Biografi Obama: Perjalanan seorang manusia dari Kripton
Di sebuah acara makan malam untuk pengumpulan dana kampanye, Barack Obama pernah melontarkan guyonan bahwa dia sebenarnya utusan planet Kripton yang membawa misi menyelamatkan dunia. Kisah tentang Obama bukanlah kisah tentang orang yang meraih kejayaan dari kekayaan, namun kisah tentang seorang ’outsider’ yang dengan gilang gemilang mampu menemukan jalur ’insider’ bagi dirinya.
Dia selalu mampu mengatasi tantangan sebagai ‘orang luar’, apakah itu sebagai satu-satunya anak Amerika di sebuah sekolah dasar di Indonesia, atau sebagai salah satu dari lima pelajar non kulit putih dari 1.600 siswa di SMA terfavorit di Hawaii. Terbentuk oleh orang-orang di sekitarnya, dibarengi dengan kualitas pribadinya yang cerdas, membumi, rendah hati sekaligus disiplin, dia berbakat merangkul banyak teman sekaligus merubah pandangan orang. Nah, sekarang dia ingin merubah Amerika, dan tentunya itu bisa berarti merubah dunia.
Barack Hussein Obama II dilahirkan pada tanggal 4 Agustus 1961 di Honolulu dari rahim seorang mahasiswa Universitas Hawaii yang masih amat belia, gadis kulit putih pindahan dari Kansas yang pindah ke negara bagian itu bersama orang tuanya. Ayahnya, Barack Obama Sr., seorang mahasiswa asing dari Kenya yang mendapat beasiswa belajar di Hawaii. Sebenarnya dia telah memiliki empat anak karena menikah muda pada umur 18 tahun, namun istrinya telah diceraikannya sebelum berangkat ke Amerika.
Orang tua Obama berpisah ketika dia masih berusia dua tahun. Setelah perceraian pada tahun 1964 itu, ayahnya kembali ke Kenya di mana dia menikah kembali dan memiliki tambahan tiga anak lagi. Dia hanya sempat menengok Obama sekali pada tahun 1971, sebelum satu kecelakaan mobil merenggut nyawanya pada tahun 1982. Auma Obama, adik tiri Obama, mengatakan : ”Ayah selalu bicara tentang dia, bahwa satu hari kelak Barack akan pulang ke Kenya”.
Sementara Ann Dunham melanjutkan kuliahnya setelah bercerai, dia terpaksa hidup dari kupon bantuan makanan pemerintah dan bantuan dari orang tuanya untuk merawat Obama sendirian. Akhirnya dia menikah lagi dengan mahasiswa asing Universitas Hawaii lainnya, Lolo Soetoro dari Indonesia.
Keluarga muda ini kemudian pindah ke Jakarta yang baru terguncang oleh pergantian rezim. Seiring ekonomi yang membaik, adik tiri Obama, Maya lahir pada tahun 1970. Sebentar Obama mencoba membaur di SD Katolik Asisi, namun tak bertahan lama. Di sekolah dasar yang baru SDN Besuki, Obama atau yang akrab dipanggil Barry, langsung mencuri perhatian. Dia satu-satunya wajah non-Indonesia di kelas yang dipenuhi anak-anak yang lebih kurus dan pendek. Kebiasaan Barry memakai tangan kiri nampak aneh di mata-mata temannya yang memandang hal itu kurang sopan. Namun dalam waktu tak lebih dari tiga bulan dia sudah mahir berbahasa Indonesia dan mulai punya banyak teman.
Banyak orang yang penasaran bagaimana reaksi Obama pada serangan terhadap Amerika Serikat, dan boleh jadi kita bisa sedikit mengira-ngiranya dari satu kejadian di masa kecilnya.
Seorang anak nakal pernah melempar Obama dengan batu membuat kepalanya berdarah. ”Obama hanya diam saja, ibunya selalu melarang dia berkelahi”, kenang seorang teman yang lain. ”Dia tidak pernah nakal atau berbuat usil. Dia bisa dibilang anak yang mendapat banyak limpahan kasih sayang”. Menginjak usia sepuluh tahun, ibunya Ann yang waktu itu bekerja dengan USAID, mengirim Obama ke Hawaii untuk tinggal bersama kakek-neneknya, Madelyn dan Stanley Dunham.
