Searching...

Moeslim Nationaal Onderwijs

Oleh: Dala Mukti


“…………..Anak-anakku semuanya, kalau kamu sudah dapat pendidikan Islam dan kalau kamu sudah sama dewasa, ditakdirkan Allah SWT yang maha luhur, kamu dijadikan orang tani, tentu kamu bisa mengerjakan pertanian secara Islam; kalau kamu ditakdirkan menjadi saudagar, jadilah saudagar secara Islam; kalau kamu ditakdirkan menjadi prajurit, jadilah prajurit menurut Islam; dan kalau kamu ditakdirkan menjadi senopati, jadilah senopati secara perintah Islam. Hingga dunia diatur sesuai dengan azas-azas Islam…………………………..” Amanat Alm HOS Tjokroaminoto kepada murid murid sekolah Jogjakarta, 24 Agustus 1925
Dewasa ini Pendidikan Nasional telah menuai prestasi yang belum pernah dicapai oleh era sebelumnya, barangkali…….. Sekolah sekolah bertaraf internasional bermunculan di mana-mana, baik itu negeri maupun swasta. Walaupun banyak yang berkeluh kesah bahwa ini merupakan suatu program pengkastaan pendidikan, menjadikan pendidikan sebagai suatu komoditas, tak urung sekolah sekolah ini telah melahirkan lulusan yang memiliki kelebihan dari lulusan pada umumnya. Walaupun lulusan tersebut hanya segelintir saja dari seluruh prosentase lulusan di Indonesia, umumnya hanya kelompok yang yang memiliki kelebihan dari segi finansial karena seperti kita ketahui biaya untuk dapat memperoleh pendidikan di sekolah tersebut sangatlah besar. Namun demikian, satu dua masih ada sekolah yang memberikan penekanan pada prestasi murid, bukan pada kemampuan membayar uang sekolah, seperti misalnya Sekolah Bani Hasyim di Malang. Pula pencapaian prestasi murid-murid kita dalam Olympiade Internasional patut kita acungi jempol. Namun……. Satu hal yang membuat gamang penulis adalah prestasi prestasi tersebut lebih kepada hal-hal yang bersifat kognitif.
Balai Pendidikan dan Pengajaran Tjokroaminoto Pada sekitar tahun 1930an banyak berdiri Balai Pendidikan dan Pengajaran Tjokroaminoto. Sekolah ini didirikan oleh afdeling afdeling (cabang) Partai Syarikat Islam Indonesia. Tidak saja mengajarkan kepandaian akal namun juga mendidik dan menanamkan keutamaan budi pekerti, kemerdekaan dan kesholehan serta lain-lainnya. Kurikulum BPP Tjokroaminoto, berangkat dari satu tulisan yang berjudul “Moeslim Nationaal Onderwijs” karangan Jang Oetama HOS Tjokroaminoto (ket pen.- Majelis Tahkim (Kongres Nasional) PSII ke 21 pada tahun 1935, memutuskan memberikan gelar “Jang Oetama” pada HOS Tjokroaminoto – untuk selanjutnya saya tulis marhum jang oetama)
Marhum jang oetama mengatakan : “Dimana asas-asas Islam itu adalah asas asas yang menuju Democratie dan Socialisme (Socialisme sejati menurut Islam), dan asas asas itu juga menuju maksud akan mencapai cita-cita kemerdekaan Ummat dan Kemerdekaan Negeri Tumpah Darah, maka kalau kita kaum Muslimin mendirikan sekolah-sekolah kita sendiri, tak boleh tidak pengajaran yang diberikan didalamnya haruslah pengajaran yang mengandung pendidikan akan menjadikan Muslim yang sejati dan bersifat nasional dalam arti kata : Menuju maksud akan mencapai cita cita kemerdekaan Ummat.”
