Searching...

Pembersihan Para Jenderal



Pembersihan jenderal. Sepintas, asosiasi kalimat ringkas itu menuntun pada pembersihan 6 jenderal yang dilakukan pasukan Letkol Kusman (nama kanak-kanak Untung Samsuri), 1 Oktober 1965 (Gestok)*. Tapi bukan itu yang saya maksudkan. Saya lebih tertarik bicara pada masa setelah krisis itu. Ya, pembersihan jenderal-jenderal yang dianggap berseberangan dengan Soeharto pasca 1965.

Hal ini semula berangkat dari pertanyaan, berapa sih persisnya jenderal yang diberangus oleh Soeharto Cs seiring ter/di (?)perosokannya PKI ke jurang kehancuran. Karena berbagai referensi bilang banyak tapi angka persisnya tidak ada. Militer tentu punya arsipnya, tapi apa iya kita bisa mengintipnya? Jadilah saya coba mereka-reka berdasarkan beberapa bahan yang pernah saya baca. Totalnya, saya tetap tidak tahu, mungkin belasan. Berikut beberapa di antaranya;

1. Brigjen Suparjo - Pangkopur II Kolaga. Jelas, ia paling pertama diincar. Meskipun kenyataannya baru tertangkap 2 tahun setelah Gestok. Agak mengherankan memang, bagaimana seorang panglima tempur di garis depan bisa ikut-ikutan terlibat Gestok secara langsung. Apalagi, tanpa membawa pasukannya sebiji pun. Buku John Roosa memberikan gambaran jenderal dari Kodam Siliwangi ini teperdaya oleh Sjam Kamaruzaman yang dipercayainya penuh, bahwa ada jenderal-jenderal senior yang akan mengadakan kup pada Soekarno. Dan kebetulan Jenderal Pardjo memang Soekarnois.

2. Brigjen Sabur - Komandan Pengawal Istana, Cakrabirawa. Sebagai komandan tertinggi Cakrabirawa, ia adalah atasan puncak Letkol Untung. Jadi tahu tidak tahu adanya gerakan, tetap saja ia harus bertanggungjawab. Asumsi itu membuat tentara kepercayaan Soekarno ini disel. Secara pribadi, Sabur memang sasaran tembak yang empuk. Kedekatannya dengan Soekarno membuat ia tak banyak disukai. Apalagi banyak isu negatif tentang tingkahnya. Antara lain menjadi keranjang sampah dengan menampung gadis limpahan dari Soekarno sebagai istri muda.

3. Mayjen Pranoto Reksosamudro - Asisten III Menpangad. Jenderal yang malang. Mestinya, dialah yang menjadi kepala operasi TNI AD, pasca tewasnya Yani, sesuai perintah Soekarno. Tapi apa daya karakternya lemah. Soeharto makin semena-mena mengganyangnya karena saat Pranoto menjadi Kasdam Diponegoro (Soeharto pangdamnya), Pranoto lah yang melaporkan penyelundupan bosnya ke Jakarta. Kasus ini membuat Soeharto terlempar ke Seskoad dan nyaris dipecat dari TNI AD. Pranoto meninggal di sebuah rumah kecil sederhana di Kramat Jati, usai keluar dari penjara.

4. Mayjen Mursid - Deputi I Menpangad. Mestinya, secara struktur dialah jenderal paling senior sepeninggalnya Ahmad Yani. Pasalnya, Mursid adalah deputi pertama Menpangad (Suprapto deputi II, MT Haryono deputi III - keduanya gugur saat Gestok). Namanya, sempat diajukan sebagai pengganti Yani, tapi tak dipilih Soekarno karena temperamental. Saya tidak menemukan apa kira-kira kesalahan dari Jenderal Mursid, kecuali bahwa ia memang seorang Soekarnois.