Pengaruh didikan mereka begitu mendalam di saat yang tepat pula, dan bisa dipahami apabila Obama terpaksa cuti dari kampanyenya untuk mengunjungi neneknya yang sedang memburuk kesehatannya. Dikabarkan dia tak mampu membendung linangan air mata ketika dikabari kepergian neneknya hanya selang sehari sebelum hari pemilihan presiden.
Pada Perang Dunia Kedua, Madelyn bekerja di pabrik pesawat tempur di Kansas sementara suaminya pergi berperang. Begitu perang berakhir, mereka pindah dan mendapatkan rumah di Hawaii mengikuti program pemerintah bagi para eks pejuang perang. Merekalah contoh-contoh positif bentuk dukungan negara yang kemudian membekas pada pemikiran Obama. Mereka bekerja keras agar Ann mendapat pendidikan yang terbaik. Maka ketika cucu mereka balik ke Hawaii mereka menyokong biaya sekolah Obama hingga kemudian bisa melanjutkan ke sekolah elit di SMA Punahou.
Pengalamannya bersekolah di sana tidak selalu mulus. Dia hanya segelintir pelajar berkulit hitam di sekolah itu, namun dia tidak pernah mengeluh dan emosinya tak pernah terpancing setiap kali dia diusik. Hanya selang beberapa tahun kemudian, ketika Obama menggambarkan siksaan rasial yang dialaminya di masa remaja dalam buku biografinya, Dreams From My Father, baru sahabat-sahabat karibnya saat itu menyadari betapa terluka hatinya.
Bagi mereka dia tidak lebih dari remaja biasa yang melihat karir satu-satunya di masa depan hanyalah sebagai pemain basket dan yang tidak terlepas dari godaan mariyuana, kokain dan alkohol. Selanjutnya Obama belajar ilmu politik di Universitas Columbia, New York dan merintis karir sebagai wartawan ekonomi. Setahun kemudian dia memanfaatkan program potongan pajak dan pindah ke Chicago untuk menjadi direktur LSM yang didanai gereja. Dia merasa pekerjaannya itu lebih bermanfaat bagi masyarakat.
Atasannya waktu itu, Gerald Kellman, berkata: “Dia bersedia membela kepentingan orang miskin dan orang-orang yang terpuruk karena diskriminasi. Dia sangat idealistis. Obama terinspirasi oleh Dr Martin Luther King dan gerakan persamaan hak-hak sipil.”
Obama harus menjadi anggota sebuah gereja untuk mendapat dukungan pimpinan gereja bagi proyek-proyek LSM-nya dan dia bergabung pada Trinity United Curch of Christ, di mana Oprah Winfrey juga pernah tergabung.
Untuk melapangkan jalannya, Obama balik kuliah dan dengan gilang gemilang meraih summa cum laude di Sekolah Hukum Harvard. Di sela-sela liburnya dia pulang pergi ke Chicago, di mana dia bertemu gadis bernama Michelle Robinson di sebuah kantor pengacara tempat mereka sama-sama bekerja. Mereka bertunangan dua tahun kemudian dan dinikahkan pada tahun 1992 oleh Pendeta Dr Jeremiah Wright di gereja Trinity.
Loretta Augustine-Herron, salah satu undangan pernikahan berkata : “Kami tahu dia akan melenggang meraih cita-citanya. Bahkan di acara resepsi dia bertanya apa yang bisa dilakukan untuk teman-temannya. Saya hanya berteriak: ’Barack, satu-satunya yang kuinginkan adalah tiket masuk pesta perjamuan kepresidenan setelah kau dilantik’.”
Obama terus berjuang sebagai pengacara hak-hak sipil, membangun reputasi nasional yang kemudian sukses mengawalnya ke dunia politik. Buku Dreams From My father diterbitkan pada tahun 1995, tahun di mana ibunda Obama meninggal karena kanker. Tidak lama berselang, anak pertamanya lahir. Dia memiliki dua anak perempuan, Malia dan Sasha.
Dia mencalonkan diri sebagai senator Illinois pada tahun 2004 dan terpilih menjadi senator berkulit hitam kelima dalam sejarah Amerika. Hanya tinggal satu langkah lagi… Ternyata itu terwujud tepat pada tanggal 4 November 2008.
Di sebuah acara makan malam untuk pengumpulan dana kampanye, Barack Obama pernah melontarkan guyonan bahwa dia sebenarnya utusan planet Kripton yang membawa misi menyelamatkan dunia. Kisah tentang Obama bukanlah kisah tentang orang yang meraih kejayaan dari kekayaan, namun kisah tentang seorang ’outsider’ yang dengan gilang gemilang mampu menemukan jalur ’insider’ bagi dirinya.