Moeslim Nationaal Onderwijs Pada tahun 1925, marhum jang oetama menulis suatu buku yang berjudul Moeslim Nationaal Onderwijs. Buku ini menerangkan bahwa Pendidikan dan Pengajaran bagi kaum muslimin di Indonesia, selain mengajarkan kepandaian aqal, harus pula menanamkan asas asas Islam, antara lain:
1. Menanamkan benih kemerdekaan dan benih demokrasi. Yang telah menjadi tanda kebesaran dan tanda perbedaan Ummat Islam besar pada zaman dahulu.
Dalam majalah “Sendjata Pemoeda” , sebuah majalah intern barisan pemuda PSII, SIAP (Syarikat Islam Afdeling Padvinderijs/ Angkatan Pandu) dan Pemuda Muslimin Indonesia, marhoem jang oetama mengatakan, “Tidak bisa manusia menjadi utama yang sesungguh-sungguhnya, tidak bisa manusia menjadi besar dan mulia dalam arti kata yang sebenarnya, tidak bisa ia menjadi berani dengan keberanian yang suci dan utama, kalau ada banyak barang yang ditakuti dan disembahnya. Keutamaan, kebesaran, kemuliaan dan keberanian yang sedemikian itu, hanyalah bias tercapai karena “TAUHID” saja, tegasnya menetapkan lahir bathin : tidak ada sesembahan selain Allah sahaja………”
Sekitar awal tahun 1970an, penulis sempat bertemu dengan putera marhum jang oetama, yakni H. Anwar Tjokroaminoto. Dari beliau penulis mendapat ceritera bahwa, ketika beliau mendapatkan ijasah sekolah, beliau dengan bangga mempertunjukkan ijasahnya pada ayahandanya, marhum jang oetama HOS Tjokroaminoto. Sejenak marhum jang oetama memperhatikan ijasah tersebut kemudian berkata : “Kalau kamu mau memburuh, maka sebaik baik majikan adalah Allah ta’ala”. Selepas habis mengucapkan kalimat tersebut, marhum jang oetama lantas merobek robek ijasah yang masih hangat, baru didapatkan puteranya H. Anwar Tjokroaminoto.
Berbagai perasaan berkecamuk dan bergumul dalam diri Anwar muda, kaget, cemas, sedih, marah, kecewa bahkan takut !. Ingin menangis namun air mata tidak keluar, ingin marah namun bakti pada orang tua mencegahnya. Kemudian marhum jang utama menugaskan Anwar untuk membangun Partai Syarikat Islam Indonesia di Sumatera. Anwar di tempatkan di Manggala, suatu daerah terpencil di Lampung, saat itu masih berupa hutan, membangun pemukiman dan mendirikan afdeling (cabang) Partai (syarat pendirian afdeling minimal sepuluh orang anggota bai’at/ anggota yang sudah paham nilai-nilai perjuangan partai). Begitu pula kejadiannya dengan putera marhum jang oetama lainnya yakni H.Harsono Tjokroaminoto, beliau kemudian ditugaskan di Bolaang Mangandauw Sulawesi Utara.