5. Mayjen Soedirgo - Kepala Bakin. Agak mengherankan saat Soeharto menangkap Soedirgo. Pasalnya, di awal setelah terjadinya Gestok, Soedirgo justru salah satu orang kepercayaan Soeharto. Ia adalah wakil Soeharto di Komando Intelijen Negara (KIN), dan 1967 diangkat jadi kepala Bakin yang pertama. Soedirgo sendiri baru ditangkap 1968. Tak jelas apa persoalannya, tapi ada pihak yang mengaitkan dengan posisi Soedirgo sebagai kepala CPM saat Gestok terjadi. Saat itu, CPM ikut menyumbang tentara untuk Korps Cakrabirawa.

6. Mayjen Agus Wiyono - Sekjen Departemen Perindustrian. Tokoh satu ini adalah orang yang ikut mendirikan CGMI pada tahun 1956. Saat itu, Agus adalah kapten yang juga sedang tugas sekolah. Agus bahkan menjadi ketua pertama CGMI. Menurut kesaksian eks Ketum CGMI, Hardoyo, pangkat terakhir Agus Wiyono adalah mayor jenderal (Saya tidak tahu, apakah itu tituler atau memang murni dinas militer). CGMI lah yang membuat Agus ditangkap.

7. Marsekal Madya Omar Dhani - Menpangau. Dia juga perwira tinggi incaran Orde Baru. Maklumlah, perannya amat besar dalam melindungi Soekarno pada masa terjadinya Gestok. Lubang Buaya sebagai pusat gerakan Gestok, juga ada di bawah kekuasaan Angkatan Udara. Omar juga adalah penerbang angkatan pertama yang disekolahkan di AS. Karenanya banyak yang percaya ia menjadi korban keadaan karena pilihannya menjadi seorang Soekanois.

8. Komodor Ignatius Dewanto - Deputi Operasi Menpangau. Dewanto ikut dibersihkan lebih karena posisinya. Sebagai Deops Menpangau, dialah pengendali lapangan TNI AU ketika terjadi Gestok. Reaksinya dianggap melindungi pro Untung yang berkumpul di Halim. Setelah ditahan dan dicopot dari dinas militer, Dewanto sempat terlunta-lunta menjadi sopir truk dan terakhir pilot partikelir. Ia tewas saat terbang dengan pesawat sipil di Sumatera. Di lingkungan TNI AU, nama Dewanto harum karena dialah penembak pesawat Alan Pope yang memicu berakhirnya pemberontakan Permesta.

9. Marsekal Muda Sri Mulyono Herlambang - Menteri negara. Bagi Sri Mulyono, Gestok adalah panggung the right man in the wrong place. Saat pecahnya Gestok, ia sebenarnya bukan lagi bagian dari petinggi AU, tapi sudah menjadi menteri negara. Apes, justru di hari pertama Gestok, Sri Mulyono hadir di Halim dan menjadi perwira paling tinggi yang ada di situ (Omar Dhani sedang di Bogor). Sri Mulyono akhirnya sempat merasakan dinginnya sel RTM Nirbaya selama 6 bulan, sebelum akhirnya diberhentikan.

10 Brigjen (Pol) Sugeng Sutarto - Deputi Kepala BPI. Sebagai wakil dari Soebandrio, Sugeng Sutarto adalah TO bagi klik Soeharto.Sudah lama tingkah BPI menjadi grundelan bagi kalangan TNI AD. Dan secara kebetulan (atau buah rekayasa?), Sutarto bersama bosnya adalah tokoh kunci yang memunculkan Dokumen Gilchrist yang menjadi pangkal alasan Gestok.

Di luar 10 nama jenderal tersebut, ada 3 jenderal lainnya yang pernah ditahan. Namun karena datanya minim (saya hanya pernah mendengar nama mereka disebut selintas), saya kategorikan tersendiri, dan anggaplah sebuah bahan yang validitasnya masih bisa diperdebatkan.