Dia selalu mampu mengatasi tantangan sebagai ‘orang luar’, apakah itu sebagai satu-satunya anak Amerika di sebuah sekolah dasar di Indonesia, atau sebagai salah satu dari lima pelajar non kulit putih dari 1.600 siswa di SMA terfavorit di Hawaii. Terbentuk oleh orang-orang di sekitarnya, dibarengi dengan kualitas pribadinya yang cerdas, membumi, rendah hati sekaligus disiplin, dia berbakat merangkul banyak teman sekaligus merubah pandangan orang. Nah, sekarang dia ingin merubah Amerika, dan tentunya itu bisa berarti merubah dunia.
Barack Hussein Obama II dilahirkan pada tanggal 4 Agustus 1961 di Honolulu dari rahim seorang mahasiswa Universitas Hawaii yang masih amat belia, gadis kulit putih pindahan dari Kansas yang pindah ke negara bagian itu bersama orang tuanya. Ayahnya, Barack Obama Sr., seorang mahasiswa asing dari Kenya yang mendapat beasiswa belajar di Hawaii. Sebenarnya dia telah memiliki empat anak karena menikah muda pada umur 18 tahun, namun istrinya telah diceraikannya sebelum berangkat ke Amerika.
Orang tua Obama berpisah ketika dia masih berusia dua tahun. Setelah perceraian pada tahun 1964 itu, ayahnya kembali ke Kenya di mana dia menikah kembali dan memiliki tambahan tiga anak lagi. Dia hanya sempat menengok Obama sekali pada tahun 1971, sebelum satu kecelakaan mobil merenggut nyawanya pada tahun 1982. Auma Obama, adik tiri Obama, mengatakan : ”Ayah selalu bicara tentang dia, bahwa satu hari kelak Barack akan pulang ke Kenya”.
Sementara Ann Dunham melanjutkan kuliahnya setelah bercerai, dia terpaksa hidup dari kupon bantuan makanan pemerintah dan bantuan dari orang tuanya untuk merawat Obama sendirian. Akhirnya dia menikah lagi dengan mahasiswa asing Universitas Hawaii lainnya, Lolo Soetoro dari Indonesia.
Keluarga muda ini kemudian pindah ke Jakarta yang baru terguncang oleh pergantian rezim. Seiring ekonomi yang membaik, adik tiri Obama, Maya lahir pada tahun 1970. Sebentar Obama mencoba membaur di SD Katolik Asisi, namun tak bertahan lama. Di sekolah dasar yang baru SDN Besuki, Obama atau yang akrab dipanggil Barry, langsung mencuri perhatian. Dia satu-satunya wajah non-Indonesia di kelas yang dipenuhi anak-anak yang lebih kurus dan pendek. Kebiasaan Barry memakai tangan kiri nampak aneh di mata-mata temannya yang memandang hal itu kurang sopan. Namun dalam waktu tak lebih dari tiga bulan dia sudah mahir berbahasa Indonesia dan mulai punya banyak teman.
Banyak orang yang penasaran bagaimana reaksi Obama pada serangan terhadap Amerika Serikat, dan boleh jadi kita bisa sedikit mengira-ngiranya dari satu kejadian di masa kecilnya.
Seorang anak nakal pernah melempar Obama dengan batu membuat kepalanya berdarah. ”Obama hanya diam saja, ibunya selalu melarang dia berkelahi”, kenang seorang teman yang lain. ”Dia tidak pernah nakal atau berbuat usil. Dia bisa dibilang anak yang mendapat banyak limpahan kasih sayang”. Menginjak usia sepuluh tahun, ibunya Ann yang waktu itu bekerja dengan USAID, mengirim Obama ke Hawaii untuk tinggal bersama kakek-neneknya, Madelyn dan Stanley Dunham.
Pengaruh didikan mereka begitu mendalam di saat yang tepat pula, dan bisa dipahami apabila Obama terpaksa cuti dari kampanyenya untuk mengunjungi neneknya yang sedang memburuk kesehatannya. Dikabarkan dia tak mampu membendung linangan air mata ketika dikabari kepergian neneknya hanya selang sehari sebelum hari pemilihan presiden.
