pada batu cadas: 600 batang perak" dan "di bawah sudut selatan serambi makam Sadek, di bawah tianq separoan... bejana perasapan yanq terbuat dari kayu cemara dan bejana perasapan yang terbuat dari kayu akasia" demikian juga dengan "di lobanq yanq dekat, di sebelah utara, di dekat makammakam, di lobang terbuka arah utara terdapat salinan dari buku ini yanq menjelaskan ukuran-ukuran dan semua perincian. "
Lebih lanjut, manuskrip itu menjelaskan tempattempat geografis kuno yang disebutkan sebagai tempat penyembunyian harta karun. Misalnya disebutkan nama kolam yang tersebut dalam Injil Yohanes, fasal 5 yang berbunyi: "Di Yerusalem dekat Pintu Gerbanq Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya". Dalam manuskrip tersebut, kolam ini disebut sebagai tempat penyembunyian beberapa batang kayu.
Selanjutnya, manuskrip loyang ini juga merupakan satu-satunya manuskrip yang berada di tangan pemerintah Arab. Manuskrip ini disimpan di museum Amman dan tidak disatukan dengan manuskrip-manuskrip lain di museum Yerusalem yang jatuh ke tangan pemerintahan Israel sejak tahun 1967.
Selain manuskrip loyang ini, masih ada dua naskah lagi di dalam goa nomor 4. Yang pertama tertulis dalam bahasa Ibrani dan yang lain dalam bahasa Aramaik, keduanya dari abad pertama sebelum Masehi. Sedang isinya adalah sejumlah tulisan yang berkaitan dengan astrologi dan psikopati. Di dalamnya disebutkan bahwa ciri-ciri lahir seseorang tidak hanya berkaitan dengan nasibnya, tetapi juga dengan derajat kerohaniannya. Juga disebutkan adanya keterkaitan antara tabiat setiap orang dengan letak bintang-bintang pada saat dilahirkan.
Naskah Ibrani yang diterjemahkan oleh Allegro tertulis dalam bentuk sandi, dari kiri ke kanan, tidak seperti cara yang lazim dalam bahasa-bahasa Semit, yaitu dari kanan ke kiri. Di samping itu juga berisi beberapa buah huruf Pinisia dan Yunani.
Naskah ini memaparkan kisah tentang tiga orang dengan karakter masing-masing berdasarkan unsur cahaya dan kegelapan. Menurutnya dua unsur itu selalu memasuki struktur setiap orang.
· Orang pertama memiliki unsur kejahatan dalam kadar yang tinggi. Kepribadiannya mengandung delapan bagian kegelapan dan satu bagian saja dari cahaya. Kepalanya tebal, demikian juga dengan dua pipinya, panjang gigi-giginya tidak seragam, jarijarinya juga tebal, dua pupunya juga demikian selain juga ditumbuhi bulu lebat dan jari-jari kakinya tebal dan pendek. Ruh orang ini terdiri dari delapan bagian dari bintang kegelapan dan satu bagian saja dari bintang cahaya."
· Orang kedua adalah orang baik. Kepribadiannya terdiri dari enam bagian cahaya dan tiga bagian saja dari kegelapan. Jari-jemari kakinya lancip dan panjang. Dia ini berasal dari bintang kedua. Ruhnya terdiri dari enam bagian dari bintang cahaya dan tiga bagian dari lobang kegelapan. Hari kelahirannya di bawah telapak kaki banteng. Orang ini akan menjadi bijak dan banteng ini akan menjadi hewan yang melambangkan dirinva."
· Yang ketiga adalah yang paling baik. Kepribadiannya berisi delapan bagian dari cahaya dan satu bagian saja dari kegelapan.
Dua matanya hitam dan bercahaya... suaranya lembut, giginya bagus dan teratur, tidak tinggi dan tidak pendek.
Sedangkan naskah yang tertulis dalam bahasa Aramaik berbicara mengenai bentuk seorang laki-laki yang akan muncul di masa mendatang dan akan menjadi pemimpin jemaat atau rajanya yang terurapi. Menurutnya, orang itu akan memiliki rambut berwarna merah memiliki tanda khusus (khatam, pent) di paha dan sudah dewasa pada umur dua tahun. "Setelah dua tahun, dia akan mampu membedakan antara suatu hal dengan hal lainnya. Di masa kecil dia akan seperti seorang anak yang tidak mengetahui apa-apa hingga saat dia mengetahui tiga kitab suci. Setelah menjadi bijak dan belajar memahami.., akan didatangi penglihatan dan dia menunduk pada sepasang lututnya (ruku'-pent). Saat itu dia memiliki kebijakan dan mata hati, mengetahui rahasia manusia dan dengan kebijaksanaannya akan menyeru seluruh manusia, juga mengetahui rahasia segala makhluk hidup. Segala macam konspirasi yang ditujukan kepadanya akan gagal. Kekuasaannya atas makhluk hidup amatlah besar dan semua rencananya akan berhasil. Dia adalah pilihan Tuhan." (al-Mushthafa, salah satu nama Rasulullah yang berarti "pilihan", pent-).
Tidak diketahui secara pasti apakah jemaat Qumran ini menggunakan ilmu nujum untuk mengetahui peristiwa masa depan ataukah mereka menggunakan tulisan-tulisan semacam astrologi sebagai tafsiran perlambang atas keyakinankeyakinan misterius mereka.
Manuskrip Rumah Suci Dan Proyek Yadin
Pertama kali membaca terjemahan Inggris dari manuskrip Rumah Suci, penulis menilai bahwa naskah itu tidak mungkin berasal dari jemaat Esenes di Qumran. Naskah itu bukan saja tidak menyinggung, tapi lebih tepat jika dikatakan bahwa isi naskah manuskrip Rumah Suci Yerusalem bertolak belakang dengan ajaran jemaat Qumran. Kelompok Esenes memboikot segala macam ritual peribadatan yang dilakukan di dalam Rumah Suci Yerusalem oleh para pendeta, sebagaimana termaktub dalam tulisantulisan jemaat ini -semisal manuskrip Damaskus dan mansukrip Peperangan antara Putra Cahaya dengan Putra Kegelapan-. Alih-alih memberikan keterangan lain dalam masalah ibadah dan waktu-waktu hari raya, manuskrip rumah suci malah memberikan kepada kita perincian ritual yang diselanggarakan oleh para pendeta berikut waktunya. Padahal, para pendeta Rumah Suci menggunakan penanggalan qamariah (berdasar perhitungan bulan, pent.) sedang jemaah Esenes menggunakan penanggalan Syamsia, (berdasar perhitungan matahari, pent-) seperti sisten penanggalan Mesir kuno. Selanjutnya, kecurigaan itu segera terungkap setelah mengetahui bahwa manuskrip Rumah Suci Yerusalem tidak termasuk manuskrip-manuskrip yang ditemukan oleh badui Ta'amirah dan bukan pula manuskrip yang ditemukan oleh ekspedisi arkeologi Yordania. Sebaliknya manuskrip-manuskrip itu pertama kali muncul dari tangan seorang jenderal Israel bernama Yigael Yadin. Dialah yang menyimpan di perpustakaan Qumran setelah Yerusalem jatuh pada tahun 1967. Kemunculan Naskah Rumah Suci itu tepatnya setelah perang Juni tahun 1967 serta jatuhnya museum Palestina ke tangan pemerintah lsrael.
Ada satu perayaan yang memiliki arti khusus bagi jemaat Qumran. Mereka mengatakan bahwa pendeta jahat menyerang quru bijak pada hari raya I
Manuskrip Rumah Suci merupakan manuskrip terpanjang dari antara seluruh manuskrip yang ditemukan di gua-gua Qumran, dengan panjang mencapai sembilan meter, berisi naskah berbahasa Ibrani. Naskah aslinya berasal dari abad III SM dan ditulis lagi pada awal zaman Masehi. Naskah itu terbagi menjadi empat bagian: kaedah-kaedah bersuci dan najis, tata cara menyelenggarakan perayaan, konstruksi rumah suci, dan perilaku raja Israel dan tentaranya. Singkatnya, sebagian besar dari tulisan yang ada dalam manuskrip itu berkaitan dengan urusan rumah suci. Termasuk bentuk bangunan, perabotan yang ada di dalamnya dan tata cara menyelenggarakan ritual peribadatan terutama halhal yang berkenaan dengan proses penyembelihan korban pada hari Sabtu dan hari-hari besar. Dalam naskah itu juga terdapat satu paragraf yang berkaitan dengan cara menghukum orang yang mengkhianati umat Yahudi dengan cara menggantungnya di pohon sampai mati:
“Jika ada orang yang mengkhianati bangsanya dan menyerahkan mereka kepada bangsa asing dengan maksud jahat kepada bangsanya, hendaknya kamu sakalian menggantungnya di dahan sehuah pohon hingga mati. "
Kemungkinan besar, Yigael Yadin yang mengawasi sendiri proses pencarian di Masada telah menemukan manuskrip rumah suci itu di sana. Hal ini, karena kelompok Masada adalah kelompok fundamentalis yang membela Rumah Suci dan tatacara melakukan peribadatan yang berlaku di dalamnya. Saat terjadi pertikaian antara Romawi dan Yehuda serta mengakibatkan jatuhnya kota Yerusalem pada tahun 70 M. di tangan orang Romawi, kelompok Yahudi ekstrim itu berlindung di benteng Masada. Benteng ini sendiri telah dibangun oleh raja Herodus di bagian selatan dari Laut Mati sebelah barat. Tepatnya di lereng bukit batu, sekitar 25 km arah selatan Ain Jiddi. Sebagian dari mereka -jumlahnya mencapai 960 orang- ada yang pergi bersembunyi di daerah pegunungan terjal kemudian menetap di sana selama empat tahun.
Akhirnya, orang Romawi mengirimkan satu regu tentara untuk mengevakuasi mereka dengan cara mengepung benteng. Setelah merasa tidak ada jalan lain kecuali menyerah, setiap orang laki-laki membunuh istri dan anak-anaknya... kemudian memilih sepuluh orang dari mereka untuk membunuh yang lain. Jika hat ini sudah selesai, sepuluh orang itu memilih satu orang dari mereka untuk membunuh sembilan orang yang lain. Sedang satu orang yang tersisa ini akhirnya bunuh diri. Tidak ada yang selamat dari pembunuhan masal Masada ini kecuali dua orang wanita dan empat orang laki-laki. Mereka sempat bersembunyi untuk menyelamatkan diri.
Ketika itu, orang Yahudi sepertinya berkeyakinan bahwa kedatangan Almasih sudah dekat. Tapi Almasih yang mereka tunggu-tunggu itu bukan Almasih yang ditunggu oleh kelompok Esenes. Almasih yang mereka tunggu itu adalah raja yang diurapi dengan minyak dan -menurut keyakinan mereka- akan datang untuk memenanqkan mereka atas musuh musuh dan akhirnya menjadikan mereka berkuasa atas segala bangsa dalam kerajaan abadi yang setara dengan surga menurut keyakinan umat Islam, tetapi terjadi di dunia ini. Josephus mengatakan pada bagian keenam dari kitab Peranq Yahudi bahwa yang mendorong umat Yahudi untuk menantang orang Romawi itu adalah sebuah nubuat kitab suci yang tidak bisa dipahami maksudnya. Nubuat itu mengatakan bahwa pada saat itu akan muncul seorang laki-laki dari negeri mereka untuk menjadi penguasa bagi seluruh dunia. Josephus selanjutnya berpendapat bahwa nubuat ini berkenaan dengan panglima Romawi Fasbasian yang dipilih menjadi kaisar saat berada di Palestina.
Dari sisi lain kita mengetahui bahwa tujuh manuskrip yang ditemukan pada tahun 1947 itu telah dibeli oleh Yadin dan Sukenik kemudia dipublikasikan semuanya. Sedang manuskrip-manuskrip lain yang diketemukan setelah itu, disimpan oleh pemerintah Yordania. Dengan demikian tidak masuk akal jika Kando terus menyimpan manuskrip rumah suci selama tiga puluh tahun tanpa menjualnya atau menyerahkannya ke pemerintah Yordania. Tapi Yadin menyebutkan bahwa manuskrip ini baru ditemukan oleh Kando sejak enam tahun saja, yaitu pada tahun 1960. Jika Yadin adalah satu-satunya sumber bagi cerita ditemukannya manuskrip Rumah Suci, kesaksiannya ini tidak bisa diterima. Sebelumnya Yadin pernah mengatakan bahwa kota kuno Gezer pernah hancur dimakan api untuk membuktikan kebenaran kisah Taurat mengenai penaklukan orang Yahuda atas tanah Kanaan yang terjadi pada abad ke-13 sebelum Masehi. Tetapi ternyata bekas-bekas abu yang ditemukan oleh Yadin itu ternyata abu mezbah rumah suci.
Jenderal Yadin juga termasuk kelompok orang yang mengatakan bahwa "tujuan menghalalkan cara". Dalam rangka membuktikan hak historis orang Yahudi atas tanah Palestina dia siap memalsukan data.
Permasalahannya adalah bahwa di sana ada kelompok Yahudi ortodoks ekstrim sekte Sikari yang mempunyai karakter berlawanan dengan kelompok Esenes yang mendiami kawasan lain dari Laut Mati, tepatnya di daerah Ain Jiddi dan Masada di selatan. Dari gua-gua yang terdapat di daerah itu ditemukan peninggalan-peninggalan sekte Sikari ini. Karena yang menemukan adalah orang-orang Israel, sudah barang tentu manuskrip Rumah Suci ini datang dari sana.
Terdapat beberapa alasan yang mendorong peneliti semacam Yadin untuk melakukan pencampuradukan secara sengaja. Hal ini karena para pemimpin yang berperang demi membangun negara "Israel baru" selalu mencari dasar sejarah yang mendukung hak mereka atas tanah Palestina. Sementara tulisan-tulisan kaum Esenes di Qumran terus menyerang kepemimpinan para pendeta dan negara Yahudi yang dihancurkan oleh Romawi, tulisantulisan Masada mengungkapkan perjuangan dan pengorbanan jiwa untuk membela para pendeta dan pemimpin negara Yahudi.