11. Mayjen Suadi Suromihardjo - Dubes Australia. Tak jelas apa kaitannya dengan Gestok. Namun, Suadi punya sejarah yang menjadikannya bisa jadi sasaran tembak. Saat masih letkol, dialah perwira yang memimpin laskar Solo bertempur dengan Divisi Siliwangi. Palagan lokal ini kemudian merembet menjadi Clash Madiun 1948. Suadi sendiri karirnya selamat, karena selepas kisruh Solo, ia merapat ke Jenderal Sudirman yang segera menjadikannya sebagai ajudan.

12. Brigjen Pamoerahardjo - (kurang info)
13. Mayjen Rukman - (kurang info)
14. Komodor Susanto - (kurang bahan)
Selain sanksi tahanan, masih ada lagi beberapa perwira tinggi yang disingkirkan secara politik dari dinas tentara. Mereka memang tak sampai disel namun dijauhkan perannya dari pos strategis militer.

1. Letjen KKO Hartono - Komandan KKO. Sangat terkenal sebagai loyalis Soekarno, bahkan pernah menyediakan diri dan pasukannya untuk menghadapi pasukan Soeharto, namun dicegah Soekarno. Ia didubeskan Orba ke Korea Utara, namun 1971 mendadak dipanggil ke Jakarta, dan beberapa hari kemudian ditemukan tewas. Laporan resmi menyebutnya bunuh diri.

2. Mayjen Ibrahim Adjie - Pangdam Siliwangi. Juga loyalis nomer satu Soekarno. Kepada Adjie lah, Soekarno menitipkan anak-anaknya tatkala negara dilanda ketidakpastian akibat Gestok. Soeharto agaknya segan untuk memenjarakan Adjie karena ia tak memiliki catatan moral yang buruk. Soeharto memilih menjinakkannya dengan menugaskan jadi Dubes di Inggris.

Satu lagi jenderal yang perlu dicatat adalah Pangdam Mulawarman, Brigjen Soehario Padmodiwirio (Dikenal juga dengan nama pena, Hario Ketjik). Sebetulnya, di antara para jenderal di atas, justru Soehario lah yang terkesan paling dekat dengan PKI. Buku John Roosa menyebutnya pernah mendukung pernyataan PKI soal pengganyangan 7 setan desa. Namun, Hario pinter membaca zaman. Ia yang dalam tugas belajar di Moskow, memilih menolak pulang dan disersi sehingga tak ikut ditangkap Orba. Meski begitu, toh Brigjen Hario toh mencicipi juga sel Orba, karena nekat pulang ke tanah air pada tahun 1977.
Demikianlah, sementara cukup begitu. Saya akan coba tambahkan atau perbaharui manakala saya berhasil memperoleh dat-data lainnya.
*) Istilah Gestok dipakai semata karena kejadiannya memang 1 Oktober 1965, bukan mengacu pada upaya mendukung penamaan yang diberikan Soekarno.