Pada Perang Dunia Kedua, Madelyn bekerja di pabrik pesawat tempur di Kansas sementara suaminya pergi berperang. Begitu perang berakhir, mereka pindah dan mendapatkan rumah di Hawaii mengikuti program pemerintah bagi para eks pejuang perang. Merekalah contoh-contoh positif bentuk dukungan negara yang kemudian membekas pada pemikiran Obama. Mereka bekerja keras agar Ann mendapat pendidikan yang terbaik. Maka ketika cucu mereka balik ke Hawaii mereka menyokong biaya sekolah Obama hingga kemudian bisa melanjutkan ke sekolah elit di SMA Punahou.
Pengalamannya bersekolah di sana tidak selalu mulus. Dia hanya segelintir pelajar berkulit hitam di sekolah itu, namun dia tidak pernah mengeluh dan emosinya tak pernah terpancing setiap kali dia diusik. Hanya selang beberapa tahun kemudian, ketika Obama menggambarkan siksaan rasial yang dialaminya di masa remaja dalam buku biografinya, Dreams From My Father, baru sahabat-sahabat karibnya saat itu menyadari betapa terluka hatinya.
Bagi mereka dia tidak lebih dari remaja biasa yang melihat karir satu-satunya di masa depan hanyalah sebagai pemain basket dan yang tidak terlepas dari godaan mariyuana, kokain dan alkohol. Selanjutnya Obama belajar ilmu politik di Universitas Columbia, New York dan merintis karir sebagai wartawan ekonomi. Setahun kemudian dia memanfaatkan program potongan pajak dan pindah ke Chicago untuk menjadi direktur LSM yang didanai gereja. Dia merasa pekerjaannya itu lebih bermanfaat bagi masyarakat.
Atasannya waktu itu, Gerald Kellman, berkata: “Dia bersedia membela kepentingan orang miskin dan orang-orang yang terpuruk karena diskriminasi. Dia sangat idealistis. Obama terinspirasi oleh Dr Martin Luther King dan gerakan persamaan hak-hak sipil.”
Obama harus menjadi anggota sebuah gereja untuk mendapat dukungan pimpinan gereja bagi proyek-proyek LSM-nya dan dia bergabung pada Trinity United Curch of Christ, di mana Oprah Winfrey juga pernah tergabung.
Untuk melapangkan jalannya, Obama balik kuliah dan dengan gilang gemilang meraih summa cum laude di Sekolah Hukum Harvard. Di sela-sela liburnya dia pulang pergi ke Chicago, di mana dia bertemu gadis bernama Michelle Robinson di sebuah kantor pengacara tempat mereka sama-sama bekerja. Mereka bertunangan dua tahun kemudian dan dinikahkan pada tahun 1992 oleh Pendeta Dr Jeremiah Wright di gereja Trinity.
Loretta Augustine-Herron, salah satu undangan pernikahan berkata : “Kami tahu dia akan melenggang meraih cita-citanya. Bahkan di acara resepsi dia bertanya apa yang bisa dilakukan untuk teman-temannya. Saya hanya berteriak: ’Barack, satu-satunya yang kuinginkan adalah tiket masuk pesta perjamuan kepresidenan setelah kau dilantik’.”
Obama terus berjuang sebagai pengacara hak-hak sipil, membangun reputasi nasional yang kemudian sukses mengawalnya ke dunia politik. Buku Dreams From My father diterbitkan pada tahun 1995, tahun di mana ibunda Obama meninggal karena kanker. Tidak lama berselang, anak pertamanya lahir. Dia memiliki dua anak perempuan, Malia dan Sasha.
Dia mencalonkan diri sebagai senator Illinois pada tahun 2004 dan terpilih menjadi senator berkulit hitam kelima dalam sejarah Amerika. Hanya tinggal satu langkah lagi… Ternyata itu terwujud tepat pada tanggal 4 November 2008.
Album Koleksi Foto Lengkap Keluarga Obama
Anak dan Sang Ibu Muda yang keras hati tapi begitu welas asih dan penyayang pada sesama, yang menganggap Indonesia tanah air keduanya
Ayah dan anak
Barack Obama Sr. berfoto bersama dengan Obama di bandara Honolulu dalam kunjungan satu-satunya menengok anaknya yang sedang bersekolah di Hawaii. Ketika itu Obama muda masih di kelas 5 Sekolah Dasar.
Barack Obama Sr., seorang mahasiswa asing dari Kenya, bertemu dengan calon istrinya, Ann Dunham, ketika mereka sama-sama kuliah di Universitas Hawaii, Manoa. Mereka menikah pada 2 Februari tahun 1961. Pada tahun 1963, dia meninggalkan keluarganya untuk mengambil program doktoral di Harvard.