Orang lain yang memegang teori ini adalah Robert Eisenman, guru besar di Universitas California. Dia bersikeras mengatakan bahwa manuskripmanuskrip Qumran itu adalah milik kelompok ekstrim dan bukan milik kelompok Esenes. Meski semua pendapat telah sepakat bahwa manuskrip Qumran itu ditulis pada abad kedua sebelum Masehi -termasuk pendapat yang didasarkan pada hasil tes karbon 14guru besar ini tetap mengatakan bahwa naskahnaskah ini baru ditulis pada pertengahan abad pertama Masehi. Pernyataan ini dia buat agar bisa disimpulkan bahwa pendeta jahat yang menurut kelompok Esenes telah menyerang guru bijak itu adalah Paulus, sedang guru bijak itu adalah seorang Yahudi bernama James. Dengan demikian, Eisenman menganggap bahwa jemaat Qumran itu adalah kelompok ortodoks yang melawan Romawi dan bukan para pendeta.
Demikianlah, kita mendapatkan bahwa tujuantujuan politik memainkan peran penting dalam memalsukan data-data sejarah dan menyesatkan para
peneliti. Menurut hemat penulis, suatu peristiwa apapun di mana saksi satu-satunya adalah Jend. Yadin tidak bisa dipercaya sebagai kisah nyata, maka bagaimana dengan manuskrip Rumah Suci yang berisi hari raya-hari raya dan kalender yang dibuat oleh para pendeta yang jauh berbeda dengan ajaran-ajaran jemaat Qumran itu bisa dianggap bagian penting dari tulisan-tulisan jemaat Esenes?
Badan Arkeologi Israel Menguasai Manuskrip-Manuskrip Itu
Penemuan manuskrip-manuskrip Ibrani dan Aramik kuno di daerah Qumran -sebelah barat laut Laut Mati- setelah perang dunia kedua merupakan harapan baru untuk mengetahui peristiwa-peristiwa sejarah kuno di Palestina pada masa yang membentang antara abad kedua sebelum Masehi hingga akhir abad pertama Masehi. Pada masa ini, agama Yahudi yang didirikan oleh para pendeta telah habis kemudian mulai muncul agama Yahudi Rabinik dan Talmud. Pada masa ini juga, gereja Kristen lahir dan tersebar keyakinan tentang kelahiran dan kebangkitan Yesus.
Setelah naskah-naskah itu diterjemahkan dan dipublikasikan, kerinduan para peneliti untuk mengetahui jawaban atas banyak pertanyaan yang menjadi teka-teki selama dua ribu tahun itu pun bertambah. Namun, yang terjadi setelah itu sangatlah mengecewakan. Setelah kumpulan pertama menyebarbanyak isu dan konspirasi. Tidak diragukan lagi bahwa komposisi tim pertama yang bertanggung jawab untuk menyiapkan manuskrip-manuskrip itu telah mendorong terjadinya perkembangan negatif ini. Ketika kelompok French Dominican l'Ecole Biblique menguasai pekerjaan tim, mereka menyingkirkar. kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan khusus. Untuk itu mereka tidak memasukkan para peneliti non-Katolik. Setelah itu juga terjadi pertikaian tersembuyi antara tim manuskrip dengan lembaga arkeologi Israel sejak hari pertama jatuhnya museum Quds (Yerusalem) ke tangan pemerintah kolonial Israel pada bulan Juni tahun 1967. Namun, segala sesuatunya segera berjalan seperti semula lagi dan bertahan selama lebih dari dua puluh tahun. Kemudian berhenti saat terjadi pertikaian terang-terangan. Pertikaian ini, akhirnya mampu merampas pengawasan Katolik dan mengalihkannya ke lembaga arkeologi Israel pada tahun 1991.
Pada tahun yang sama, di London terbit buku yang berjudul Tipuan Manuskrip Laut Mati yang ditulis oleh dua orang penulis, yaitu Michael Begint dan Richard Lee. Dalam bukunya itu, mereka berdua secara terang-terangan menuduh Vatikan telah ikut campur dalam proses penerjemahan manuskripmanuskrip Qumran dan berusaha menyembunyikan informasi yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Katolik. Tuduhan ini mereka dasarkan kepada sangat lambatnya penerbitan manuskrip Qumran dari gua nomor 4. Manuskrip-manuskrip baru diterbitkan setelah empat puluh tahun sejak diketemukan. Di antara lima ratus naskah yang ditemukan di gua itu hanya seratus naskah saja yang diterbitkan. Sementara itu, tim manuskrip juga tidak mengizinkan seorang pun untuk melihat manuskrip-manuskrip yang ada di bawah pengawasan mereka. Lebih lanjut dua orang pengarang itu mengatakan bahwa l'Ecole Biblique yang menguasai program-program tim tunduk di bawah pengawasan Paus Vatikan secara langsung. Suatu hal yang bisa mengancam hilangnya teks yang bertentangan dengan Vatikan secara langsung.
Selanjutnya, di akhir tahun 1990 dan awal tahun 1991 terjadi kampanye informasi besar-besaran, terutama di koran-koran Amerika seperti News Week, Times dan Washington Post. Kampanye-kempanye itu menyerang sekelompok peneliti yang bertanggung jawab atas penerjemahan dan penerbitan manuskripmanuskrip itu, kemudian menuduh mereka ikut serta dalam konspirasi yang dijalin oleh Vatikan untuk menghindari penerbitan beberapa hal yang tersebut dalam manuskrip-manuskrip Qumran. Selain itu, juga tersebar isu tentang adanya konspirasi untuk menghilangkan beberapa kandungan manuskripmanuskrip Qumran karena akan bepengaruh negatif terhadap beberapa dogma Yahudi dan Kristen. Dalam waktu yang sama, keanggotaan tim ini juga tidak mencakup orang Yahudi, Muslim dan Kristen Timur sama sekali.
Di sisi lain, tujuh naskah yang ditemukan di dalam gua nomor 1 pada tahun lima puluhan telah diterjemahkan dan diterbitkan tidak lama setelah diketemukan. Memasuki tahun 1956 -ketika itu naskah masih berada di tangan Badan Arkeologi Yordania- seluruh naskah yang ditemukan di dalam gua nomor satu sudah diterjemahkan dan dipublikasikan. Setelah itu manuskrip-manuskrip yang ditemukan di dalam gua nomor 2, 3, 5 dan 10 juga diterbitkan, tepatnya pada tahun 1961 dan 1962, tetapi kandungannya tidak terlalu penting. Hanya berupa naskah-naskah Perjanjian Lama. Demikian juga yang ditemukan di dalam goa nomor 11. Manuskrip-manuskrip ini diterjemahkan pada tahun tujuh puluhan. Tetapi yang menjadi problem sesungguhnya adalah yang berkaitan dengan manuskrip-manuskrip gua nomor 4 karena berbentuk puluhan ribu potongan kecil.
Pada tahun 1952 orang Inggris G. L. Harding - yang pada saat itu menjabat direktur lembaga arkeologi Yordania- menunjuk De Voux, pendeta Katolik asal Perancis untuk menjabat ketua tim yang bertanggung jawab atas penyiapan penerbitan potongan-potongan naskah gua nomor 4. Untuk maksud ini telah ditunjuk beberapa orang peneliti kelas dunia yang berkonsentrasi di bidang studi Semit untuk membantu De Voux. Mereka ini adalah: Jean Starcky dari Perancis, Milik dari Polandia, Frank Moore Cross dan Patrick Skehan dari Amerika, John Allegro dan John Strugnell dari Inggris dan Claus Hunno Hunziger dari Jerman. Tetapi yang terakhir ini mengundurkan diri pada tahun 1958, Setelah berhenti jabatannya segera diisi oleh Maurice Baillet dari Perancis. Dalam teknisnya, naskah-naskah itu dibagi-bagikan kepada anggota tim. Sedang untuk pembiayaan, Rockefeller telah memberikan sejumlah dana sebagai biaya operasi pada tahun-tahun pertama.
Para anggota tim itu menghadapi tugas berat saat berusaha untuk menertibkan puluhan ribu potongan kecil dari kulit atau papirus kemudian mengumpulkannya berdasarkan kemiripan jenis atau tema tulisan. Mereka juga mengalami kesulitan dalam mengetahui tempatnya dalam manuskrip pada bentuk aslinya sebelum robek. Selain itu, ini juga bukan satusatunya tugas yang harus mereka lakukan. Ternyata potongan-potongan itu juga kotor dan bengkok. Maka dari itu mereka juga harus membersihkannya dengan hati-hati agar tidak merusak tulisan lalu menyimpannya di antara dua papan kaca untuk meluruskan dan melindunginya.
Para peneliti itu berhasil membagi ribuan potongan itu menjadi lima ratus bagian lebih. Masingmasing darinya menceminkan naskah asli. Yakni mereka berhasil mengetahui bahwa jumlah manuskrip yang tersimpan dalam goa nomor 4 itu adalah lima ratus. Dan sudah barang tentu, pekerjaan ini memerlukan kesabaran, ketelitian dan waktu yang lama. Apalagi jumlah peneliti yang bekerja dalam proyek ini sangat sedikit.
Tapi, semenjak jatuhnya museum Quds ke tangan pemerintah Israel, hanya sedikit saja dari manuskrip goa nomor 4 itu yang dipublikasikan.Ketika itu, Allegro menyiarkan berita yang menyebutkan bahwa kelompok Katolik yang menguasai tim manuskrip itu dengan sengaja menyembunyikan kandungan beberapa naskah karena bertentangan dengan ajaranajaran gereja. Hal itu, karena sebagian besar naskah yang ditemukan di dalam goa-goa lain hanya berupa naskah-naskah Perjanjian Lama. Jadi tidak mengandung informasi penting mengenai jemaat Qumran dan dogma-dogma khusus mereka. Sementara itu, goa nomor 4 memuat sejumlah tulisan kelompok ini dan cara mereka dalam menafsirkan Taurat. Tetapi perilaku Allegro setelah itu sangatlah aneh. Pada tahun 1970 dia menerbitkan buku dengan judul Sarapan Suci Dan Salib. Di dalamnya dia berpendapat bahwa Almasih adalah tokoh non-historis dan jemaat Kristen perdana menggunakan sarapan memabukkan dalam ritual agama mereka. Sebagai akibat dari perilaku aneh ini, seseorang tidak lagi mau menanggapi pernyataan-pernyataan Allegro setelah itu secara serius.
Dengan perjalanan waktu, sebagian anggota tim delapan itu meninggal. De Voux, pemimpin tim meninggal pada tahun 1971 dan digantikan oleh Fr. Pierre Benoit yang juga menjabat direktur I'Ecole Biblique di Yerusalem seperti pendahulunya. John Allegro dan Patrick Skehan kemudian menyusul. Akhirnya, John Strugnell menjadi pemimpin tim setelah Fr. Pierre Benoit meninggal pada tahun 1987. Strugnell ini adalah salah seorang peneliti barat yang sangat menguasai bahasa-bahasa Semit. Berasal dari Inggris, tetapi bekerja sebagai guru besar studi Perjanjian Lama di institut Devinity College di Universitas Harvard Amerika. Tampaknya, sejak menjabat ketua ini dia langsung meninggalkan gereja Protestan dan berpindah ke Katolik.
Menurut tradisi yang berlaku, apabila salah seorang dari anggota tim ada yang meninggal akan ada seseorang yang ditunjuk untuk menggantikannya sehingga jumlahnya tetap delapan. Tapi rupanya John Strugnell mengubah tradisi ini ketika merekrut beberapa peneliti Yahudi ke dalam tim yang jumlah keseluruhannya menjadi 20 orang anggota. Ternyata kebijakan ini belum memuaskan badan arkeologi Israel yang saat itu sudah memiliki kekuasaan penuh atas museum Yerusalem beserta seluruh isinya, termasuk manuskrip-manuskrip Laut Mati.
Merupakan suatu hal yang sia-sia untuk memisahkan keinginan badan arkeologi Israel untuk menyingkirkan John Strugnell dengan peristiwaperistiwa yang terjadi setelah itu. Mula-mula dilancarkan kampanye teratur di bidang proganda pers yang dipimpin oleh tiga oeng peneliti Yahudi, yaitu: Robert Eisenman, guru besar studi Perjanjian Lama di Universitas Oxford, Herschel Shanks pimpinan redaksi Biblical Archaeological Review di Washington. Kampanye itu menuduh Strugnell telah melakukan konspirasi untuk menyembunyikan rahasia manuskrip kemudian memintanya agar mengizinkan orang lain untuk membacanya. Pada tahun 1990, Amir Drory, direktur Badan Arkeologi Israel mengangkat Emanuel Tov, guru besar di University of Hebrew Yerusalem sebagai direktur tim manuskrip di samping Strugnell, direktur resmi.
Sudah barang tentu, tindakan ini tidak berkenan di hati Strugnell. Dia bahkan difitnah melalui wawancara dengan wartawan Israel yang bernama Afi Kazman. Menurut berita yang disiarkan oleh Kazman dalam koran HaAretz, peneliti Inggris ini menganggap agama Yahudi sebagai agama yang menyeramkan. Agama itu hanyalah penyimpangan dari agama yang benar yaitu Kristen. Berdasarkan keterangan ini, pemerintah Israel menganggapnya anti Semit.