KOMENTAR
1
Mungkin disini ada kriteria mengenai jendral jendral yang pro Bung Karno dan anti PKI Seperti AY Mokoginta, Ibrahim Adjie, Mursid, Sabur dsb serta jendral yang pro Soeharto dan anti PKI, seperti Soemitro, Umar Wirahadikusumah dan Kemal Idris
Beberapa jendralcerdik memanfaatkan situasi dan berbalik arah dari pro Soekarno ke Soeharto seperti Amir Mahmud.
Ada langkah pembersihan,..Kelompok seperti Rukman, Sudirgo itu belakangan karena ada campur tangan opsusnya Ali Moertopo dan Jend Soemitro yang banyak berperan menangkapi mereka. Ada Jendral seeprti Rukman yang sebenarnya dekat dengan Soeharto, bahkan ia sendiri tak tahu apa sinyalemen itu benar atau tidak. Hanya sekali lagi Soemitro banyak mempengaruhi Soeharto dalam pengambilan keputusan ini.
Suadi sebenarnya dubes di Etiopia. Dia masuk dalam langkah pembersihan terakhir, ketika dia salah mengambil posisi. Setelah tgl 1 Oktober, ia mengirim telex ke seluruh dubes dubes RI lainnya, yang menyatakan bahwa Gerakan itu internal AD. Hal mana langkahnya dicurigai oleh Soemitro.
2
Saya memang agak heran, kenapa Jenderal Rukman terkena pembersihan. Mengingat ia konsisten anti-PKI, yang ditunjukkannya dengan jelas saat menjadi Komandan Batalyon Siliwangi di Solo. Tapi penjelasan Mas Iman, setidkanya bisa menerangkan hal itu.
3
Setahu saya, Leo Wattimena lolos dari sel Orde Baru. Dia memang sedikit anomali, karena saat Gestok, Leo adalah Deputi Operasi Menpangau. Dia ikut bersama Omar Dhani yang sejenak mengamankan diri terbang ke Jawa saat Halim diserbu RPKAD. Dia juga yang memerintahkan beberapa jet tempur terbang dari Lanud Iswahyudi Madiun untuk siaga menggempur Markas Kostrad di Jakarta.
Tapi mengapa Leo bisa lolos? Maaf, saya hanya bisa berasumsi saja, bahwa Leo memang memiliki kedekatan dengan Soeharto. Kemungkinan kedekatan itu dibangun saat ia menjadi Komandan perang AU yang diperbantukan dalam operasi Mandala pimpinan Soeharto. Perlu dicatat, bahwa saat Soeharto melakukan koordinasi pasca Gestok, dari AU yang ia telepon justru Leo, bukan Omar Dhani. Padahal di angkatan lain, Soeharto menelepon Menpangal dan Menpangak langsung.
Leo sendiri nampaknya juga tak enak hati diperlakukan istimewa. Tahun 1971, ia minta pensiun dini, dan sempat diberi pos oleh Soeharto sebagai Dubes RI di Italia. Tapi disini, ia tak lama karena menggampar tukang jahit pakaiannya. Maklumlah, Leo memang dikenal temperamen.

4
Slain para perwira tinggi, mungkin menarik juga bila disimak lebih lanjut karier orang2 militer berpangkat di bawahnya pasca ‘Revolusi Oktober’ itu; semacam Soekardjo Wilardjito misalnya, ajudan Presiden Soekarno yg menyaksikan kedatangan 3 jendral utk mendapatkan ‘Supersemar’ … dsb

5
Sekedar tambahan ada 2 jenderal lain yang juga ditangkap yaitu Mayjen Achmadi ( Menteri Penerangan ) dan Mayjen dr Soemarno( Menteri Dalam Negeri merangkap Gubernur Jakarta)
Mengenai Soedirgo kenapa baru ditangkap tahun 1968, kalau menurut perkiraan saya itu ada kaitannya dengan BAP Bambang Widjanarko yang merupakan hasil interogasi Teperpu terhadap Bambang Widjanarko. Alasan lain mungkin karena vitalnya peran CPM dalam penumpasan dan pemeriksaan tersangka G 30 S sehingga diambil langkah penundaan penangkapan terhadap komandan CPM karena apabila komandan CPM ditangkap ketika menjabat bisa menimbulkan kegoncangan sedangkan peran CPM sangat vital, makanya Soedirgo baru ditangkap setelah dia tidak menjabat komandan CPM.
6
Saya pikir, masih banyak jendral2 pada masa itu yg ‘dipinggirkan, dari yang secara halus hingga dgn sangat kejam.. Ada yang saya mau tambahkan, jendral Kun Kamdani, mantai danjen Kowad yang pertama.
7
Saya belum bisa ambil kesimpulan sendiri, tapi di antar angkatan ABRI-yang saya perhatikan-memang sedang gontok2an.
Why ?
Dari beberapa buku, saya memang lihat ada ‘kecemburuan’ di lingkungan AD terhadap AU yang dianggap ‘Soekarnois’ ekstrem karena-entah dengan apa- Soekarno sangat memanjakan AU. Peremajaan instrumen Perang tercanggih dari Soviet, pelatihan prajurit yang modern & tentu dengan ingin di-inisiasi-kannya Industri Kedirgantaraan di Indonesia (Sekarang di ITB). Saya lupa siapa waktu itu yg ditunjuk jadi Kepala Proyeknya. Saking Sayangnya, waktu itu Soekarno sempat berujar ‘Andai daratan NKRI adalah Ibu Pertiwi, maka Angkasa Nusantara ialah Bapak Negeri’ Wah, jujur saja, kalo saya jadi orang non AURI mungkin Iri juga ya. No offense buat statement ini