2. Menanamkan benih keberanian yang luhur, benih keichlasan hati, kesetiaan dan kecintaan kepada yang benar (haq), yang telah menjadi tiap tiap orang dan tabiat masyarakat Islam pada zaman dahulu;
3. Menanamkan benih peri kebathinan yang halus, keutamaan budi pekerti dan kebaikan perangai, yang dulu telah menyebabkan orang Arab penduduk laut pasir itu menjadi bangsa tuan yang halus adat lembaganya dan menjadi penanam dan penyebar keadaban dan kesopanan;
W. Wondoamiseno menceritakan bahwa marhum jang oetama memberi wejangan kepada sekalian kader-kadernya termasuk W Wondoamiseno sebagai berikut: “Kalau kamu mau menjadi pemimpin rakyat yang sungguh-sungguh, lebih dahulu kamu harus cinta betul betul kepada rakyat, , korbankanlah jiwa raga dan tenagamu untuk membela kepentingan rakyat seperti membela dirimu sendiri, sebab kamu adalah satu bagian daripadanya. Dan cintailah kepada kebenaran dalam segala usahamu, tentu Allah akan menolong kamu. Jangan sombong dan jangan bercidera janji. Jangan membeda-bedakan bulu, barangsiapa datang kepadamu terimalah dengan baik dan hormat, meski fakir dan miskin sekalipun. Kalau kebetulan kamu tidur, bangunlah dengan hati yang ikhlas, jangan menyesal sekalipun yang datang tidak membawa rejeki bagimu. Percayalah Allah sifat murah dan kasih sayang pada hambanya. Tetapi…….. kalau kamu berhadapan dengan lawan , baik siapa dan dari bangsa apapun juga, harus kamu tunjukkan sikap sebagai satria yang gagah berani, janganlah sekali-kali suka merendahkan diri. Seorang pemimpin harus mempunyai rasa perasaan bahwa dirinya lebih tinggi dan lebih berharga derajatnya dalam pandangan rakyat dan juga dalam pandangan Allah. Percayalah ………….. Allah tidak akan sia siakan segala usahamu sebagai pemimpin rakyat, asal hatimu jujur dan ikhlas. Insya Allah pengaruh akan datang dengan sendirinya. Ilmu boleh kamu cari, tapi kepercayaan adalah tergantung atas kejujuran dan keichlasan hatimu sendiri. Kalau kamu berjanji tepatilah, jangan bercidera !”.
4. Menanam benih kehidupan yang shaleh sebagai yang dulu telah menjadi sebab mashur nama Ummat Islam; Lebih lanjut lihat karya marhum jang oetama berjudul “Reglement Umum bagi Ummat Islam”
5. Menanamkan rasa kecintaan terhadap tanah tumpah darah dengan jalan mempelajari cultur dan adat istiadat bangsa sendiri.
Banyak orang yang tidak tahu dan tidak mengira bahwa marhum jang oetama adalah juga seorang seniman. Beliau adalah seorang yang ahli dalam seni karawitan. Pandai menabuh gamelan dan memainkan kendang. Bahkan tari jawa yang sangat tinggi nilai seninyapun dikuasainya. (tari jawa merupakan syarat kelulusan bagi murid-murid OSVIA dari kalangan priyayi) Beliau sering ikut dalam pertunjukan wayang orang, memerankan tokoh idolanya yakni Hanoman. Dalam lakon Ramayana kerap dipertunjukkan perkelahian antara Hanoman dan Raja Dasamuka. Raja Dasamuka (sepuluh muka) dalam ibaratnya adalah sang Kapitalisme angkara murka. Siapapun lawan yang dihadapinya pasti akan dilibas habis; semua manusia dijajah olehnya. Namun ketika berhadapan dengan Hanoman, dapatlah dipatahkan kekuatannya sehingga rebahlah sang Raja Dasamuka bahkan hingga menemui ajalnya.
Seperti keinginan beliau yang diungkapkan dalam buku tafsir program azas dan program tandhim yaitu rebahnya internasional kapitalisme dan internasional imperialisme Selain kepada seni tari dan seni gamelan, tiada kurang pula minat dan perhatian beliau akan seni suara. Tembang jawa, atau yang dikenal dengan Mocopat sangat disukainya. Bahkan di usia tuanya setelah beliau menjadi pemimpin ummat yang besar, beliau masih suka menembangkan mocopat dikala senggang. Tembang jawa, biasanya mengandung kiasan, petuah ataupun sindiran. Indah susunan katanya, berirama lemah gemulai, tetapi mengandung isi yang dalam, tak jarang merupakan sindiran yang tajam. Benar-benar merupakan suatu karya sastra yang tinggi nilai seninya.