Tidak ada seorang pun yang tahu secara pasti apakah Strugnell benar-benar mengatakan hal itu, juga dalam kesempatan apa wawancara itu berlangsung. Sejauh yang kita tahu adalah bahwa pernyataan yang dimuat dalam koran itu adalah pernyataannya yang terakhir, baik di Israel ataupun di tempat lain. Setelah itu, Strugnell menghilang dari Yerusalem lalu muncul di sebuah rumah sakit dekat Harvard. Dia tidak boleh dikunjungi. Konon salah seorang anaknya mendapatkan keterangan dokter yang menyebutkan bahwa ayahnya menderita sakit jiwa yang membahayakan. Karena alasan itu, dokter itu mendapatkan perintah dari pengadilan untuk mengobatinya secara paksa. Setelah itu, Universitas Harvard juga memecatnya dari jabatan guru besar. Inilah berita terakhir yang kita dengar mengenai kepala tim penyiapan manuskrip Qumran untuk diterbitkan. Dia diangkat oleh pemerintah Yordania pada tahun 1954 dan menghabiskan 35 tahun dari umurnya untuk bekerja di dalam tim itu.
Pada tahun 1991, Drory juga mengeluarkan keputusan tentang pemecatan Strugnell dari jabatan ketua tim dan pengukuhan Emanuel Tov dalam jabatannya. Setelah itu, pemerintah Israel menambahkan beberapa orang peneliti Israel lain ke dalam jajaran anggota tim manuskrip, hingga jumlah keseluruhan anggota tim itu menjadi lima puluh orang. Sebagian besarnya dari orang Israel.
Pada bulan September tahun 1991, perpustakaan Huntington di San Marino, California mengumumkan kepemilikannya atas foto semua manuskrip Qumran dan tidak lama lagi dia akan membolehkan semua peneliti yang ingin membacanya. Hal yang sama juga dikatakan oleh Universitas Oxford. Tetapi kita tidak tahu bagaimana dan kapan, lembagalembaga ini mendapatkan foto-foto tersebut. Sejauh yang diumumkan adalah bahwa pemerintah Israel mengirimkan salinan-salinan itu untuk disimpan dan tidak boleh dibaca kecuali dengan izin darinya.
Tidak lama kemudian Eisenman menerbitkan terjemah foto-foto itu di Amerika Serikat. Vermes juga menerbitkannya di Inggris. Sejak saat itu, semua orang mengumumkan bahwa permasalahannya sudah selesai, semua manuskrip sudah diterbitkan. Kemudian setelah melakukan drama yang tidak menarik di mana lembaga arkeologi Israel berpura-pura tidak menyetujui penerbitannya, bahkan akan menempuh jalur pengadilan untuk menghentikannya, tiba-tiba saja mengumumkan bahwa mereka tidak menolak penerbitan itu. Yang aneh, suara-suara yang dulu menuntut agar para peneliti dibolehkan melihat manuskrip-manuskrip yang tersimpan di museum Rockefeller di Yerusalem adalah suara-suara yang mengumumkan kepuasannya atas semua yang telah terjadi dan merasa cukup dengan yang ditebitkan oleh perpustakaan Huntington dan Universitas Oxford.
Apa buktinya bahwa semua naskah yang diterbitkan itu adalah naskah yang datang dari manuskrip Qumran? Apa pula bukti yang menunjukkan bahwa yang diterbitkan itu adalah seluruh manuskrip yang ada di museum? Hingga saat ini, belum pernah terbit suatu penjelasan mengenai isi goa nomor 4 dari institusi yang secara resmi diserahi tanggung jawab untuk menyiapkan penerbitan manuskrip. Di samping itu juga tidak ada keterangan terperinci lain yang menekankan atau menafikan kebenaran naskah yang sudah diterbitkan di Inggris dan Amerika Serikat.
Raibnya Manuskrip Qumran.
Apa Sejatinya Misteri di Balik Itu?
Benarkah naskah-naskah kuno tulisan tangan yang berasal dari Qumran itu menyimpan maklumat yang bertentangan dengan ajaran Kristen?
Naskah-naskah yang berhasil didapatkan di Qumran mengungkapkan akar Jemaat Kristen abad-abad pertama. Tidak demikian halnya dengan jemaat Yahudi pengkikut para pendeta "Rumah Suci" Jerusalem yang berkembang antara abad ke-5 S.M hingga kehancurannya di tangan Romawi pada tahun 70 M.
Pertikaian antara sekte Esenes di Qumran dan kelompok pendeta Seduki di Jerusalem telah ikut menguatkan keberadaan sekte Farisi yang dipimpin oleh kelompok rahib. Kelompok inilah yang dianggap sebagai pendiri Agama Yahudi Baru setelah habisnya era pendeta Rumah Suci pada penghujung abad pertama Masehi. Ajaran-ajaran mereka didasarkan pada penafsiran-penafsiran atas Taurat, belakangan dikenal sebagai Talmud. Berkaitan dengan ini, naskahnaskah tulisan tangan Qumran memaparkan pertikaian yang terjadi dalam komunitas masyarakat Yehuda yang mengindikasikan bahwa -kalaupun bangsa Romawi urung melakukan pembantaian para pendeta Rumah Suci tahun 70 M- maka sesungguhnya gerakan Farisi dipastikan tetap akan melancarkan tekanan-tekanan yang pada akhirnya mampu menggeser konsep peribadatan kurbani yang menjadi substansi ajaran "Yahudi Pendeta Rumah Suci", dengan "Yahudi baru" yang berlandaskan pada pengkajian Taurat dan penafsirannya.
Yang menggemparkan Vatikan bukannya sesuai atau tidaknya naskah-naskah Qumran dengan ajaran Kristen, tetapi kontradiksi naskah-naskah tersebut dengan ajaran-ajaran yang dijejalkan oleh Gereja Romawi Timur kepada jemaat-jemaat Kristiani semenjak abad ke-2 M. Tidak diragukan lagi bahwa komisi yang berwenang atas naskah-naskah kuno itu telah mendapat tekanan dari pihak Vatikan sehingga tidak mempublikasikan naskah yang sekiranya berlawanan dengan ajaran Gereja Romawi. Pun tidak mustahil jika sebagian potongan-potongan naskah Qumran telah menemukan jalan menuju gudang perpustakaan Vatikan sehingga dengan demikian tidak akan pernah diharap akan dapat dikeluarkan.
Kita mendapati bahwa ajaran-ajaran yang termaktub di dalam naskah-naskah tulisan tangan jemaat Qumran, bahwa mereka itu sedang menantikan kedatangan sang guru bijak dan mereka beriman pada kebangkitannya. Hanya saja kita tidak menemukan sedikitpun penjelasan dari surat-surat Paulus berkenaan dengan kelahiran Almasih di Betlehem, kepergiannya dari Nazaret ataupun penyaliban Almasih oleh Penguasa Romawi. Tema-tema seperti itu tidak kita temukan pada surat-surat manapun dalam Perjanjian Baru, sebab tampaknya peristiwa-peristiwa tersebut tierkembang pada akhir abad ke-1 M di Roma dan gereja-gereja yang beraliansi kepadanya.
Dalam penafsiran atas Kitab Habakuk, yang ditemukan di Qumran disebutkan, Pendeta Jahat bertanggung jawab atas kematian Guru Bijak. Berdasarkan keyakinan Jemaat Qumran, bahwa para pendeta Rumah Suci di Jerusalem itu adalah pewaris "Pendeta Jahat". Sementara para pendeta Bait Suci mempersembahkan kurban sembelihan pada "hari pengampunan", dan pada hari yang sama jemaat Qumran cukup hanya dengan melakukan ritual makan malam tanpa kurban sembelihan, karena dalam keyakinan mereka justru yang menjadi kurban pada hari itu adalah guru mereka. Demikian pula bahwa peristiwa penyaliban Yesus oleh penguasa Roma, tidak pernah disinggung oleh Perjanjian Lama, dan justru naskah tersebut menyatakan tuduhan yang dialamatkan kepada para pendeta Israel sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kematian Almasih.
Injil-injil Koptik yang diketemukan di Nag Hamadi -kawasan Mesir pegunungan- pun tidak menyebutkan persitiwa kelahiran di Betlehem dan penyaliban Almasih. Tema kelahiran dan penyaliban untuk pertama kalinya diketengahkan oleh empat Injil pertama Perjanjian Baru, penulisannya diperkirakan berlangsung sepeninggal Paulus pada awal tahun ke60 M dan berdekatan dengan tahun kehancuran Rumah Suci Jerusalem tahun 70 M. Dimaklumi bahwa sejarah Jemaat Qumran dan manuskrip-manuskrip mereka kembali pada masa sebelum lahirnya agama Kristen. Adanya kemiripan antara kepercayaan jemaat Qumran dengan gerakan kristen yang berkembang sesudahnya, semestinya dan harus ditafsirkan bahwa yang muncul belakangan dipengaruhi oleh pendahulunya. Oleh sebab itu, sejumlah peneliti semisal Geza Vermes dari Oxford, yang tidak sepaham dengan Eisenman dalam pemaparan sejarah berkaitan Naskah Qumran, berpendapat bahwa Yesus merupakan salah satu murid dari Jemaat Qumran.
Sedangkan Jeremis, dan peneliti-peneliti lain yang sebagian besar dari kalangan Yahudi dengan tegas menyatakan bahwa sebelum itu Yesus adalah pegikut Yahudi yang patuh dan Yesus bukan Almasih (Kristus), sebab Kristen itu dibangun oleh Paulus.
Agaknya kita sedang berada di antara dua kemungkinan; Apakah Kristen memiliki akar sejarah masa lalu, jauh sebelum masa Romawi atau apakah gerakan yang berkembang pada zaman Romawi itu telah mengadopsi ajaran-ajaran dari Jemaat Yahudi yang ada sebelumnya?
Kalangan penafsir bersandar pada kenyataan bahwa penulisan manuskrip-manuskrip kuno tersebut dilakukan pada zaman sebelum lahirnya agama Kristen, untuk menafikan adanya hubungan antara Perjanjian Baru dengan kisah-kisah Yesus. Mengingat bahwa faktor paling mendasar untuk mendefinisikan ada dan tidaknya hubungan antara Naskah Qumran dengan Kristen, tergantung pada masa penulisan naskah tersebut. Sementara sebagian besar peneliti sepakat untuk menentukan kurun waktu antara pertengahan pertama abad ke-2 SM hingga pertengahan kedua abad ke-1 M, sebagai zaman penulisan naskah-naskah kuno tersebut, sebagian lainnya menentukan masa yang lain, yakni pertengahan abad ke-2 M, sehingga dengan demikian membuka kesempatan untuk melakukan penafsiran yang berisi informasi tentang Yesus. Herschel Shanks, Pimpinan Redaksi Biblical Archaeological Review yang terbit di Washington tahun 1993, menulis sebuah buku berjudul "Memahami Manuskrip-manuskrip Laut Mati", mengemukakan,
Ide dasar penafsiran yang dilakukan atas naskah-naskah yang ada bersandar pada masa sejarahnya, oleh sebab faktor terpenting dalam memberikan batasan urgensi naskah, serta ada atau tidak adanya hubungan dengan Kristen, amat bergantung pada penentuan masa penulisannya. Oleh sebab itu berdasarkan pendapat yang disepakati (yakni pendapat kelompok yang berwenang melakukan pengawasan naskah) bahwa naskah-naskah Qumran itu ditulis pada masa sebelum abad Masehi. Apa saja yang kemungkinan dapat merusak penentuan sejarah yang dapat diandalkan ini, dan mata rantai peristiwa sebagaimana didefiniskan oleh komisi dunia untuk setiap kelompok naskah, konon telah disembunyikan. Ketika masa sejarah penulisan naskah itu telah ditentukan jauh sebelum abad Masehi, sehingga dengan demikian, naskah-naskah kuno itu telah diselamatkan dari kemungkinan terjadinya pertentangan untara naskah kuno itu dengan Perjanjian Baru dan tradisinya. Dengan cara ini, komisi yang berkompeten telah melakukan sterilisasi naskah Laut Mati secara efektif dari materi-materi yang bisa menjadi bom waktu.... Komisi juga telah berusaha membuat jarak antara Jemaat Esenes di Qumran dengan Jemaat Kristen pertama, dengan mengesampingkan kepercayaan yang memiliki karakter Kristen yang cukup kental dalam tulisan-tulisan Jemaat Qumran. "
Barbara Theiring, Profesor di Departemen Kristologi University of Sydney di Australia berpendapat bahwa "guru bijak" yang tercantum dalam tulisan-tulisan Qumran tidak lain adalah Yohanes Sang Pembaptis. Pendapat ini dikuatkan oleh peryataan Otto Bitch, profesor di Universitas Gottingen Jerman, bahwa Sang Pembabtis termasuk salah seorang anggota Jemaat Qumran. Sementara Jose O'Callaghan, berusaha menetapkan bahwa ada beberapa bagian Injil Markus demikian pula Kitab Kisah Para Rasul dan Surat-surat Paulus kepada Jemaat Roma, juga ditemukan pada tulisan-tulisan kuno di Qumran. Meskipun O'Callaghan ini berasal dari ordo Yesuit di Spanyol, namun dia berafiliasi kepada Gereja Katolik, sebagaimana yang bertindak mempublikasikan pendapatnya adalah institusi Katolik seperti Biblica dan Civita Catholica.
Banyak sekali tekanan yang dialamatkan kepada anggota komisi manuskrip Qumran dan tuduhan telah menyembunyikan segala yang menetapkan adanya keterkaitan antara Jemaat Qumran dengan Jemaat Kristen abad pertama, bahkan tuduhan telah melakukan konspirasi bersama Vatikan untuk merahasiakan isi dari tulisan-tulisan kuno itu antara lain dari dua orang penulis Inggris, yakni Michael Bigent dan Richard Lee. Namun, tuduhan dari kedua orang penulis Inggris itu sesungguhnya adatah ide yang berasal dari Robert Eisenman dari Amerika Serikat, sebab Eisenman-lah yang menentang kesepakatan yang menetapkan bahwa Jemaat Qumran adalah orang-orang sekte Esenes yang pernah tersebut dalam tulisan-tulisan Philo, Josephus dan Pliny. Eisenman berpendapat, mereka itu sejatinya jemaat radikal Yahudi dan Guru Bijak yang memimpin Jemaat tidak lain adalah James, yang namanya tercantum dalam Perjanjian Baru sebagai "saudara tuanku". Eisenman mengatakan, James memimpin Jemaat untuk menentang penguasa Romawi antara tahun 66 dan 70 M, yang berakhir dengan pembakaran rumah suci Jerusalem.