Memang sampai sekarang saya sangat sulit mencerna G30S sebagai suatu hal yang ‘kebetulan’. Sebegitu gagalkah kudeta Jendral sampai bisa meluluhlantakkan sebuah Partai Besar & menggusur Presiden kecintaan Rakyat ?
Kembali ke masalah Angkatan, saya ingat perkataan Omar Dhani yang dikenal sebagai orang yang Sangat-sangat mempertanyakan G30S sebagai ulah PKI.
‘Bagaimana mungkin ada isu mengenai kudeta Jendral penting NKRI & ada segelintir pasukan bersenjata lengkap di Ibukota (waktu itu dalam memperingati HUT ABRI XX 1 Okt 1965) Panglima Pengamanan Ibukota Umar Wirahadikusumah tidak bertindak apa-apa? ‘
Statement ini nyata & menurut saya semakin menguatkan argumen ‘Terjadi rekayasa di balik ini semua’
Nah, yang jadi pertanyaan, baik dari para Korban G30S sampai pemerhati forum2 nasional, ‘Pengaruh Soeharto kok bisa sebesar itu?’
Kalau kata Omar Dhani ‘Mungkin karena Uang & Jabatan’

8
ada yg membuat saya heran dari tulisan ini, yaitu tentang jenderal hario “kecik”. Mengapa seolah-olah keterangan tentang Pangdam Mulawarman saat Konfrontasi itu amat terbatas? Padahal sekitar tahun 1995 (!!!) sudah terbit Memoar pertama beliau, diterbitkan oleh Penerbit Obor. Beberapa tahu kemudian menyusul Memoar lanjutannya hingga jilid ketiga (oleh Penerbit Utan Kayu). Masih ditambah lagi dengan buku-buku dari penulis produktif ini dalam seri Pemikiran Militer jilid 1 s/d 4 diterbitkan oleh Penerbit Obor, demikian pula akan menyusul jilid ke 5-nya oleh penerbit yang sama. Dan awal tahun 2012 ini jilid ke enam Pemikiran Militer-nya setebal tak kurang dari 500 halaman sedang naik cetak.
Mengapa saya sebut aneh ? Karena tentang jenderal jago tembak ini hanya disebutkan sekilas sitiran dari tulisan John Roosa, tanpa menyebut sama sekali bahan langsung dari Jenderal Hario sendiri (yang dengan mudah bisa dijumpai di toko buku atau sejumlah perpustakaan). Menurut saya, naskah langsung dari Komandan Counter Intelijen Militer Jawa Timur semasa Revolusi kemerdekaan itu jauh lebih penting dari pada bahan sampingan seperti dari John Roosa. Saya menduga jika buku-buku dari Jenderal Hario disimak, pasti akan mengubah pernyataan common sense seperti “jenderal yang paling dekat dengan PKI”, atau tentang “desersi di Moskow”…. Hal-hal semacam itu di-jelentreh-kan panjang lebar pada memoar beliau jilid ke 2 dan 3.
Sejauh saya tahu, Jenderal Hario adalah perwira militer di Republik Indonesia yang paling produktif berkarya, secara jumlah, kualitas, maupun jenis karyanya (dari memoar, pemikiran militer, novel, hingga …. naskah skenario film, bahkan membikin film pun pernah - dengan judul “Tangan-tangan Kotor”, serta sejumlah lukisan di atas kanvas raksasa).