Di rumahnya di Menteng Jakarta, Ann Dunham berfoto bersama dengan suami keduanya, Lolo Soetoro, anak perempuan mereka, Maya dan Barack Obama.
Bagaimana dengan Kakek Nenek Obama?
Barack Obama berpose dengan kakek-neneknya dari pihak ibu, Stanley dan Madelyn Dunham ketika mereka berkunjung ke New York, menengok Obama yang sedang kuliah di Columbia.
Barack Obama berfoto bersama dengan neneknya Sarah Hussein Obama di rumah ayahnya di desa NyangoKagelo, Kenya Barat pada bulan Agustus 2006. (AP)
Dalam foto keluarga ini dalam kunjungan satu-satunya ke Kenya pada 2006, Obama bersama: (berurutan bawah, dari kiri) Auma, saudara tiri, ibunya Kezia Obama, nenek Obama: Sarah Hussein Onyango Obama; (berurutan atas, dari kiri Barack Obama, Abango (Roy) Obama, dan kerabat lainnya.
.. sang ayah dengan cerutu
masa kecil Obama
Barack Obama bergambar bersama ibunya, Ann, adik tiri, Maya dan kakek Stanley Dunham di Hawaii pada awal tahun 1970an setelah pindah dari Indonesia. Para tetangga mengenang kedekatan Obama dengan kakeknya.
Obama pada masa remaja
Barack Obama memeluk Maya, adik tirinya setelah wisuda SMA.
Barack Obama dalam acara wisuda SMA Punahou pada tahun 1979. Sebelumnya ibunya memutuskan kembali ke Jakarta, Indonesia; Obama tetap tinggal bersama kakek neneknya di Hawaii.
Pada acara wisuda SMA, Barack Obama dipeluk neneknya Madelyn di sebelah Stanley yang berbinar-binar wajahnya. Kakek neneknya lah yang mengasuh Obama ketika ibunya memilih kembali tinggal di Indonesia.
Maya Soetoro-Ng, adik tiri Barack Obama, sedang mengajar di Universitas Hawaii dalam kelas Education in American Society.
Barack Hussein Obama I Dan Ann Dunham
Foto Pernikahan dan Keluarga Barack Obama
Presiden terpilih Amerika SerikatBarack Obama dan keluarganya
Saat mengikat janji,
Barack Hussein Obama dengan Michelle LaVaughn Robinson, sama-sama lulusan Harvard Law School
kedua anak First Kids kini kabarnya ditawari main di “Hannah Montana” oleh Miley Cyrus
bermain-main dan bercanda dengan anak
sabar dan kasih dengan anak-anak: Sasha a.k.a “Rosebud” dan Malia a.k.a “Radiance”
Anak dan Sang Ibu Muda yang keras hati tapi begitu welas asih dan penyayang pada sesama, yang menganggap Indonesia tanah air keduanya
Ayah dan anak
Barack Obama Sr. berfoto bersama dengan Obama di bandara Honolulu dalam kunjungan satu-satunya menengok anaknya yang sedang bersekolah di Hawaii. Ketika itu Obama muda masih di kelas 5 Sekolah Dasar.
Barack Obama Sr., seorang mahasiswa asing dari Kenya, bertemu dengan calon istrinya, Ann Dunham, ketika mereka sama-sama kuliah di Universitas Hawaii, Manoa. Mereka menikah pada 2 Februari tahun 1961. Pada tahun 1963, dia meninggalkan keluarganya untuk mengambil program doktoral di Harvard.
Di rumahnya di Menteng Jakarta, Ann Dunham berfoto bersama dengan suami keduanya, Lolo Soetoro, anak perempuan mereka, Maya dan Barack Obama.
Bagaimana dengan Kakek Nenek Obama?
Barack Obama berpose dengan kakek-neneknya dari pihak ibu, Stanley dan Madelyn Dunham ketika mereka berkunjung ke New York, menengok Obama yang sedang kuliah di Columbia.
Barack Obama berfoto bersama dengan neneknya Sarah Hussein Obama di rumah ayahnya di desa NyangoKagelo, Kenya Barat pada bulan Agustus 2006. (AP)
Dalam foto keluarga ini dalam kunjungan satu-satunya ke Kenya pada 2006, Obama bersama: (berurutan bawah, dari kiri) Auma, saudara tiri, ibunya Kezia Obama, nenek Obama: Sarah Hussein Onyango Obama; (berurutan atas, dari kiri Barack Obama, Abango (Roy) Obama, dan kerabat lainnya.