Dalam pandangan Eisenman, Jemaat Qumran itu bukannya orang-orang sekte Esenes yang menentang kekuasaan para pendeta, akan tetapi mereka itu adalah kelompok Yahudi radikal yang berafiliasi kepada Ezra dan Saduki, dari golongan pendeta yang kembali dari Babel. Berdasarkan pada tesis ini maka Yohanes Sang Pembaptis dan bisa jadi Isa Almasih sendiri merupakan salah seorang anggota dari kelompok Yahudi Radikal yang berafiliasi kepada para pendeta Seduki. Lebih jauh Eisenman mengklaim bahwa Paulus - sebagai diketahui, Paulus telah mendirikan sejumlah gereja di wilayah imperium Romawi dan dialah yang mengajarkan Injil kepada penduduk Roma- tidak lain adalah "pendeta jahat" yang mencelakai "Guru Bijak". Akhir dari tesis Eisenman- yang tidak disetujui oleh seorangpun dari para peneliti naskah Qumran -adalah bahwa ajaranajaran Paulus itu tidak lebih dari heretik (bid'ah) Yahudi sedangkan agama yang benar adalah apa yang diajarkan oleh para pendeta Rumah Suci di Jerusalem. Adapun Yesus hanyalah seorang murid dari jemaat Yahudi dan tidak membawa ajaran yang baru. Eisenman juga menafsirkan bahwa lahirnya agama I
Mencermati tesis yang dilontarkan oleh Profesor di Departement of Oriental Studies di UCLA ini, ternyata sangat kental dengan sasaran-sasaran politik, lebih-lebih bahwa ide semacam ini untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Jenderal Yigael Yadin. Dia mengklaim bahwa tulisan-tulisan tangan di Qumran itu -yang merupakan bagian dari tulisantulisan kaum radikal Yahudi- sesungguhnya diketemukan di gua Qumran nomor:ll. Dengan demikian, Yigael Yadin merupakan orang pertama yang berusaha merubah karakter kumpulan manuskrip. Daripada mengikuti pendapat yang disepakati bahwa mereka adalah orang-orang sekte Esenes yang membelot dari kekuasaan pendeta rumah suci, Yadin justru menempatkan jemaat Qumran sebagai pembela para pendeta. Alasan di balik penyelewengan yang disengaja ini cukup jelas, yaitu merubah komposisi manuskrip-manuskrip Qumran sebagai dalil atas kegagalan kepemimpinan pendeta sehingga berbalik menjadi bukti kepahlawanan para pendeta itu dalam melakukan perlawanan terhadap kekuatan pendudukan Romawi.
Yang jauh lebih penting adalah, gerakan Kristen yang berkembang di tengah umat manusia pada zamannya, dianggap tidak lebih dari sebuah bentuk heretik yang diciptakan oleh Paulus, yang tidak berdasar pada syari'at kependetaan. Proyek kedua yang dicanangkan oleh Yadin bersama para ilmuwan semisal Eisenman, adalah mensosialisasikan tesis yang dirumuskannya itu kepada dunia dalam format akademis sehingga akan dengan mudah tersebar. Di pihak lain, Departemen Arkeologi Israel berhasil membujuk Pater Milik -salah seorang dari delapan delapan peneliti yang ditunjuk oleh pemerintah Jordan pada tahun limapuluhan, sedangkan enam anggota yang lain telah meninggal dunia- untuk tidak memberikan komentar apapun tentang manuskrip Laut Mati. Salah seorang anggota tim lainnya yakni John Strugnell, telah dilumpuhkan dengan menggunakan obat penenang. Dengan demikian tidak ada lagi seorang saksi pun yang dapat memberikan keterangan atau menentang apa saja yang dipublikasikan oleh pihak berwenang di Israel, yang bermaksud mencampur adukkan antara naskahnaskah Qumran dengan naskah Masada untuk merubah karakter Jemaat di Qumran. Demikianlah bahwa impian untuk dapat mengetahui hakikat peristiwa yang berlangsung pada awal sejarah Kristen telah berubah menjadi proyek manipulasi sejarah terbesar di zaman modern.
Lalu apa sebenarnya yang membuat Vatikan gempar? Jawabnya adalah kontradiksi seputar zaman kemunculan Yesus. Pasalnya, Gereja Romawi telah mendapatkan wewenang, berdasarkan pada riwayat yang dipublikasikannya semenjak abad ke-3 M, yang antara lain dikemukakan bahwa Petrus, murid Yesus, telah datang ke Roma dan memberikan pelimpahan wewenang untuk mengeluarkan ajaran atas nama Yesus, kepada para pendeta yang ada disana, yang ia terima langsung dari Yesus sendiri. Jika benar bahwa Yesus hidup pada masa sebelum itu, maka klaim ini otomatis runtuh. Posisi dilematis yang dihadapi oleh Gereja Romawi yang berawal dari penemuan naskah Qumran ini, disadari oleh Eisenman dan Vermes, dan bermaksud mengeksploitasinya demi memenangkan penafsiran Yahudi atas peristiwa sejarah yang berlangsung.
Orang-orang Yahudi mengingkari bahwa Isa adalah Almasih, dan mereka masih menantikan kedatangan Almasih yang lain. Berdasarkan pada kepercayaan ini, berarti orang-orang Yahudi telah mendapatkan "pembenaran" dengan menyebarkan faham ini melalui mimbar-mimbar Kristen, tanpa ada yang menghalangi. Geza Vermes suatu saat muncul di sebuah layar televisi stasiun 4 di Inggris, di mana dia sedang berdiri di belakang pemandangan puing-puing Qumran, untuk mengatakan, "Sejatinya Yesus bukanlah Almasih. Dia adalah orang Yahudi yang baik yang mempelajari ajaran Yahudi dari Jemaat Qumran". Bahkan dilaporkan adanya proyek besar untuk menulis ulang Perjanjian Baru sehingga relevan dengan makna sejati Yesus seperti diinginkan oleh Yahudi, dan di pihak lain akan dapat mencuci tangan para pendeta Yahudi atas kematian Almasih
Tak Terduga : Injil-injil Koptik Tak Dikenal, Ditemukan di Mesir
Penemuan sejumlah manuskrip kuno berbahasa Ibrani dan Aramaik di gua-gua Khirbat Qumran, di tepian Laut Mati antara tahun 1947-1954 telah memancing perdebatan di kalangan para ahli dan menarik perhatian para pembaca di seluruh dunia. Salah satu faktor paling penting sehingga menyita perhatian banyak pihak dalam hal ini adalah kemungkinan adanya penambahanpenambahan historis sehubungan dengan perkembangan gerakan Kristen pada abad-abad permulaan dan dengan kisah kehidupan Almasih secara khusus. Kendati adanya kemiripan besar -yang diketahui dari terjemahan naskah-naskah Qumranantara Jemaat Esenes Yahudi dan kepercayaankepercayaan Kristen di abad-abad pertama, namun sejauh ini tidak ditemukan sumber yang menyebut nama Almasih, atau paling tidak nama "guru bijak" berikut masa sejarah kehidupan sang guru.
Meski beberapa kepercayaan jamaat Qumran dekat dengan ajaran Kristen, namun mereka merupakan bagian dari eksistensi Yahudi secara keseluruhan. Oleh sebab itu sebagian mengistilahkan mereka dengan sebutan "Judeo-Kristen", atau sekelompok penganut Yahudi sekaligus Kristen. Terlepas dari itu semua, Jemaat Esenses telah meninggalkan wilayah Qumran menyusul berkecamuknya revolusi Yahudi melawan Romawi kemudian seolah-olah lenyap tanpa bekas setelah peristiwa pembakaran Beit Suci Yerusalem pada tahun 70 M. Sejauh ini tidak ditemukan adanya indikasi apapun bahwa mereka itulah yang menyebarkan agama Kristen di wilayah imperium Romawi.
Ramainya opini yang berkembang sehubungan dengan penemuan naskah Laut Mati ini, nyaris melalaikan adanya penemuan lain yang tidak kalah pentingnya di wilayah Mesir bagian selatan -dua tahun lebih awal dari penemuan naskah Qumran-. Manuskrip yang ditemukan ini tertulis dalam bahasa Koptik dan berisi ajaran-ajaran Kristen. Sejak Kristen memiliki otoritas politik, menyusul kesediaan Kaisar Konstantinopel untuk memeluk agama Kristen pada pertengahan abad ke-4 M, Gereja Romawi mengeluarkan perintah membakar seluruh tulisantulisan yang dinilai bertentangan dengan ajaran gereja. Hal ini menyebabkan hilangnya sebagian besar sumber sejarah perkembangan jemaat-jemaat Kristen periode awal khususnya di Mesir.
Para petinggi Gereja Romawi sejak semula menilai bahwa ajaran-ajaran Kristen di Mesir adalah bid'ah (heretik) dan tidak bisa diterima. Jumlah orangorang Koptik yang tewas oleh kekejaman Gereja Romawi jauh lebih banyak dari jumlah orang yang tewas di tangan penguasa pagan Romawi pada zaman sebelum itu. Hanya sebagian pendeta-pendeta Mesir sempat menyembunyikan sekumpulan tulisan Koptik di salah satu gua di pinggiran wilayah Mesir. Setelah dilakukan penelitian, ternyata tulisan-tulisan itu memiliki nilai yang lebih penting dari tulisan-tulisan yang ditemukan di Qumran dalam konteks pelacakan sejarah gerakan I
Dalam pandangan pribadi penulis, bukti-bukti sesungguhnya dari tulisan-tulisan di Nag Hamadi itu akan mengantarkan pada pengetahuan bahwa gerakan Kristen yang tersebar di penjuru imperium Romawi bukan bersumber dari Yehuda, tetapi dari Aleksandria.
Pada bulan Desember, lima puluh tahun yang lalu -beberapa bulan menyusul berakhirnya Perang Dunia II- salah seorang petani secara tidak sengaja menemukan sebuah perpustakaan I
Konon, Muhammad Ali As-Samman dan saudaranya Khalifah, sedang mengumpulkan pupuk di dekat gunung Taref, 10 km timur laut kota Nag Hamadi, di Mesir bagian selatan. Kerika tengah melakukan penggalian, Muhammad mendapati sebuah sebuah gentong tertimbun tanah yang sedang digalinya. Ketika diangkat ke permukaan, tampak bahwa gentong itu cukup besar, tingginya hampir satu meter.
Tutup gentongpun segera dibuka dengan hatihati oleh keluarga petani miskin itu dengan harapan akan menemukan harta karun di dalamnya. Lantaran tidak sabar, Samman mengambil sebuah kapak untuk memecahkan gentong, bukannya emas yang tersimpan, tetapi gulungan-gulungan kulit kuno. Dengan rasa kecewa kedua orang bersaudara itu mengangkut harta karun yang mereka dapat itu di atas punggung unta untuk dibawa pulang ke rumah mereka di dusun Hamra Dum. Gulungan-gulungan kulit itu dicampakkan begitu saja dekat perapian kalau-kalau bisa dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Kedua orang yang memang tidak kenal baca tulis itu jelas tidak mengetahui pentingnya kitab-kitab kuno. Namun takdir yang sebelumnya telah menyelamatkan tulisan kuno itu selama lebih dari 15 abad di bawah timbunan tanah pekuburan, tidak membiarkan nasib benda bersejarah itu musnah di perapian keluarga petani miskin. Sebulan menyusul penemuan tulisan kuno itu, kedua bersaudara Samman terpaksa meninggalkan rumah untuk melarikan diri dari kejaran pihak berwenang karena tuduhan melakukan balas dendam atas pembunuhan ayah mereka. Khawatir polisi akan mengetahui temuan mereka, kedua bersaudara Samman menitipkannya pada salah seorang pendeta Koptik di kota.
Ketika Ragheb Andraus, adik ipar pendeta - yang bekerja sebagai guru- menyaksikan jilidan-jilidan tulisan kuno itu, segera dia mengerti bahwa itu adalah tulisan-tulisan Koptik kuno yang tentu saja memiliki nilai arkeologis yang tinggi. Diambilnya satu lembar untuk dibawa ke Kairo dan ditunjukkan pada temannya, George Subhi yang memahami bahasa Koptik. Selanjutnya Subhi membawa lembaran itu ke Museum Mesir untuk diperlihatkan kepada direktur Etian Dreytonx, yang berkebangsaan Perancis. Mengetahui nilai sejarah tulisan kuno itu Etian membelinya dengan harga 250 pound Mesir. Bagian lain dari manusl
Pada saat itu Kementerian Ilmu Pengetahun Mesir yang membawahi Departeman Arkeologi pada masa pemerintahan An-Nahhas Basya, dijabat oleh Dr. Toha Husein, yang meminta anggaran khusus dari pemerintah guna membeli semua naskah yang ada. Yang perlu dicatat adalah kebijakan yang diambil oleh Kementerian Pengetahun Mesir yang saat itu pula mengeluarkan izin bagi setiap peneliti untuk menelaah naskah-naskah kuno itu. Akan tetapi menyusul terjadinya Revolusi bulan Juli 1952, Pemerintahan Mesir yang baru menguasai semua naskah yang ada tanpa ganti rugi, dengan alasan sebagai kekayaan negara.
Demikianlah bahwa Departemen Arkeologi Mesir berhasil menyelamatkan semua naskah kuno yang ditemukan di Nag Hamadi itu dan menyimpannya di Museum Koptik Kuno di Kairo. Kecuali ada satu jilid yang terdiri dari 15 lembar, telah dijual di luar Mesir dan dibeli oleh Institut Young pada bulan Mei 1952 untuk selanjutnya dihadiahkan kepada llmuwan terkenal dalam Ilmu Jiwa yang tidak lain adalah Gustavo Young, karib Sigmund Frued, bertepatan dengan hari ulang-tahunnya. Setelah Young wafat, naskah itu lantas dikembalikan ke Museum Koptik.