9
Sepertinya jenderal2 yang disingkirkan itu bukan hanya yang terlibat ‘gestok’ dan soekarnois saja tapi saya menganalisa jendera2 atau perwira2 yang dekat atau kepercayaannya Men/Pangad A Yani juga banyak yang tersingkir…
Yang paling jelas disingkirkannya menurut saya adalah Sarwo Edhi Wibowo, padahan perannya dan jasanya terhadap soeharto dan Orba-nya sangat luar biasa, dan namaya tersohor dan dikenal dikalangan rakyat, mahasiswa, jurnalis, intelektual dll. Tapi apa yang Ia dapatkan sesudahnya…? Dia disinkirkan secara halus dari pusat kekuasaan ( Jakarta ) dengan hanya menjadi Pangdam di daerah terpencil : sumatra dan Papua setelah itu ditendang ke Korea-Selatan menjadi Dubes.
Pada awal Orba nama Sarwo Edhi begitu terkenal bahkan sama tenarnya dengan Soeharto sendiri, maka dengan istilah ‘Tidak boleh ada dua matahari dalam satu bumi; (ini konon katanya juga atas bisikan dan masukan dari orang2 soeharto seperti Ali Murtopo dan Yoga Sugama) mereka khawatir kalau Sarwo Edhi dikasih jabatan yang lebih tinggi di Militer, pengaruhnya bisa mengancam dan membahayakan kedudukan Soehato. Dan tentu soeharto ga mau itu terjadi, maka ditempatkanlah pewira-perwira tinggi yang dekat dan loyal kepadanya, seperti Maraden Pangabean jadi KSAD padahal siapa yang kenal jenderal ini di awal Orba? Yoga Sugama, Ali Murtopo, Sudomo, Umar Wira HK, Amir Mahmud, LB Moerdani dll.


10
ADA SATU LAGI YANG LUPUT, YAITU MAYJEN KKO HARTONO, PLUS KKO-ALRI NYA, HARTONO DI ANGGAP LOYALIS TULEN SUKARNO PERNAH BILANG KEPADA BUNG KARNO ” …BERIKAN KAMI PERINTAH, DAN AKN KAMI HADAPI SOEHARTO…”, JUGA STATEMENT NYA YANG TERKENAL ” HITAM KOMANDO BUNG KARNO,HITAM TINDAKAN KKO, PUTIH KOMANDO BUNG KARNO PUTIH TINDAKAN KKO “TAPI BUNG KARNO MENOLAK DGN ALASAN NEKOLIM PASTI AMBIL UNTUNG. MAKA SETELAH SEBELUMNYA DI COPOT HALUS SEBAGAI KOMANDAN KKO, MAYJEN HARTONO DI BUANG JADI DUBES DI KORUT, KEMUDIAN DI PANGGIL PULANG, DAN TAHUN 1971 DI TEMUKAN TEWAS DI RUMAH SENDIRI DGN LUKA TEMBAKAN DI KEPALA DAN PISTOL DI SAMPING MAYAT. PERNYATAAN ORBA : HARTONO TEWAS AKIBAT BUNUH DIRI, YANG DI RAGUKAN BANYAK PIHAK SEPERTI ALI SADIKIN, DAN RACHMAT SUNGKAR DARI ALSENDIRI. DAN KKO ALRINYA DI GEMBOSI PERLAHAN2, SAMPAI TITK TERENDAH MESKI KEMUDIAN ADA USAHA DI PERBESAR LAGI. SAAT ORLA KKO (SEKARANG KORPS MARINIR TNI-AL) ADALAH KEKUATAN YANG DISEGANI, DAN SANGAT DEKAT DENGAN BUNG KARNO
DAN SANGAT PANTAS DITAKUTI SUHARTO( REFERENSI BUKU KKO HANTU LAUT, PATRICK MATANASI, / MATAPADI 2011 )……AKHIR…TRAGIS….LOYALISDAN PASUKANNYA……. SOEKARNO