Perhatikan pula cara berpakaian beliau. Pada masa itu cara berpakaian memeperlihatkan setiap kelas dalam masyarakat. Sarung adalah pakaian kaum santri yang termasuk dalam kelas inlander, beskap dan kain panjang adalah pakaian untuk kaum priyayi, sedangkan dasi dan jas adalah pakaian untuk bangsa eropa. Marhum jang oetama lebih sering mengenakan beskap yang dipadu dengan kain sarung dimana untuk tutup kepalanya beliau mengenakan peci (beliau tidak pernah lepas dari tutup kepala-pen). Lain waktu dikala harus hadir dalam pertemuan dengan kalangan penguasa (seperti dalam volksraad) beliau mengenakan dasi namun tutup kepalanya blangkon. Alm Moh Roem menyebut cara berpakaian beliau sebagai revolusioner. Demikianlah cara berpakaian beliaupun mempertunjukkan kecintaan beliau pada rakyat dan negera tumpah darah Indonesia. Penutup
Pendidikan sebagai suatu anasir dari sebuah kebudayaan, bahkan sebagai salah satu pilar dari peradaban, sangat diperhatikan oleh marhum jang oetama. Kita dapat melihat dalam tulisan tulisan beliau seperti “Culture dan Adat Islam” dan juga dalam karya masterpiece beliau “Tafsir Program Azas dan Program Tandhim” Sejatinya masih panjang ulasan tentang “Moeslim Nationaal Onderwijs” Namun terus terang penulis sudah mengantuk.
Namun ingin penulis sampaikan wejangan beliau yang ditulis dalam buku “Islam dan Socialisme” sebagai berikut: “………………kalau ada orang Islam mendirikan sekolahan (madrasah) tinggi, pertengahan atau rendah, dengan cuma memberi pengajaran untuk kepandaian ‘aqal saja, tetapi di dalam hatinya anak-anak tidak ditanamkan benih kemerdekaan dan benih democratie, yang menjadi tanda kebesaran dan tanda perbedaannya Ummat Islam besar pada zaman dulu itu, dan di dalam hatinya anak-anak tidak pula ditanamkan benihnya keberanian yang luhur, keichlasan hati, kesetiaan dan kecintaan kepada barang yang benar, yang telah menjadi tabi’atnya pergaulan hidup Islam bersama pada zaman dulu, — dan murid-murid tidak juga diberinya pengajaran yang mendidik kebhatinan yang halus, keutamaan budi dan kebaikan perangai, yang dulu telah membikin orang arab penduduk lautan pasir menjadi bangsa tuan yang halus ‘adat lembaganya’ dan menjadi tukang menanam keadaban dan kesopanan, — dan juga di dalam hatinya murid-murid tidak ditanam bijinya penghidupan yang saleh dan sederhana, sebagai yang dulu sudah menjadikan mashur namanya ummat Islam, — sekolah-sekolah yang hanya memberi kepandaian yang “dingin”, “tidak hidup” dan akhrnya hanya menuntun kepada materialisme, sekolah-sekolah yang demikian itu bagi ummat Islam lebih baik tidak ada saja!”
Semoga Allah memercikkan pada kita ilmu, karomah serta hikmah yang dahulu pernah DIA berikan pada marhum jang oetama HOS Tjokroaminoto. Shalawat serta salam bagi junjungan kita Rasulullah beserta para sahabat dan keluarga beliau. Semoga marhum jang oetama tersenyum melihat kita mempelajari pemikiran-pemikiran beliau, dan Allah ta’ala menambah nambah jariah pada beliau atas ilmu yang diwariskan pada kita. Amin. Billahi fi sabilil Haq.
Dala Mukti
Sumber bacaan : “Moeslim Nationaal Onderwijs”- HOS Tjokroaminoto, “Islam dan Socialisme”-HOS Tjokroaminoto,”Tafsir Program Azas dan Program Tandhim”-HOS Tjokroaminoto, “Culture dan ‘Adat Islam” – HOS Tjokroaminoto, “HOS Tjokroaminoto hidup dan perjuangannya bahagian I dan II” – Amelz, Literatur lain dari PSII, Cerita dari “Alm H. Anwar Tjokroaminoto”,” Cerita dari Alm. H. Ahmad Dainuri Tjokroaminoto”