Berdasarkan hasil penelitian, apa yang diketemukan di Nag Hamadi merupakan sebuah perpustakaan besar yang menyimpan 52 buah naskah dalam 1152 halaman yang terbagi menjadi 13 jilid yang sebagaian besar tertulis dalam bahasa Koptik. Konon, para penulis Mesir semenjak zaman Ptolomeus telah menggunakan huruf-huruf Yunani untuk mengungkapkan bahasa asli Mesir yang merupakan gabungan dari kalimat dan kaidah Mesir-Yunani. Inilah bahasa yang dipergunakan oleh para penulis Mesir untuk menyusun tulisan-tulisan Kristen. Bahasa ini pulalah yang menjadi bahasa resmi Gereja Koptik Mesir hingga tahun lima puluhan dan kemudian digantikan dengan Bahasa Arab.
Pada tahun 1956, pemerintah Mesir menyelenggarakan muktamar dengan mendatangkan para peneliti di sejumlah museum dunia dalam rangka menyusun proyek penterjemahan dan pengkajian naskah-naskah, tetapi rencana tersebut gagal. Pada tahun 1961 di bawah sponsor Unesco, dibentuk sebuah komisi dunia untuk tujuan yang sama. Agenda pertama yang dapat diselesaikan oleh komisi adalah melakukan pemotretan seluruh naskah kemudian mempublikasikan hasil pemotretan itu dalam satu jilid di kota Leiden, Belanda, untuk memberikan kesempatan seluas mungkian kepada para peneliti untuk melakukan peninjauan. Menyusul sesudah itu pembentukan komisi di Amerika Serikat di bawah pengawasan Pakar Teologi James Robinson dan berhasil merampungkan terjemahan naskah dalam bahasa Inggris tahun 1975, menyusul kemudian terjemahan dalam bahasa Jerman dan Perancis.
Naskah-naskah Koptik yang berhasil ditemukan di Nag Hamadi itu sesungguhnya berisi tulisan-tulisan Kristen yang dibuat oleh Jemaat-jemaat yang muncul pada awal abad pertama Masehi, yang dikenat dengan sebutan "Al-Arifin", yang memiliki kemiripan besar dengan Tarikat Sufi pada zaman sekarang. Jemaat Arifin menganut paham "dualisme wujud", jasad dan ruh, kenihilan dan wujud, yang keduanya senantiasa dalam pergulatan sepanjang masa. Jemaat Arifin bercita-cita untuk sampai kepada makrifat yang hakiki yang -dalam pandangan mereka- bukan makrifat yang dicapai melalui eksperimen dan indera karena bersifat jasadi. Namun makrifat yang sesungguhnya adalah mencapai pengetahuan tentang ruh ilahi yang tinggi. Dan tidak akan mampu mencapai derajat ini kecuali melalui makrifat manusia pada diri sendiri. Jemaat Arifin-lah yang mula-mula merumuskan dasar-dasar Ilmu Jiwa, dan inilah alasan Gustaf Young menaruh minat sangat besar pada tulisan-tulisan mereka.
Hingga bisa mencapai makrifat hakikat diri, orang-orang Jemaat Arifin tidak segan-seyan meninggalkan kekayaan dan profesi mereka untuk hidup menyendiri dan hidup sebagai ahli ibadah. Mereka hanya makan sepotong roti kering dan seteguk air. Menurut kepercayaan mereka, makrifat ruhiyah menuntut adanya penundukan jasad dan hawa nafsu hingga mampu mencapai derajat kebeningan jiwa. Sebagian besar waktu dipergunakan untuk beribadah, mambaca tulisan-tulisan Jemaat, atau menulis hal-hal baru dan membacakannya pada pertemuan reguler setiap pekan.
Kendati adanya kesulitan besar untuk mengetahui awal sejarah kemunculan Jemaat Arifin, namun di sana terdapat beberapa petunjuk yang mengarah pada penentuan zaman keberadaan mereka yakni semenjak awal pemerintahan Romawi di Mesir atau akhir abad pertama Masehi. Nama Jemaat Arifin pernah disebut dalam tulisan filosof Yahudi Philo Judaeus, yang menamakan mereka dengan sebutan "Serabite" atau "manusia-manusia fatamorgana". Mereka terkenal mahir mengobati penyakit-penyakit serius dan penyakit-penyakit jiwa dengan mempergunakan ramuan tumbuhan yang mereka tanam di padang pasir.
Dipastikan bahwa kehadiran agama Kristen di Mesir untuk pertama kalinya adalah melalui orangorang Jemaat Arifin ini. Josephus, orang yang pertama kali menulis tentang Sejarah Gereja menyebutkan, orang-orang anggota Jemaat Arifin itulah yang sesungguhnya mewakili Gereja Mesir.
Perpustakaan Jemaat Arfin yang berhasil diketemukan di Nag Hamadi menyimpan Kitab-Kitab Injil yang tidak dikenal sebelumnya, di samping tulisan-tulisan sastera dan filsafat. Sebagaimana dimaklumi bahwa Perjanjian Baru terdiri dari empat Injil yang dinisbatkan kepada Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Injil-Injil inilah yang dinyatakan absah dan diakui oleh Gereja. Namun, berdasarkan pada temuan di Nag Hamadi, dengan jelas dinyatakan bahwa di sana terdapat lnjil-injil lain yang beredar semenjak abad ke-1 hingga abad ke-4 M, di antaranya Injll Thomas -atau Thoma- yang berisi sabda-sabda Almasih, yang sebagian tercantum dalam empat Injil Perjanjian Baru. Ada lagi Injil Maria Magdalena, Injil Orang-orang Mesir, Injil Philip dan Injil-injil yang lain.
Sementara penulisan Injil-Injil Perjanjian Baru berasal dari tahun 70 M, kita mendapati bahwa Injil Thomas ditulis pada dua puluh tahun sebelumnya. Berdasarkan perhitungan waktu ini maka Injil Tomas merupakan Iniil paling tua di antara Iniil-injil yang ada saat ini.
Jemaat-jemaat Kristen awal -khususnya yang berada di Mesir- menganut ajaran yang berbeda dengan ajaran Gereja Romawi semenjak abad ke-2 M. Ketika para Uskup mulai melakukan pembenahan gerakan Kristen berdasarkan ajaran-ajaran kependetaan pada awal abad ke-3 M, mereka mulai - khususnya para uskup Roma- memaksakan ajaran mereka kepada gereja-gereja lain yang jika menolak, mereka akan dianggap melakukan bid'ah dan kesesatan (terkena anathema-pent.).
Nasib gereja-gereja Mesir dalam hal ini, sungguh sangat mengenaskan karena mereka tidak mau tunduk kepada kekuasaan Roma. Pada saat Kaisar Konstantin menyatakan diri sebagai penganut Kristen pada abad ke-4 M, dan Kristen menjadi agama resmi Kekasisaran Romawi, wibawa Gereja menjadi semakin besar dan selanjutnya mengeluarkan maklumat untuk membakar semua tulisan yang bertentangan dengan ajaran Gereja. Pada zaman inilah terjadi tragedi pembakaran rumah ibadah Sarabium di Aleksandria dan sebagian besar manuskrip yang ada di perpustakaan agung Aleksandria ikut terbakar. Inilah barangkali di antara sebab yang mendorong pendeta-pendeta Bachumiyyin di Nag Hamadi untuk menyelamatkan tulisan-tulisan kuno itu, memasukkannya di dalam gentong lalu menyembunyikannya ditempat terpencil.
Perpustakaan Koptik Naga Hamady Meralat Sejarah Jemaat-jemaat Kristen Perdana
Tidak diragukan bahwa kita tidak memperhatikan sejarah negeri kita (Mesir)1) dalam kadar yang cukup. Kita juga tidak ingin mengetahui hal-hal yang ditinggalkan oleh para pendahulu terukir di dinding-dinding atau tertulis dalam manuskri-manuskrip. Oleh karena itu, pada saat diketemukannya perpustakaan lengkap di goagoa Qumran di tepian barat sungai Yordan, kita tidak memberikan kesempatan kepada peneliti-peneliti kita untuk ambil bagian dalam pengkajiannya. Sebaliknya, semua hal itu kita serahkah kepada peneliti-peneliti asing. Alasan yang diberikan untuk melegitimasi tindakan aneh ini bahwasanya sebagian besar manuskrip itu tertulis dalam bahasa Ibrani atau Aramaik, dengan demikian bukan milik kita. Padahal bahasa Aramaik sebenarnya adalah bahasa Suriah kuno sedang bahasa Ibrani adalah dialek Kana'an Palestina yang ditulis dengan huruf Aramaik. Jadi bukan produk Yahudi meskipun merekalah yang terus menggunakannya.
Hari ini, telah berlalu setengah abad sejak diketemukannya perpustakaan lain yang akan mengubah semua yang kita tahu tentang sejarah jemaat-jemaat Kristen perdana. Meski begitu, tidak ada satu orangpun yang memperhatikan peristiwa ini. Juga tidak ada seorangpun yang mengetahui isi perpustakaan yang ternyata berada di tanah kita. Perpustakaan ini ditinggalkan oleh para pendahulu agar kita temukan dan selanjutnya kita bisa mengetahui misi mereka.
Pada bulan Desember lima puluh tahun yang lalu, para petani Mesir secara kebetulan menemukan beberapa jilidan Injil Koptik yang sejak saat itu menjadi perhatian penuh ratusan peneliti diseluruh dunia kecuali kita.
Telah berlalu beberapa tahun sejak dua orang anak Pak Saman menemukan jilidan-jilidan Nag Hamady hingga pejabat purbakala Mesir mengetahuinya. Setelah mengetahui nilai kepurbakalaannya, para petani menyembunyikan manuskrip-manuskrip itu dari pemerintah Mesir dengan harapan bisa menjualnya dan mendapatkan keuntungan materi yang lebih besar. Lalu, ketika manuskrip-manuskrip itu dijajakan dipasar barang antik di Kairo, para petugas badan purbakala Mesir -yang pada saat itu berada dibawah Departemen Pengetahuan- mendengar tentang masalah itu. Untuk itu, mereka membeli jilid pertama yang muncul di pasar dan mereka simpan di museum I
Setelah, secara kebetulan ada seorang ahli kemesiran dengan konsentrasi di bidang bahasa Koptik yang datang ke Mesir. Ketika itu, Jean Dorice yang berasal dari Perancis mengunjungi museum Koptik. Kesempatan itu digunakan oleh Togo Mina, direktur museum untuk menunjukkan satu jilid yang ada padanya dengan maksud agar dia periksa. Semangat Mina kemudian bertambah ketika diberitahu oleh ahli dari Perancis itu bahwa penemuan jilidan semacam ini akan mengubah segala sesuatu yang biasa diketahui mengenai asal mula gerakan Kristen.
Setelah itu, Togo Mina mendesak instansi purbakala Mesir agar membeli semua jilidan yang telah ditemukan dan tidak memperkenankan jilidanjiidan itu untuk keluar dari Mesir. Untuk itu, dia segera melapor kepada atasan-atasannya dan akhirnya masalah itu sampai ke menteri pengetahuan. Setelah mendengar hal itu dia langsung memutuskan untuk membeli semua jilidan yang telah ditemukan untuk disimpan di museum Koptik.
Kemudian, karena menteri pengetahuan tidak bisa menyediakan dana yang cukup untuk membeli seluruh jilidan itu, para petugas purbakala Mesir merampas seluruh jilidan yang ada di tangan para pedagang. Akhirnya bisa dikumpulkan sebanyak 13 jilid yang berisi 52 naskah.
Selanjutnya, para petugas purbakala Mesir menyimpan jilidan-jilidan yang ada di tangan mereka di museum Koptik. Tetapi para pedagang berhasil melarikan banyak bagian dari jilid 13 yang berisi 5 naskah ke luar negeri. Tidak lama kemudian bagianbagian yang dilarikan itu telah dijajakan di Amerika Serikat. Ketika Djails Kesbel, guru besar sejarah agama di Universitas Otris Belanda mengetahui beberapa naskah yang dijajakan itu, segera meyakinkan Yayasan Gustave Yong yang terletak di kota Zurich Swiss untuk membeli bagian-bagian yang dijajakan itu.
Setelah melihat naskah-naskah yang telah dibeli, Kesbel mengetahui ternyata ada bagian yang hilang dari naskah-naskah itu. Untuk itu, dia segera pergi ke Kairo untuk mencarinya. Sesampainya di Kairo dia langsung pergi ke museum Koptik dan mendapatkan foto dari jilidan-jiidan yang tersisa. Setelah itu dia kembali ke hotel. Setelah sampai, dia berusaha menyingkapkan simbol-simbol bahasa Koptik kuno dan mengenali kandungan foto-foto itu. Kemudian terjadilah suatu kejutan besar, ketika peneliti Belanda itu mendapatkan naskah itu dibuka dengan kata-kata berikut ini: "Ini adalah sabda-sabda rahasia yang disampaikan oleh Yesus yang hidup dan dibukukan oleh Dimidius Yudas Thomas."
Setengah abad sebelumnya -di Mesir juga- juga telah ditemukan potongan papirus yang memuat bagian dari Injil Tomas, tetapi tertulis dalam bahasa Yunani. Jadi inilah mula pertama ditemukannya Injil itu dalam wujudnya yang lengkap. Selain itu setelah memeriksa foto-foto yang lain, Kesbel yakin bahwa manuskrip-manuskrip itu terdiri dari 52 naskah yang kesemuanya berasal dari abad-abad pertama Masehi. Di antaranya ada Injil yang belum dikenal sebelumnya, seperti Injil Tomas -atau Tuhutmus dalam bahasa Mesir kuno-, Injil Filip, Injil Kebenaran dan Injil orang Mesir. Di samping itu juga ada beberapa tulisan yang disandangkan kepada para hawary, seperti James - atau Yihmis dalam bahasa Mesir kuno-, Penglihatan Paulus dan surat Petrus kepada Filip.