11
Jaksa Agung Muda Sunaryo dibebastugaskan, menurut sebuah buku berpangkat jenderal (brigjen?). Dia yg mengusut kasus mobil dum Soeharto sewaktu di Kodam Diponegoro.

http://anusapati.blogdetik.com/2008/07/18/pembersihan-jenderal/

PANDUAN SEPUTAR MOBIL MATIC






Mobil yang menggunakan transmisi otomatis atau mobil matic sudah ada sejak lama, namun dahulu penggunaan transmisi otomatis belum sepopuler transmisi manual. Hal tersebut disebabkan oleh; proses pergantian gigi yang masih kurang presisi, konsumsi bahan bakar yang tergolong boros dan harganya yang mahal. 

Kini seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan semakin padatnya lalu lintas, penggunaan mobil matic justru semakin populer. Kemampuan transmisi otomatis masa kini yang semakin presisi dalam proses pergantian gigi, keharmonisan kinerja antara mesin dan transmisi yang membuat konsumsi bahan bakar semakin efisien, serta kenyamanan berkendara yang ditawarkan mobil matic dalam menghadapi kepadatan jalan ibu kota membuatnya semakin digemari dan populasinya pun semakin bertambah.

Walaupun transmisi otomatis dirancang untuk semakin mempermudah pengendara untuk mengendalikan mobilnya, namun ada beberapa hal atau tehnik yang perlu dipahami dalam pengoprasiannya. Dan berikut ini adalah beberapa tips mengendarai mobil matic, khususnya bagi yang baru saja berpindah dari mobil manual :
 
  • Sementara mobil manual memiliki tiga pedal (gas, rem dan kopling), mobil matic hanya memiliki dua pedal (gas dan rem). Jika Anda terbiasa mengendarai mobil manual dimana kaki kanan Anda aktif bergerak mengendalikan pedal gas dan kaki kiri mengendalikan pedal rem dan kopling, saat mengendarai mobil matic Anda dapat mengistirahatkan kaki kiri Anda sepenuhnya. Jangan pernah menggunakan kaki kiri Anda untuk menginjak atau mengendalikan pedal rem karena akan memperbesar kemungkinan untuk menginjak pedal gas dan rem secara bersamaan. Hal tersebut tidak hanya dapat merusak beberapa komponen mobil, tetapi juga berbahaya.


  • Pahami arti dan fungsi setiap simbol yang terdapat pada transmisi otomatis mobil Anda. Pada dasarnya transmisi otomatis memiliki 6 jenis simbol atau pilihan (P, R, N, D, 2 & 1). Berikut ini adalah arti dan fungsi dari masing-masing pilihan :


  • P (Park) mengunci transmisi sepenuhnya dan digunakan pada saat mobil parkir. Pada posisi P mobil tidak dapat digerakkan ke depan ataupun ke belakang, layaknya sedang menggunakan rem tangan atau rem parkir. Pada beberapa mobil modern, kunci mobil tidak dapat dicabut jika belum berada pada posisi P.


  • R (Reverse) fungsinya sama dengan mobil manual, yaitu posisi yang digunakan untuk membuat mobil bergerak mundur.

  • N (Neutral) juga memiliki fungsi yang sama dengan netral pada mobil manual. Posisi ini bermanfaat pada saat mengantri macet sehingga memaksa mobil Anda untuk sering berada pada kondisi tak bergerak cukup lama. Selain mengistirahatkan kerja transmisi, posisi ini juga mengistirahatkan rem dan kaki Anda jika Anda menggunakan rem tangan sebagai alternatif untuk memastikan mobil tidak bergerak.