.. sang ayah dengan cerutu
masa kecil Obama
Barack Obama bergambar bersama ibunya, Ann, adik tiri, Maya dan kakek Stanley Dunham di Hawaii pada awal tahun 1970an setelah pindah dari Indonesia. Para tetangga mengenang kedekatan Obama dengan kakeknya.
Obama pada masa remaja
Barack Obama memeluk Maya, adik tirinya setelah wisuda SMA.
Barack Obama dalam acara wisuda SMA Punahou pada tahun 1979. Sebelumnya ibunya memutuskan kembali ke Jakarta, Indonesia; Obama tetap tinggal bersama kakek neneknya di Hawaii.
Pada acara wisuda SMA, Barack Obama dipeluk neneknya Madelyn di sebelah Stanley yang berbinar-binar wajahnya. Kakek neneknya lah yang mengasuh Obama ketika ibunya memilih kembali tinggal di Indonesia.
Maya Soetoro-Ng, adik tiri Barack Obama, sedang mengajar di Universitas Hawaii dalam kelas Education in American Society.
Barack Hussein Obama I Dan Ann Dunham
Foto Pernikahan dan Keluarga Barack Obama
Presiden terpilih Amerika SerikatBarack Obama dan keluarganya
Saat mengikat janji,
Barack Hussein Obama dengan Michelle LaVaughn Robinson, sama-sama lulusan Harvard Law School
kedua anak First Kids kini kabarnya ditawari main di “Hannah Montana” oleh Miley Cyrus
bermain-main dan bercanda dengan anak
sabar dan kasih dengan anak-anak: Sasha a.k.a “Rosebud” dan Malia a.k.a “Radiance”
Di balik layar bersama Obama di malam perhitungan suara
Pada malam hari setelah hari pemilihan, ketika warga Amerika menyaksikan perhitungan elektoral Barack Obama semakin meningkat, dan satu demi satu negera bagian menjadi berwarna biru di layar teve, Anda mungkin akan merasa penasaran bagaimana rasanya di belakang layar bersama Obama?
Hal yang cukup mengejutkan pada malam perhitungan itu dimana keluarga lengkap Obama sedang menyaksikan detik-detik bersejarah adalah betapa nampak tenangnya Obama dan Michelle.
Namun tenang bukan berarti tidak perhatian. Hal ini nampak jelas di foto berikut. Hanya Obama sendiri yang tahu apa yang ada dalam benaknya, namun Anda mungkin bertanya-tanya apakah semua kenyataan ini -sejarah yang dia buat- akan membayang jelas dalam ekspresi wajahnya yang intens.
Dan buat Anda yang sempat meragukan ketrampilan Obama membuat poin dengan bola basket, silahkan teliti gerakannya yang luwes dalam menjaringkan bola ke keranjang.
Obama mengatakan dia bermain basket saat hari pemilihan untuk mendapat nasib baik. Nampaknya hal itu hanyalah sekedar tahayul yang sedikit banyak ada manfaatnya.
Pada malam hari setelah hari pemilihan, ketika warga Amerika menyaksikan perhitungan elektoral Barack Obama semakin meningkat, dan satu demi satu negera bagian menjadi berwarna biru di layar teve, Anda mungkin akan merasa penasaran bagaimana rasanya di belakang layar bersama Obama?
Hal yang cukup mengejutkan pada malam perhitungan itu dimana keluarga lengkap Obama sedang menyaksikan detik-detik bersejarah adalah betapa nampak tenangnya Obama dan Michelle.
Namun tenang bukan berarti tidak perhatian. Hal ini nampak jelas di foto berikut. Hanya Obama sendiri yang tahu apa yang ada dalam benaknya, namun Anda mungkin bertanya-tanya apakah semua kenyataan ini -sejarah yang dia buat- akan membayang jelas dalam ekspresi wajahnya yang intens.
Dan buat Anda yang sempat meragukan ketrampilan Obama membuat poin dengan bola basket, silahkan teliti gerakannya yang luwes dalam menjaringkan bola ke keranjang.
Obama mengatakan dia bermain basket saat hari pemilihan untuk mendapat nasib baik. Nampaknya hal itu hanyalah sekedar tahayul yang sedikit banyak ada manfaatnya.
http://www.kaskus.us/showthread.php?p=182111195&posted=1#post182111195