Selanjutnya, tidak ada perselisihan di kalangan para peneliti mengenai waktu disembunyikannya jilidan-jilidan ini. Yaitu pada pertengahan abad keempat Masehi. Penentuan waktu bisa disimpulkan dari model tulisan yang terdapat di permukaan kertas papirus yang digunakan untuk melapisi bagian dalam sampul kulit berasal dari masa itu. Kemudian pada masa ini pulalah gereja Roma -karena memeluk agama baru- membakari semua perpustakaan yang menyimpan informasi-informasi yang bertentangan dengan ajaran-ajarannya. Di antara yang dibakar itu adalah perpustakaan Iskandariah -termasuk institut teologi Kristennya- yang terletak di kuil Serabium.
Sumber-sumber Koptik mengatakan bahwa Santo Markus yang menulis Injil kedua dari Perjanjian Baru datang ke Iskandariah pada pertengahan abad pertama Masehi. Selanjutnya dia hidup di sana hingga meninggal pada tahun 74 Masehi dan dikubur di kota ini. Sepanjang abad pertama dan kedua, Iskandariah dan perpustakaannya menjadi pusat utama pemikiran Kristen. Ada beberapa sumber sejarah yang mengatakan bahwa pada zaman Masehi, perpustakaan Iskandariah selain menjadi pusat pengkajian Yunani juga menjadi pusat pengkajian filsafat Kristen dan teologi pada masa itu.
Hanya saja, ajaran-ajaran Kristen Mesir tidak sejalan dengan ajaran-ajaran Kristen dalam banyak hal. Bahkan bisa dikatakan bahwa di sana terdapat persaingan pemikiran antara Roma dan Iskandariah demi mendapatkan kepemimpinan dunia Kristen. Persaingan ini bisa dimenangkan oleh pihak Roma hanya karena dominasi politis Roma atas sebagian besar negeri-negeri peradaban kuno.
Hanya saja, telah terjadi perselisihan sengit antarpara peneliti mengenai penentuan waktu penulisan naskah asli dari naskah-naskah yang ditemukan di Nag Hamady itu. Sebagian mereka menyatakan bahwa naskah-naskah itu ditulis sebelum tahun 180 M. Pernyataan ini mereka dasarkan pada pernyataan Uskup Iraneaus, uskup kota Lyon yang menyebutkan bahwa kelompok-kelompok Heretik - demikian pendeta-pendeta Eropa menamakan semua gerakan Kristen yang datang dari Mesir- memiliki sejumlah injil yang pada saat itu sudah menyebar di seluruh wilayah imperium Romawi. Karena buku itu ditulis pada tahun 180 M. maka sudah semestinya injil injil yang dia ceritakan itu sudah ada sebelum waktu ini.
Tetapi ada kelompok lain dari para pengkaji lnjil yang menolak waktu penulisan naskah-naskah Nag Hamadi yang sangat dini itu. Jika tulisan-tulisan ini termasuk tulisan-tulisan heretik dan menyesatkan -sebagaimana dinyatakan oleh gereja Roma- sudah semestinya timbul setelah tulisan-tulisan lain yang dianggap murni dan lurus oleh gereja Roma. Karena injil-injil Perjanjian Baru berdasarkan pendapat yang berlaku saat ini muncul pada waktu yang membentang antara tahun 75 M. hingga pertengahan abad kedua Masehi maka para pengkaji itu menentukan waktu yang lebih kemudian -yaitu sekitar abad ketiga Masehibagi kemunculan tulisan-tulisan Koptik Nag Hamadi. Dan untuk menekankan waktu ini, mereka juga menentukan waktu yang kemudian bagi kemunculan tulisan Koptik itu sendiri.
Hal ini karena ide yang berlaku di kalangan para pengkaji barat bahwa meskipun ajaran Kristen sudah masuk ke Mesir pada abad pertama Masehi
tetapi mereka baru berpindah agama pada abad ketiga. Kelompok pengkaji ini bersikeras mengatakan bahwa kelompok-kelompok Kristen yang ada di Mesir pada abad pertama itu adalah orang Yahudi atau Yunani yang bermukim di Mesir. Dengan demikian tidak akan ada tulisan-tulisan Kristen yang berasal dari waktu yang sangat dini ini dan memakai bahasa Koptik yang merupakan bahasa keseluruhan masyarakat Mesir.
Oleh karena itu -tanpa bukti objektif- para pengkaji barat menentukan waktu penulisan naskah-naskah Nag Hamady itu pada abad ketiga Masehi. Yakni waktu masuknya orang Mesir ke dalam agama Kristen. Nanti kita akan bahas masalah ini sekali lagi untuk mengetahui waktu munculnya tulisan Koptik. Sedang di sini kita cukup menjelaskan alasan-alasan yang dipakai oleh para pengkaji untuk menentukan waktu yang lebih kemudian bagian munculnya tulisantulisan asli jilidan-jilidan Nag Hamady.
Hanya saja, para pengkaji itu menghadapi problem yang serius saat berusaha untuk menentukan waktu penulisan naskah terpenting yang ditemukan di Nag Hamady itu, yakni Injil Thomas. Injil ini berbeda dengan injil-injil lain yang dikenal pada saat ini. Dia tidak memuat cerita atau penuturan peristiwa. Sebaliknya hanya terdiri dari 114 sabda yang disandangkan kepada Isa Almasih. Selain itu, juga sulit menganggap injil ini heretik karena memuat jumlah besar sabda Almasih yang tersebut dalam injil-injil Perjanjian Baru di samping sabda-sabda lain yang tidak tersebut di sana.
Selanjutnya, sabda-sabda Almasih ini juga disebutkan secara langsung, bukan dalam cerita. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa Injil ini lebih lama daripada injil-injil lain. Dengan demikian, ketika pengkaji Belanda Kesbel mengusulkan tahun 140 untuk kemunculan naskah asli dari Injil Thomas, Helmot Cuister -guru besar sejarah Kristen di Universitas Harvard dan pengkaji mutakhir terpenting dalam masalah ini- mengejutkan semua orang ketika menyatakan bahwa naskah asli dari Inji Thomas berasal abad pertama Masehi. Yakni mendahului kemunculan kitab apa pun dari Perjanjian Baru, termasuk suratsurat Paulus dan kitab Kisah Para Rasul.
Selanjutnya, ketika jabatan direktur museum Koptik diduduki oleh Dr. Bahur Labib pada tahun 1952, dia tidak bersemangat untuk cepat-cepat menerbitkan
naskah-naskah Nag Hamady. Hanya saja karena mengetahui ketenaran yang akan dicapai oleh pengkaji yang menerbitkan naskah-naskah ini, memutuskan tidak membolehkan siapa pun untuk melakukannya tanpa seizinnya. Maka penerbitan kandungan perpustakaan Nag Hamady itu terlambat beberapa tahun lagi.
Tapi pada tahun 1961, badan dunia UNESCO meminta diterbitkannya jilidan-jiidan Koptik itu. Dia mengusulkan agar dibentuk panitia internasional yang
akan berkumpul di Kairo untuk melakukan pekerjaan ini. Selanjutnya, panitia yang dibentuk ini memutuskan bahwa langkah pertama untuk menerbitkan naskahnaskah ini adalah mengambil foto-fotonya sehingga bisa digapai oleh setiap pengkaji yang ingin mempelajarinya. Demikianlah yang terjadi, proses pengambilan foto itu segera dimulai dan berlangsung selama beberapa tahun. Antara tahun 1972 hingga tahun 1977 berhasil diterbitkan foto naskah-naskah itu dalam sepuluh jilid. Setelah itu, James Robinson, direktur institut studi sejarah Kristen membentuk panitia internasional untuk mengkaji dan menerjemahkan naskah-naskah perpustakaan Koptik Nag Hamady, suatu hal yang mendorong para mahasiswa sejarah Kristen untuk mempelajari bahasa Koptik, terutama di Universitas Harvard di Amerika.
Perpustakaan Nag Hamady ini pun bukan tulisan-tulisan Kristen kuno yang ditemukan di Mesir dan berbahasa Koptik. Sebaliknya, menjelang habisnya abad kedelapan belas, seorang pelancong Skotlandia membeli manuskrip Koptik di kota Luxor, sebagaimana juga salah seorang penggemar barang antik menemukan manuskrip Koptik pada seorang penjual buku-buku kuno di London. Dari terjemahan tulisan-tulisan itu diketahui berisi dialog antara lsa Almasih dan sekelompok muridnya, di antaranya ada perempuan. Lalu, menjelang akhir abad lalu, salah seorang ahli kemesiran asal Jerman menemukan manuskrip Koptik dijajakan di pasar barang-barang antik di Kairo. Manuskrip ini berisi tulisan yang disebut Injil Maria Magdalena. Di samping tiga naskah lain yang ditemukan dalam kumpulan perpustakaan Nag Hamady setelah itu. Para ahli arkeolog juga menemukan ribuan kertas papirus di berbagai tempat di Mesir sepanjang abad ini (20). Kertas-kertas itu memuat tulisan-tulisan Kristen kuno, meskipun sebagian besarnya ditulisa dalam bahasa Yunani.
Yang tidak bisa diragukan lagi bahwa semua tulisan Kristen tertua yang ada di dunia pada saat ini, termasuk naskah-naskah Perjanjian Baru ada di Mesir. Tidak ada satu naskah pun yang berasal dari tiga abad pertama dan ditemukan di luar Mesir.
Injil-Injil Koptik Tidak Memuat Pengadilan Pilatus Dan Tidak Mengakui Penyaliban
Injil Perjanjian Baru yang empat sepakat bahwasanya Yesus mati disalib atas perintah gubernur Romawi untuk Palestina yang bernama Pontias Pilatus pada tahun tiga puluhan dari abad pertama. Hanya saja, peristiwa ini bukan hanya tidak disebutkan dalam Injil Nag Hamady, tetapi lebih dari itu sebagian darinya malah menyebutnya secara terus terang kemudian mencela orang yang mengatakannya. Dalam injil-injil Koptik yang tidak menyebutkan kisah penyaliban, nama Pilatus tidak disebutkan sama sekali.
Disebutkan dalam Injil Petrus melalui mulut Petrus sendiri:
"Saya melihatnya seolah orang-orang manangkapnya. Aku bertanya, "Apa yang saya Iihat ini tuan? Engkaukah yang diambil oleh mereka itu? , Ataukah mereka memukuli dua telapak dan dua tangan orang lain?' Sang penyelamat berkata kepadaku, '... orang yang mereka paku dua tangan dan telapak kakinya itu adalah pengganti. Mereka meletakkan orang yang menjadi perupanya di dalam kehinaan. lihatlah kepadanya! Lihat juga kepadaku!”
Disebutkan juga dalam buku Set Terbesar melalui mulut Yesus:
"Orang lain... yang merasakan empedu dan cuka.... bukan aku... orang lainlah yang memikul salib di atas pundaknya, juga orang lain yang dipakaikan mahkota duri di atas kepalanya . Aku sendiri beriang gembira di tempat tinggi..... aku menertawakan kehodohan mereka. "
Disebutkan dalam Kisah Yohanes yang ditemukan di Nag Hamady dikisahkan bahwa Yesus pernah bersabda:
"Tidak terjadi pada diriku semua yang dikatakan oleh orang-orang itu. "
Menurut informasi yang tersebut dalam naskah lain dari perpustakaan Nag Hamady yang berjudul Risalah Kiamat, Almasih meninggal seperti layaknya manusia, tetapi ruhnya yang suci tidak mungkin mati.
Meskipun salib juga menjadi lambang Almasih dalam injil-injil Koptik tetapi tidak menunjukkan cara kematiannya. Sebaliknya salib itu melambangkan Almasih yang hidup dengan ruhnya yang tidak akan mati. Maka dari itu, kita mendapatkan salib yang tergambar pada sampul-sampul jilidan-jilidan Nag Hamady bukan salib Roma melainkan "Ankh" kunci kehidupan bagi bangsa Mesir kuno. Dapat dipastikan bahwa salib Mesir ini terus digunakan dalam kalangan jemaat-jemaat Kristen perdana. Bukan di Mesir saja tetapi juga di seluruh wilayah imperium Romawi.
Barang siapa mengunjungi museum Koptik di Kairo akan mendapatkan kunci kehidupanlah yang melambangkan kebangkitan Almasih pada tiga abad pertama. Gereja-gereja Kristen baru menggunakan salib Romawi sejak pertengahan kedua dari abad keempat. Yaitu ketika gereja Roma menguasai gerakan Kristen. Kendati begitu, salib itu baru diterima oleh khalayak Kristen setelah gereja Roma mengumumkan penemuan kayu salib yang diyakini sebagai salib tempat matinya Yesus. Permasalahn ini selanjutnya berkembang pada abad kelima ketika gereja Roma memasang gambar jasad Almasih yang tengah berada di kayu salib.
Buku Perkembangan Injil-Injil karya politikus Inggris, Enock Paul yang terbit akhir-akhir ini menimbulkan goncangan dahsyat saat menyebutkan bahwa kisah penyaliban Romawi itu tidak tersebut dalam naskah asli injil. Saat itu, Paul menerjemahkan ulang Injil Matius dari bahasa Yunani. Kemudian mendapatkan bagian-bagian yang terulang. Hal ini mengisyaratkan bahwa Injil ini telah ditulis kembali pada masa berikutnya."
Peristiwa terpenting yang diulang-ulang itu adalah bagian akhir dari lnjil Matius yang berkaitan dengan pengadilan dan penyaliban Almasih. Si penulis mengamati bahwa kisah pengadilan yang selesai di depan pendeta besar itu segera terulang lagi dengan ungkapan yang sama. Perbedaannya hanyalah bahwa pengadilan yang kedua itu berakhir dengan vonis hukuman mati dengan cara disalib. Dari bagian ini, pengkaji tadi menarik kesimpulan bahwa pemakaian kata-kata yang digunakan dalam pengadilan pertama untuk menuturkan pengadilan kedua, padahal kondisinya telah berubah menandakan bahwa terjadinya pengulangan yang disengaja dan bukan penuturan kejadian baru. Penulis buku tadi selanjutnya mengatakan bahwa keputusan yang pantas dari pengadilan di depan majlis pendeta itu jika benarbenar terbukti bersalah adalah dilempari batu sampai mati (rajam) dan bukan salib.