  • D (Drive) adalah posisi yang digunakan dalam berkendara sehari-hari dalam kondisi jalan yang normal. Posisi ini akan secara otomatis menyesuaikan pilihan gigi yang tepat, sesuai dengan beban kerja mesin dan kecepatan. Biasanya transmisi otomatis akan berpindah ke gigi tinggi pada saat kecepatan meningkat dan berpindah ke gigi rendah saat kecepatan menurun atau posisi jalan menanjak.

  • 2 (Gigi 2) & 1 (Gigi 1) biasa digunakan dalam menghadapi kondisi jalan yang menanjak untuk memastikan bahwa mobil memiliki tenaga yang cukup besar dan mencegah agar tidak berpindah lagi ke gigi yang lebih tinggi, serta menghadapi kondisi jalan menurun untuk memastikan bahwa mobil juga mendapatkan dukungan rem dari mesin selain daripada keempat rodanya. Pemilihannya disesuaikan dengan derajat kemiringan jalan. Penggunaan gigi yang semakin rendah dianjurkan jika konisi jalan semakin menanjak atau curam.

  • Transmisi otomatis juga memiliki fitur Kick-Down. Fitur ini sangat bermanfaat saat Anda membutuhkan akselerasi tinggi dalam waktu cepat seperti saat menyalip kendaraan lain. Akselerasi tinggi tersebut dapat diperoleh dengan cara menekan pedal gas sedalam mungkin dengan cepat hingga mencapai kecepatan atau akselerasi yang dibutuhkan. Proses tersebut dimungkinkan dengan mempertahankan gigi rendah pada putaran mesin tinggi.

  • Tidak seperti mobil manual, mobil matic yang mogok akibat kehabisan setrum (aki tekor) tidak dapat dihidupkan dengan cara didorong. Oleh karena itu, Kabel Jumper merupakan perlengkapan yang wajib ada di setiap mobil matic demi semakin menunjang kenyamanan berkendara.

  • Hal lain yang juga penting untuk diketahui adalah untuk memastikan mobil dalam konsi diam atau berhenti sepenuhnya sebelum memindahkan tuas transmisi ke posisi P atau R. Memaksa tuas transmisi untuk pindah ke posisi P atau R dalam kondisi bergerak atau berjalan hanya akan merusak gigi-gigi didalam transmisi dan kerusakan tersebut tentunya harus ditebus dengan biaya perbaikan yang mahal.

  • Perlu diketahui bahwa transmisi otomatis juga membutuhkan perawatan khusus agar tetap dapat berfungsi dengan baik dan nyaman digunakan. Kenalilah Pertanda Transmisi Otomatis Bermasalah dan cegah dengan penanganan yang tepat sebelum hal tersebut terjadi.


Berikut beberapa tips yang berkaitan dengan perlakuan terhadap mobil bertransmisi matik yang diberikan :
 
1. Ikuti jadwal penggantian rutin oli matik, jangan sampai terlambat. Lebih cepat lebih baik.

2. Jangan mencampur atau menambah oli matik dengan oli yang berbeda dengan yang sebelumnya, karena bisa menjadikan oli mengental yang menyebabkan pori-pori di filter oli jadi mampat. Alhasil, lama-lama, tekanan oli menjadi berkurang yang menyebabkan matik jadi rusak.

3. Ketika sedang terjebak di kemacetan, usahakan jangan terlalu sering memindahkan tuas transmisi dari posisi D (Drive) ke N (Netral).

4. Apabila terpaksa harus melewati banjir atau genangan air, setelah melewatinya langsung cek kondisi oli transmisi melalui deepstick. Kalau warna oli berubah menjadi keputihan, bisa dipastikan air sudah masuk ke dalam transmisi. Segera ke bengkel yang bisa menangani transmisi matik.

5. Pada saat sedang memanaskan mobil, taruh tuas transmisi di posisi N (Netral) dan tarik handbrake. Pasalnya, kalau di posisi P, oli tidak bersirkulasi karena pompa oli tidak bekerja