E. Paul selanjutnya mengatakan bahwa kisah penyaliban yang tersebut dalam injil-injil lain itu berasal dari nukilan yang dilakukan oleh penulispenulis generasi kemudian dari Injil Matius setelah diubah. Kisah ini tidak terdapat dalam sumber lain. Menurutnya, Injil Matius bukan saja Injil pertama tetapi lebih dari itu juga merupakan satu-satunya sumber dari injil-injil yang lain.
Problem yang dihadapi oleh pengkaji adalah bahwa empat injil itu adalah satu-satunya sumber dari peristiwa penyaliban Almasih yang dilakukan oleh orang Romawi. Jika terbukti bahwa riwayat Injil-injil ini ternyata sekadar tambahan dan tidak menggambarkan kejadian historis yang sebenarnya, maka harus dilakukan peninjauan ulang terhadap kisah-kisah yang tersebut di dalamnya.
Hingga saat ini, hampir saja kita tidak memiliki informasi historis yang meyakinkan mengenai kehidupan Almasih sendiri. Sedang keyakinan yang berlaku di masa lalu adalah bahwa para penulis injilinjil itu mencatat kejadian-kejadian dan berita-berita yang mereka saksikan sendiri. Tetapi saat ini terbukti bahwa keyakinan itu tidak betul. Injil pertama yang ada pada kita saat ini baru ditulis sekitar setengah abad setelah terjadinya peristiwa-peristiwa yang ditulisnya. Itu pun belum final. Sebaliknya masih dilakukan perubahan-perubahan selama dua puluh tahun berikutnya.
Kisah penyaliban itu sebagaimana disebutkan dalam injil-injil Perjanjian Baru mengatakan bahwa Yesus dilahirkan di Betlehem pada masa pemerintahan Herodus yang memerintah Palestina selama empat puluh tahun. Berakhir dengan kematiannya pada tahun keempat sebelum Masehi. Setelah kelahirannya, Maria (Maryam) lari ke Mesir untuk menghindari murka sang raja. Melalui ramalan dia mengetahui bahwa Almasih nantinya akan menuntut singgasana Daud.
Sang ibu baru pulang dari Mesir dengan mambawa putranya setelah kematian HerodusMereka pun pulang dan menetap di desa Nazaret di Galilea Palestina Utara. Riwayat itu selanjutnya mengatakan bahwa setelah bayi itu menjadi besar dan mencapai umur tiga puluh tahun pergi ke lembah Yordan. Di sana dia bertemu dengan Yohanes Pembaptis yang kemudian membaptisnya dengan air di tengah sungai.
Setelah itu, Yesus menyepi dan puasa di tengah padang gurun selama empat puluh hari. Di sana dia berperang dengan setan yang merayunya akan diberi kerajaan alam semesta. Tetapi setan gagal dalam misinya, sedang Yesus kembali ke Galilea untuk memilih pengikut setianya yang berjumlah dua belas orang dan memulai dakwahnya. Hal ini menimbulkan rasa iri pendeta-pendeta Saduki dan Farisi terhadap dirinya.
Dalam riwayat selanjutnya, para pendeta marah kepada Yesus saat pergi ke kota Yerusalem pada hari Paskah, masuk rumah suci dan menyerukan ajarannya di sana. Seketika itu juga mereka menyusun konspirasi dan mengirimkan pasukan untuk menangkapnya. Akhirnya dia pun berhasil ditangkap atas bantuan Yudas Iskariot, pengikutnya yang berkhianat. Yesus ditangkap saat sedang beristirahat bersama muridmuridnya di gunung Zaitun yang terletak di sebelah utara kota.
Selanjutnya, interogasi dan pengadilan terus berlangsung sepanjang malam di depan pendeta besar Kayafas. Setelah pengadilan selesai di pagi berikutnya, para pendeta membawa Yesus ke hadapan Pilatus, wali Romawi untuk Palestina. Di situ Almasih diadili lagi. Pilatus bertanya, "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya." Tetapi atas tuduhan yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi jawab apa pun. "Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" Tetapi Ia tidak menjawab suatu kata pun, sehingga wali negeri itu sangat heran."
Seperti dijelaskan dalam riwayat setelah itu Pilatus berusaha membebaskan Yesus dalam rangka hari raya Paskah karena tidak menemukan alasan untuk menghukumnya. Tapi pendeta-pendeta kepala menghasut massa agar menuntut disalibnya Almasih. Dan akhirnya wali negeri pun memenuhi keinginan mereka.
Setelah itu, Almasih diambil oleh tentara. Ketika sampai di sebuah tempat yang bernama Golgotta, mereka memberinya anggur bercampur empedu agar diminumnya. Setelah disalib, mereka mengoyakngoyak pakiannya. Sejak jam enam bumi bumi gelap gulita. Yesus berteriak dengan suara menggema dan akhirnya menyerahkan ruhnya.
Kisah Injil berakhir dengan bangkitnya Yesus dari antara orang-orang mati pada hari ketiga. Jasadnya raib dari kuburnya, tetapi segera muncul kembali dihadapan murid-muridnya. Saat itu dia menyuruh mereka untuk menyebarkan ajaran-ajaran Kristen ke seluruh bangsa.
Inilah kisah Yesus seperti tersebut dalam empat injil Perjanjian Baru. Tapi anehnya kejadian ini sama sekali tidak disebut dalam sumber-sumber sejarah yang sezaman dengan kejadian itu. Baik sumber dari Romawi, Yunani atau Yahudi. Satu-satunya sumber yang menyebutkan Isa Almasih adalah tulisan-tulisan Josephus. Tapi sejak abad keenam belas para peneliti mulai tahu bahwa cerita yang tidak lebih dari beberapa baris ini adalah tambahan kemudian dan tidak terdapat di dalam naskah-naskah asli. Dengang demikian tidak diragukan lagi bahwa sebagian juru tulis Kristen telah menambahkannya pada masa-masa yang lebih kemudian.
Para Pastur Berubah Menjadi Uskup dan Menentukan Mana Ajaran yg Benar dan Ajaran yg Heretik
Sejarah fase pertama gerakan Kristen terbagi ke dalam empat bagian. Yang pertama adalah masa para apostel (hawariyun) -mereka adalah murid-murid urid terdekat Almasih- yang menyebar ke seluruh penjuru dunia untuk menyebarkan ajaran Almasih. Fase ini habis bersamaan dengan kematian Paulus di Roma pada awal tahun enam puluhan abad pertama. Paulus termasuk orang-orang yang meninggal di tangan kaisar Nero yang membakar kota Roma kemudian menuduhkannya kepada orang-orang Kristen.
Fase kedua yang disebut dengan fase para pastur bermula ketika jemaat-jemaat Kristen menyebar dengan cepat di seluruh wilayah imperium Romawi. Tetapi penyebaran itu tidak teratur.
Fase ketiga bermula sejak akhir abad kedua ketika jemaat-jemaat Kristen terbagi ke dalam pendeta dan anggota. Bahkan jemaat Kristen ini pecah dari dalam, ada beberapa golongan yang memisahkan diri karena menolak institusi para pendeta kemudian membentuk gerakan-gerakan balik, terutama di Mesir, Syam dan Anatolia.
Adapun fase keempat dimulai sejak paroh kedua abad keempat, yaitu ketika agama Kristen telah menjadi agama resmi bagi imperium Romawi. Saat itu kekuasaan gereja Roma meluas hingga mencakup seluruh wilayahnya. Di sini gereja berubah menjadi lembaga yang teratur dan menggunakan kekuasaan negara untuk menghabisi jemaat-jemaat yang tidak sepaham. Di samping juga bisa mempengaruhi kehidupan politik bahkan mengendalikannya.
Sekarang tampak jelas bagi kita dari penemuanpenemuan arkeologi terkahir -terutama di Nag Hamady- bahwa di sana terdapat tulisan-tulisan yang tersebar dari kalangan umat Kristen pada permulaan zaman Masehi, tapi kemudian hilang sama sekali. Jemaat-jemaat Kristen perdana itu tidak terorganisir secara rapi. Mereka tidak memiliki pemimpin atau pendeta yang memimpin kebaktian atau menentukan cara menafsiran teks suci dan mengamalkannya. Sebaliknya, tiap orang dari mereka, baik laki-laki maupun perempuan- berhak menyampaikan khutbah di depan jemaat saat berkumpul dan berhak juga untuk menafsirkan berbagai sisi dogma Kristen. Dari sini timbullah banyak golongan pada masa itu.
Pada fase pertama gerakan Kristen, yaitu fase di mana para murid Almasih menyebarkan dakwah,
jemaat-jemaat Kristen baru terbentuk dari kelompok campuran. Semuanya ikut serta dalam ritual peribadatan tanpa perbedaan. Pada fase ini, juga tidak ada pendeta.
Tapi karena ada beberapa ritual peribadatan yang memerlukan seorang pembimbing atau pemimpin seperti prosesi pembaptisan dengan air, perayaan paskah dan perayaan hari kebangkitan biasanya halhal semacam ini dilakukan oleh anggota jemaat yang paling tua. Lalu bersamaan dengan perjalanan waktu, para pastor mengubah peran mereka dalam jemaat Kristen menjadi peran pemimpin. Di samping itu mereka juga menegaskan wewenang mereka dalam menafsirkan teks suci -bahkan menambahinya- dan akhirnya mengharamkan seluruh anggota jemaat untuk keluar dari ajaran-ajaran mereka atau berbeda dalam menafsirkannya. Kemudian, mulai pertengahan abad kedua Masehi para pastor mulai melancarkan kritikan-kritikan mereka kepada orang-orang yang memiliki pendapat beda. Mereka ini diberi pilihan: mematuhi ajaran-ajaran itu atau meninggalkan gereja.
Dari sini timbul perpecahan besar di dalam tubuh jemaat-jemaat Kristen yang ditindas oleh orang Romawi pada masa itu. Para pastor ini segera menentukan apa saja yang harus diterima oleh para anggota dan mengumumkan dekret kesaksian yang harus diumumkan oleh setiap orang Kristen agar diterima ke dalam jemaat ortodoks (mengikuti jalan yang benar) dan Katolik (yakni universal). Hanya saja, ada beberapa jemaat Kristen yang menolak redaksi kesaksian itu, terutama jemaat-jemaat yang ada di Mesir. Bahkan jemaat-jemaat ini tidak mengakui wewenang para pastor. Wewenang itu menurut mereka didapat dengan cara merampas. Ketika itu, para pastor mengumumkan bahwa semua orang yang menolak kekuasan mereka adalam kelompok heretik dan menyimpang dari jalan ortodoks yang benar.
Dalam hal ini, Uskup Irenaeus, pendeta kota Lyon adalah orang pertama yang menerbitkan buku yang terdiri dari lima jilid pada tahun 189 M. Dalam buku itu dia menyerang kelompok-kelompok penolak kekuasaan para pendeta. Setelah itu dia menyeru untuk melenyapkan segala sesuatu yang bernama ma'rifat (pengetahuan). Dalam mukadimahnya dia mennyebutkan bahwa alasan penulisannya ini adalah: "untuk menjelaskan pendapat-pendapat orang-orang yanq pada saat ini mengajarkan bid'ah... juga untuk memperlihatkan bahwa pernyataan-pernyataan mereka kontradiktif denqan fakta, selain tidak masuk akal... saya melakukan ini aqar kalian semua mau menganjurkan orang-oranq yang kalian gauli agar menghindari kekafiran dan kegilaam semacam ini. "
Irenaeus selanjutnya menyebutkan bahwa di antara kitab-kitab palsu itu adalah lnjil Hakikat yang ditemukan salah satu naskahnya di perpustakaan Nag Hamady. Lima puluh tahun kemudian Hypholitus - seorang guru di Roma- menerbitkan sebuah buku yang berjudul Penyalahan Kelompok Heretik untuk menyingkapkan- kepalsuan kaum heretik (pembuat bidah). Untuk menjelaskan mana yang dianggap benar dan mana yang dianggap heretik, pertama-tama mereka menentukan dogma-dogma yang mereka anggap palsu lalu membuat kaedah-kaedah berpikir yang benar.
Sejak saat nama Arifin (orang-orang yang mengerti) dipakai untuk menyatakan orang-orang yang keluar dari ajaran-ajaran para pastor akibat mencari pengetahuan. Hanya saja, pengetahuan yang dimaksud di sini bukanlah pengetahuan rasio atau inderawi, tetapi yang dimaksud adalah sejenis penglihatan rohani yang bertujuan untuk mengetahui ruh ilahi dengan cara mengenali diri. Pengetahuan terhadap diri sendiri bagi kaum Arifin adalah jalan untuk mengetahui Tuhan, di mana jiwa manusia menurut mereka adalah bagian dari ruh ilahi.
Kelompok Arifin ini berbeda dengan para uskup dalam beberapa sisi yang cukup mendasar. Sementara para pastor mengatakan bahwa Yesus adalah anak Tuhan yang mempunyai tabiat yang berbeda dengan tabiat manusia lain, lnjil Tomas mengatakan bahwa setiap orang yang bisa mendapatkan pengetahuan yang sebenarnya akan menjadi seperi Yesus.
Yesus bersabda (kepada Thomas): 'Aku bukan tuanmu, karena engkau telah minum, ... tiap orang minum dari mulutku akan menjadi mirip denganku, akan tersingkapkan baginya segala sesuatu yanq tersembunyi. "
Dalam tulisan-tulisan Nag Hamady, Yesus tidak pernah berbicara mengenai kesalahan dan ampunan kepada murid-muridnya sebagaimana yang dilakukan oleh para pastor. Sebaliknya, yang dibicarakan oleh Yesus adalah masalah kebodohan dan pengetahuan. I
Ketika kaisar Kostantin memeluk agama Kristen pada pertengahan pertama abad keempat Masehi, agama baru ini menjadi agama resmi negara. Bersamaan dengan itu, para pendeta yang sebelumnya dikejar-kejar petuyas berubah menjadi para pemimpin yang mengeluarkan perintah kepada mereka. Saat itu para pendeta menggunakan wewenang baru mereka untuk menghabisi kelompok-kelompok yang tidak sejalan dengan ajaran-ajaran mereka. Untuk itu, mereka mengeluarkan perintah untuk mengharamkan buku-buku yang menyimpang kemudian membakarnya, sedang kepemilikannya dianggap sebagai kejahatan yang mendapatkan sanksi hukum. Dalam hal ini perpustakaan Iskandariah adalah salah satu instansi yang dibakar atas perintah para pendeta Roma pada paroh kedua abad keempat, yakni waktu disembunyikannya jilidan-jilidan Nag Hamady di Mesir Selatan. Para biarawan Mesir yang tinggal di biara Santo Bakhumis di wilayah Nag Hamady mengetahui tingkat bahaya yang mengancam mereka dan bukubuku ini. Mereka tidak ingin jika buku-buku tersebut dilalap api. Maka buku-buku itu pun mereka simpan di datam gentong besar yang mereka sembunyikan di antara kuburan-kuburan leluhur.
Ketika para ahli fikih dari kelompok Arifin menolak otoritas para pendeta karena tidak bersandar pada ajaran Almasih atau murid-murid perdananya, gereja Roma menyebarkan cerita fiksi yany mengatakan bahwa Santo Petrus setelah menghilang dari Yerusalem pada pertengahan abad pertama, dia pergi ke Roma dan memberikan mandat kepada para pasturnya agar menjadi wakil Yesus di atas bumi. Cerita ini muncul pertama kali pada abad kedua dalam bentuk kisah mitologis. Tapi segera berubah menjadi bagian utama dari sejarah gereja Roma. Pada zaman modern ini -abad dua puluh- Vatikan melakukan penggalian di bawah gedung utama di Roma dan tidak lama setelah itu keluar pengumuman bahwa penggalian itu telah menemukan tulang-belulang Santo Petrus. Terlepas dari benar dan tidaknya peristiwa ini, para pendeta berhasil memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan mereka. Pada abad pertengahan mereka bahkan sangat keterlaluan dalam menggunakan surat izin melalui penerbitan kupon pengampunan atas nama Yesus.
Strategi para uskup Roma berhasil menghabisi seluruh tulisan yang berbeda dengan ajaran-ajaran mereka. Keadaan ini terus bertahan dalam rentang waktu yang sangat panjang. Baru berhenti saat diketemukannya perpustakaan Koptik Nag Hamady di Mesir Selatan setengah abad yang lalu. Jadi selama 19 abad tidak ada informasi tentang jemaat-jemaat Kristen perdana yang telah punah selain yang berasal dari tulisan-tulisan para uskup. Tapi penemuan perpustakaan Nag Hamady itu telah membuka jalan untuk mengetahui keyakinan-keyakinan Kristen yang tersebar sepanjang dua abad pertama Masehi.
Mansukrip Nag Hamady:
Kapan Bahasa Koptik Pertama Kali Muncul dan Mengapa Ditutup-tutupi?
Heroglif adalah jenis tulisan pertama yang muncul di Mesir sejak sekitar 5300 tahun yang lalu. Jenis tulisan ini didasarkan pada penggunaan sejumlah lambang yang diambil dari gambar manusia, hewan dan benda mati. Karena jenis tulisan ini memerlukan kecermatan dan waktu yang lama untuk sekadar menuliskan teks yang pendek saja, maka hanya digunakan dalam urusan rumah ibadah dan kuburan. Setelah Heroglif, muncul jenis tulisan yang lebih sederhana, biasa disebut dengan Herotik. Tulisan Herotik hanya mengambil bagian dari huruf Heroglif untuk melukiskan huruf itu. Cara inilah yang biasa digunakan dalam lembaran-lembaran papirus untuk mencatat urusan-urusan negara dan individu. Pada masa-masa akhir dari sejarah Mesir kuno muncul lagi jenis tulisan yang lebih sederhana lagi, disebut dengan Demotik. Pada masa-masa selanjutnya jenis ini mampu menggantikan jenis Herotik dalam penulisan lembaran-lembaran papirus.
Hanya saja, sejak berdirinya rezim Ptolemeus pada abad ketiga sebelum Masehi, bahasa Yunani juga digunakan secara berdampingan dengan bahasa Mesir kuno dalam penulisan. Hal ini, karena keluarga kerajaan berasal dari Yunani. Selain itu, bahasa Yunani juga menjadi bahasa Internasional pada masa itu, persis seperti bahasa Inggris pada zaman kita ini. Hal ini disebabkan dominasi Yunani atas sebagian besar kerajaan-kerajaan kuno. Pada masa itu, para penulis Mesir harus belajar bahasa Yunani di samping bahasa asli mereka. Suatu hal yang memunculkan sebuah kelas masyarakat yang menguasai dua bahasa itu sekaligus, seperti terlihat pada prasasti Rosetta yang sangat terkenal.
Kemudian muncul lagi jenis tulisan baru pada saat orang Mesir berusaha menuliskan bahasa mereka dengan huruf Yunani. Jenis inilah yang di kemudian hari dinamakan dengan huruf Koptik. Huruf-hurufnya adalah huruf-hurufnya Yunani ditambah tujuh huruf dari abjad Mesir kuno. Meskipun sudah ditemukan ribuan naskah Koptik dan sekarang sudah tersebar luas di seluruh museum dunia, sejarah munculnya bahasa ini masih diliputi misteri.
Sangat masuk akal jika kita membayangkan bahwa bahasa ini muncul di tengah-tengah bangsa Mesir pada waktu keluarga kerajaan mempunyai darah Yunani sehingga bahasa ini menjadi bahasa resmi kerajaan. Namun demikian, para peneliti mutakhir bersikeras mengembalikan sejarah bahasa
Koptik ini ke abad ketiga Masehi. Yakni dua abad setelah rezim Ptelomeus dan negara Mesir sudah berpindah ke rezim Romawi. Alasan utama untuk menentukan kemunculan bahasa Koptik pada masa yang cukup akhir ini tidak berlandaskan pada fakta historis tertentu atau bukti yang mempunyai unsur kesejarahan. Sebaliknya penentuan itu hanya berdasarkan pada satu alasan yang berkaitan dengan tersebarnya agama Kristen di kalangan rakyat Mesir. Keyakinan yang berlaku di kalangan para peniliti - berlandaskan pada sumber-sumber gereja Romawiadalah bahwa orang-orang Mesir baru memeluk agama Kristen pada abad ketiga. Hal itu karena naskah-naskah Koptik itu hanya tersebar di kalangan masyarakat Mesir. Dengan demikian, rasanya tidak masuk akal jika tulisan-tulisan ini muncul sebelum orang Mesir memeluk agama Kristen. Alih-alih menerima bukti arkeologis dari naskah-naskah yang ditemukan -lantas mengakui penyebaran lebih dini ajaran Kristen di Mesir - para peneliti barat malah mengembalikan sejarah munculnya bahasa I
Meskipun Joseprus, uskup Kaesarea di Palestina menyebutkan dalam bukunya tentang sejarah gereja yang dia tulis pada abad keempat bahwa Santo Markus, penulis Injil kedua dari Perjanjian Baru adalah pendiri gereja pertama di Iskandaria (Alexandria), para peneliti Barat bersikeras mengatakan bahwa gereja ini hanya untuk orang Yahudi dan Yunani dan bukan untuk orang Mesir. Sedangkan umat Kristen Mesir Koptik sendir menganggap Santo Markus sebagai pendiri gereja mereka. Mereka mengatakan bahwa dirinya mati terbunuh di Iskandaria pada tahun 63 M. Jasadnya dikuburkan di bawah mezbah Patriarch Iskandaria. Tetapi beberapa abad kemudian, orang-orang Romawi mengambil tulang-belulangnya lalu dikuburkan lagi di bawah gereja Santo Markus di kota Venecia. Saya pribadi tidak tahu kenapa orang-orang barat itu ngotot untuk mengatakan bahwa Markus ini bukan orang Mesir tetapi orang asing yang datang ke Mesir dan hidup di Iskandaria. Padahal tidak ada informasi mengenai kelahirannya di tempat lain atau mempunyai hubungan dengan kota lain. Sangat wajar jika seorang manusia di hari-hari tuanya hidup di kampung halamannya.
Josephus malah menentukan tanggal kedatangannya ke Mesir, yaitu pada awal pemerintahan kaisar Romawi Claudius. Yakni awai tahun empat puluhan dari abad pertama. Saat itu, Paulus belum memulai perjalanan-perjalanan pekabarannya. Atas dasar ini, gereja Mesir berarti lebih tua daripada mayoritas gereja yang muncul di wilayah-wilayah Romawi lain, termasuk gereja Roma. Bahkan kitab Kisah Para Rasul membahas keberangkatan para pekabar Kristen dari Mesir untuk menyiarkan agama Kristen ke seluruh wilayah kerajaan Romawi. Disebutkan dalam fasal delapan belas bahwasanya seseorang yang bernama Apolos tiba di kota Efesus. Dia ini berasal dari Iskandaria, fasih berbicara, pandai menulis, memahami jalan Tuhan, semangat, berbicara, mengajar dengan sangat jeli segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Dengan terang-terangan menyatakan dengan tulisan di depan jemaat Yahudi bahwa Yesus ini adalah Mesiah."
Hal pertama yang harus diketahui mengenai asal-usul gereja Mesir dan sampai di mana penindasan yang mereka derita, pertama dari orang-orang Romawi pagan kemudian dari tangan gereja Roma. Agar ibu kota imperium Roma juga menjadi ibu kota agama baru, maka para uskupnya melakukan penindasan terhadap jemaat-jemaat Kristen di Mesir dan menuduh mereka kelompok heretik (bid'ah). Tidak diragukan lagi bahwa siksaan yang diderita oleh umat Koptik Mesir di tangan gereja Roma adalah lebih berat daripada yang mereka terima sebelumnya. Inilah barangkali sebabnya kenapa mereka menyambut tentara Islam saat tiba di Mesir pada tahun 640 M. di bawah pimpinan Amr bin `Ash setelah mengusir tentara Romawi dan mengembalikan gereja-gereja Mesir kepada uskup-uskup Koptik.
Hanya saja, di sana terdapat beberapa masalah dalam tulisan-tulisan Nag Hamady yang memerlukan sedikit waktu untuk memahami maksudnya. Terdapat perbedaan pokok antara keyakinan-keyakinan jemaatjemaat Arifin Kristen perdana dengan keyakinankeyakinan yang beredar saat ini. Dalam tulisan-tulisan Nag Hamady tidak terdapat suatu hal yang menunjukkan bahwa Isa Almasih lahir di Betlehem atau kelahirannya berkaitan dengan pemerintahan Herodus. Bahkan tidak pernah tersebut dalam tulisan tulisan Nag Hamady yang berjumlah 52 risalah, bahwa Almasih pernah mengunjungi kota Yerusalem dan bertemu dengan Yohanes pembaptis di sungai Yordan. Juga tidak ada bukti bahwa jemat-jemaat Arifin perdana itu mengetahui bahwa Yesus berasal dari Nazaret atau bahwa dirinya seorang tukang kayu, penangkap ikan atau apa saja. Selanjutnya, menurut tulisan-tulisan itu jumlah murid Almasih lebih dari dua belas orang. Yang menarik, di antara tulisan-tulisan itu ada yang menyebutkan bahwa sebagian murid Yesus itu berasal dari Mesir dan bukan dari Yahudi Palestina, seperti Thomas atau Tuhutmus, penulis sabda. Di dalam tulisan-tulisan itu, Maria Magdalena tidak termasuk orang yang berdosa, tetapi murid kesayangan Yesus yang cintanya kepadanya melebihi cintanya kepada siapa pun dari murid-muridnya. Dalam perpustakaan Nag Hamady ini, dia bahkan memiliki Injil khusus yang dinamakan dengan namanya.
Lebih penting dari ini, adalah pengingkaran jemaat Arifin terhadap kisah penyaliban Romawi terhadap Yesus dan pemakaian kunci kehidupan Mesir sebagai lambang kebangkitannya. Mereka mengatakr. bahwa Yesus tidak menampakkan diri di depan para murid dalam wujud jasad, tetapi penampakannya itu adalah penampakan rohani.
Di akhir kajian tentang perpustakaan Nag Hamady ini saya mengharapkan para sarjana dan intelektual Arab agar ikut serta dalam kajian dan penelitian yang berhubungan dengan sejarah dan warisan budaya mereka dan jangan hanya menjadi sekadar penonton yang tidak memiliki peran apa-apa dalam penulisan sejarah kita.
Akhirnya, buku ini saya tutup dengan dua sabda Yesus yang tersebut dalam Injil Thomas, yaitu:
Yesus bersabda: "Seorang peneIiti teruslah meneliti hingga menemukan! Dia pasti menjadi sibuk setelah menemukan. Dan setelah menemukan dia akan kagum Saat itu dia akan menghukumi semua orang. "
Yesus bersabda: "Lihatlah kerajan di langit, niscaya burung-burung langit akan mendahuluimu ke sana. Jika mereka mengatakan kepadamu: "Kerajaan itu ada didalam air; niscaya ikan-ikan akan mendahuluimu ke sana. Kerajaan itu berada di dalam dirimu.... ketika kalian semua mengenali diri kalian saat itu kalian akan menjadi mengerti (Arifin) ... Tetapi, jika kalian tidak mengenalinya, kalian akan hidup dalam kefakiran, bahkan kalian adalah kefakiran itu sendiri. "